07 : Terong dicabein

1976 Kata
Chiqita sudah terbiasa hidup sendiri. Dia sering lupa kalau sekarang menyimpan satu brondong di rumah. Seperti sekarang, dia tengah sibuk lembur di kantor saat suami bayinya menelpon. "Tante, Bebi lapar. Kapan Tante pulang?" Astaga! Sekarang sudah jam setengah sembilan malam, dia lupa memberi makan bayinya! Padahal Chiqita sendiri sudah makan malam pukul tujuh tadi. Hadeh, mengapa dia sama sekali tak mengingat keberadaan Bebi? "Bebi, gue masih ada rapat," ucap Chiqita tak enak hati. "Bebi makan sendiri ya." "Tapi Bebi biasanya makan ditemani Mami." Iya, tapi gue bukan Mami lo! "Lain kali saja ya, Beb. Sekarang lo makan sendiri, oke? Bebi kan anak pinter dan baik hati. Mengertilah, gue lagi sibuk." Bebi menghela napas panjang di ujung telpon sana. "Tapi Tante Chiki, Bebi makan apa? Gak ada apa-apa disini." Memang, Chiqita sering kelupaan dan tak sempat mengisi kulkasnya. "Goreng telur deh, bisa? Atau masak mi instan?" "Gak ada telur sebutirpun di kulkas. Mi instan juga gak ada." Hadeh, Chiqita keterlaluan sekali deh kali ini. Dia merasa bersalah. Mengirim makanan membutuhkan waktu cukup lama. Kecuali kita yang mengambilnya sendiri. "Ya udah, ntar gue minta Xena antar makanan buat lo," putus Chiqita. "Kenapa bukan Tante saja yang antar? Bebi takut sama Tante Xena, dia ngelihat Bebi kayak mau makan Bebi," adu Bebi lugu. Itu tatapan nyalang nan jalang! Uh, Chiqita harus memperingatkan sohib bejatnya itu. Meski Chiqita tak berminat pada suami bocahnya, bukan berarti Xena boleh nafsuin Bebi-nya. "Udah, gak usah rewel deh, Beb. Gue sibuk. Lo terima saja makanan dari Xena. Makan. Trus tidur!" ketus Chiqita. Sebelum mendengar Bebi mewek, Chiqita menutup telponnya. Ceklek. *** Chiqita tak mengira saat dia pulang, Bebi belum tidur. Dia menunggu Chiqita dibalik pintu. "Kok belum tidur?" tanya Chiqita sambil menguap lebar. "Nunggu Tante, mau nanya," jawab Bebi ragu-ragu. Chiqita mandi, memakai lingerienya dan naik ke ranjangnya. Suami bayinya mengikuti sambil berkata, "Tante Chiki, Bebi pengin tanya." "Nanya apa?" Chiqita menanggapi sekedarnya sambil memejamkan matanya. Dia sudah capek warbyasah. "Ehm, tapi Tante Xena bilang gak boleh kasih tahu Tante Chiki," gumam Bebi bimbang. "Ya udah, malammm," timpal Chiqita cuek. Bebi mencebik manja, karena berasa dikacangin istri rasa pengasuhnya. "Ish! Bebi gak bisa tidur, Tante! Karena sudah merasakan terong dicabein!" Ajegile! Chiqita langsung melompat bangun. Kantuknya hilang seketika. "Siapa yang memberitahu istilah terong dicabein? Xena?!" tanya Chiqita penasaran. Itu istilah yang dipakai Chiqita dan Xena sebagai kode kegiatan ngelonin brondong manis. Bebi mengangguk polos. "Iya. Tante Xe yang bilang. Terus dipraktekin. Terongnya Bebi dicabein Tante Xe. Enak juga." Tangan Chiqita mengepal kuat mendengarnya. Bangsat lo, Xena. Suami bayi gue lo embat juga akhirnya. Kenapa Chiqita merasa tak rela?! Padahal dia gak doyan bronis (brondong manis) kan. Habis Xena keterlaluan! Punya teman diembat juga, meski Chiqita cuma sekedar punya-punyaan doang. "Tante Chiki, lain kali Bebi mau terongnya dicabein lagi. Tapi sama Tante Chiki saja." Nah kan. Chiqita meradang. Xena telah merusak kepolosan Bebi. Chiqita merasa tak rela! Sungguh tak rela!! *** Keesokan harinya saat bertemu sohibnya, mendadak Chiqita merasa enek. Tanpa rasa bersalah Xena masuk kantor sambil bersiul-siul riang. "Kayaknya semalam lo hepi banget ya!" sindir Chiqita. "Wow, last night is wonderful life for me, Chi!" sahut Xena dengan mata berkedip centil. Wonderful mbah lo! Punya gue lo rajah begitu saja. "Great s*x, hah?!" "Yupp, very great!" Mata Xena terpejam seakan sedang membayangkan nikmatnya petualangan seksnya semalam. "Apa lo main terong dicabein?" tanya Chiqita memastikan. "Heem, yummy Chi. Dapet terong jumbo lagi." Brak! Tak sadar Chiqita menggebrak meja kerjanya. Xena membuka matanya dan menatap sohib jalangnya heran. "Lo kenapa, Chi?" "Gak-pa-pa. Gue hepi, lo hepi!" "Cih, gaya lo menunjukkan sebaliknya. Jangan-jangan lo ngiri gue dapet terong jumbo kan?" Itu terong gue!! "Gak!" "Pastilah. Makanya coba deh makan terong dicabein, Chi! Legit kok!" Legit semprul! Itu punya gue! Gue baru nyicip sekali. Chiqita menahan amarahnya. Tapi dia teringat sumpahnya pada sohibnya sejak orok ini. Jangan ada terong diantara kita. Elah, saat membuat sumpah itu dia masih pede abis kalau dia gak bakalan makan terong.. eh, brondong. Lah sekarang?! Tengsin kan dia ngambek sama Xena hanya gegara brondong. Kayak menjilat ludah sendiri. "Lo marah?" pancing Xena menyebalkan. "Enggak Xena gue yang cantik, baik hati dan... jalang!" sahut Chiqita sambil tersenyum semanis mungkin. "Oh, okey. Kalau begitu, nanti gue pengin makan terong dicabein lagi." Langkahi dulu m***k gue, b***h! Kali ini Chiqita bertekad gak mau kecolongan lagi. Daripada dicabein Xena, terongnya mau dicabein sendiri. Yang puedesss banget!! *** "Bebi pengin main terong dicabein?" pancing Xena ketika melihat Bebi nonton tivi di ruang santai. Film kartun Doraemon. Astagah, selera suaminya assoy banget. "Boleh Tante? Kemarin Tante Chiki kayaknya gak suka terongnya Bebi dicabein," kata Bebi polos. Tentu saja gue gak suka. Itu berarti lo selingkuh, Beb! Parah deh punya suami terlalu polos menjurus oon. Chiqita cuma bisa tersenyum kecut. "Tentu saja gue kurang... ehmm, kurang loh ya, bukan tidak suka. Cuma kurang suka terong lo dicabein Xena. Ehm, sebab gue punya cabe lebih menggigit." "Emang cabe bisa menggigit?" tanya Bebi heran. Cabe gue bisa. Lo masukin aja kedalam cabe gue, pasti terong lo akan digigit-gigit hingga bikin nagih. "Maksud gue, cabe gue lebih yummy, Beb." "Bebi mau, Tante. Terong Bebi pasti lebih enak kalau dikasih cabe Tante Chiki." "Ya udah, kita main terong dan cabe sekarang yuk," ajak Chiqita tak sabar. Biar gak diduluin Xena. Dia sengaja buru-buru pulang kantor biar bisa main terong dicabein. Mata Bebi berbinar senang. "Bentar ya Tante, Bebi siapkan terong Bebi," kata Bebi sambil berlari menuju pantry. Apa yang mesti disiapkan sih?! Bukannya terong lo udah nempel di badan lo, Beb?! Oh mungkin Bebi mau cuci tititnya dulu, biar gak bau pesing. Pikir Chiqita. "Beb, ngapain dicuci terongnya?! Gak usah repotlah. Gue dah biasa kok sama bau terong!" teriak Chiqita gak sabar. Ups, kok dia jadi mirip cabe-cabean jalang di pinggir jalan. Dia memang jalang, tapi gak murahan kelesss.. "Harus dicuci Tante, kata Mami biar higienis," balas Bebi berteriak. Luk, kok Mami mertuanya mengurus sampai ke hal beginian sih?! Dasar kepo! Lagian ngapain juga Bebi cuci titit di bak cuci piring? "Beb, cuci tit.. eh, cuci terong mestinya di kamar mandi. Kok di tempat cucian piring sih?!" "Ish, Tante bercanda ya?! Masa terong dibawa ke kamar mandi? Emang mau dimandiin? Terong gak perlu dimandiin, Tan!" Lah, jadi selama ini titit lo gak pernah dimandiin? Chiqita berusaha mengingat saat mereka berhubungan seks pertama kali, masa iya titit si Bebi bau? Meski dia mabok, dia yakin titit suami bayinya gak bau. Kalau enggak, mana mungkin dia dengan senang hati ngenyot-ngenyot terong jumbo itu?! Terus selama ini titit Bebi dibersihkan dengan cara apa? Chiqita jadi penasaran. "Tan, ini!" Bebi datang menyodorkan terong ungu ditangannya yang masih dalam keadaan basah. "Mau buat apa?" tanya Chiqita bingung. "Buat dicabein." Sial, apa dipikir Bebi.. Chiqita gak mampu beli dildo sampai pakai beginian untuk m********i?! Lagian, ngapain pakai yang palsu kalau ada yang asli?! "Lagian ngapain pakai yang palsu kalau ada yang asli?!" Astaga! Tak sadar Chiqita menyuarakan pikirannya. Bebi melongo mendengarnya. "Tan, masa ini palsu? Yang asli kayak gimana?" Bebi memeriksa terong di tangannya. Dia yakin ini terong asli. Chiqita tak sabar karena lemotnya kemesuman Bebi yang gak muncul-muncul. Seperti biasa harus dia yang super agresif. Dia pun menarik celana pendek Bebi. Plus sempaknya. Muncullah k****l gede yang selalu bikin gemas Chiqita. Elah, dalam keadaan lemas saja udah bikin greget apalagi kalau terbangun. "Tante, mau ngapain?" Bebi bertanya heran. "Cabein terong kamu!" Chiqita mengocok terong hidup Bebi dengan keahliannya yang tiada duanya. Sepolos-polosnya Bebi, dia tetap seorang pria. Diperlakukan seperti itu membuat hormon adrenalinmya terpacu. Dia mendesah, mendesis, melenguh menahan birahinya. Terong yang dipegangnya jatuh ke lantai dan menggelinding entah kemana. "Aahhhss, Tan.... aahhh... ohh... mauuhhh aphahhh.. aahhss." Bebi mendesah sambil menggigit bibir bawahnya. Ih gemas, Chiqita jadi pengin menggigit bibir padat yang memerah alami itu. "Cabein ini loh, Beb," desis Chiqita sambil meremas benda di s**********n Bebi. Bebi sontak terkejut. Membayangkan miliknya ditaburin bubuk cabe membuatnya khawatir bakal perih. "Jangan!" Bebi mundur sambil menutup selangkangannya. Mulut Chiqita yang bersiap mengulum dedek Bebi otomatis menemukan udara kosong. "Ntar perih, Tante. Bebi gak mau titit Bebi dicabein. Ini kan bukan sosis!" Meledaklah tawa Chiqita. Kini dia tahu maksud Bebi. Its real. Terong dicabein artinya terong asli yang dibubuhi cabe. Sial lo. Xena! Lo udah sukses ngerjain gue! Kesalahpahaman telah diluruskan. Namun Chiqita terlanjur h***y melihat k****l besar Bebi yang terpampang bebas didepannya. Saatnya modusin anak kecil. "Bukan Beb. Gue gak mungkin tega melakukan itu. Aduh cayangnya gue." Puk... puk.. Chiqita menepuk pelan kepala si titit, hingga Bebi berjengkit pelan. Tapi dia kembali tenang saat si titik dielus penuh kasih dan nafsu sayang. "Tante, mau apa?" Lama-lama Chiqita sebal bolak-balik ditanyain mau apa mulu. "Mau lo!" bentak Chiqita. Mata Bebi membola mendengar jawaban frontal Chiqita. "Mau aku?" Dia menunjuk dadanya sendiri. "Ya, gue mau lo. Tapi bukan yang ono. Yang ini!" Dia meremas o***g Dedek Bebi. "Buat apa?". Nah ini dia bentuk pertanyaan yang membuat sebal Chiqita. Ohhh s**t! "Buat dicabein!" Tapi begitu melihat mimik khawatir Bebi, dia menambahi, "buat diblender!" Ketika Bebi memperhatikan blender di meja dapur dengan minik ngeri, Chiqita merutuk dalam ati. Hadeh, susah amat punya suami bayi yang gak tahu apapun. "Aishhh! Bukan blender itu. Gue punya blender disini!" Dia menunjuk selangkangannya. "Tante punya blender disitu? Kok bisa? Siapa yang bikin?" tanya Bebi heran. Dengan takjub ia jongkok di depan s**********n Chiqita. Dasar anak kecil. Dia mudah penasaran. Mudah dimodusin. "Bikinan Tuhan, Beb. Buka saja kalau mau ngelihat," cengir Chiqita m***m. Dengan patuh Bebi mengangkat rok mini Chiqita hingga ke pinggang lalu melepas cdnya. "Mana Tante? Kok gak ada blendernya?" tanya Bebi sambil inguk-inguk dibawah sana. "Ya nggak kelihatan lah Beb, kan blendernya ada didalam. Cuma bisa dirasakan kalo dedeknya, eh tititnya, Bebi dimasukkan kedalam situ." Chiqita mengkuak bibir vaginanya, menunjukkan lubang kenikmatannya. Bebi melongo. Ajib sekali ciptaan Tuhan, lubang sekecil ini bisa muat blender yang besar! Berhubung si dedek emesh ini sudah penasaran, dia bergegas memasukkan otongnya ke lubang kenikmatan milik Chiqita. "Eitz, gak boleh langsung Beb. Orang mau bertamu saja harus ketuk pintu. Titit lo mau masuk situ juga harus permisi. Gesek-gesekin dulu diluarnya. Eh tapi kalau mau blendernya aktif bekerja, sebaiknya lo jilat-jilat disana," ucap Chiqita sarat permodusan. Bebi yang polos melakukan instruksi ngawur berjamaah itu tanpa membantah. Jadilah Chiqita mendesah penuh kenikmatan ditengah gempuran lidah Bebi. Astaga! Dasar bayi memang pintar mainin lidah ya. Sebentar saja Chiqita telah mengeluarkan cairan cintanya. Hingga sebagian tertelan Bebi. "Tante, kok ngompol? Tapi pipis Tante Chiki gak pesing, rasanya aneh. Tapi lumayan sih," komentar Bebi polos. Aarrghhh, gue tampol juga mulut si bayi. Gegara komentarnya, mood Chiqita jadi luruh seketika. Bayangin dia dipitnah ngompol, Saudara! Chiqita malas menjelaskan ilmu biologi bab reproduksi wanita. Sebenarnya saat dulu di sekolah membahas materi ini, si Bebi kemana aja sih?! Jangan-jangan Maminya sengaja membuatnya membolos supaya bayinya itu gak tercemar masalah beginian. Chiqita menurunkan roknya lalu melenggang kangkung meninggalkan suami bayinya. “Tante Chiki, kok udahan? Bebi mau merasakan blendernya Tante!" protes Bebi. "Rusak! Blendernya lagi mogok!" bentak Chiqita sebal "Kok bisa?" tanya Bebi kepo. Dia ngintilin Chiqita menuju ke kamar. Blak! Chiqita menutup pintu kamar tepat didepan wajah Bebi. Spontan cowok itu mengelus hidung mancungnya. Nyaris saja hidungnya dicium daun pintu. Loh kok pintunya dikunci? "Tante... Tante..." panggil Bebi agak panik. Tok.. tok.. tok.. Bebi mengetuk pintu kamar. "Shut up! Gue mau tidur. Jangan ganggu!" "Trus Bebi tidur dimana, Tan?" tanya Bebi menahan tangis. "Serah lo!" Mulut Bebi manyun, bendungan airmatanya nyaris jebol. Seperti tahu saja, terdengar teriakan ketus Chiqita dari dalam kamar. "Gak usah pakai acara nangis!! Ntar gue cabein betul titit lo!" Sadis amat ancaman Tante Chiki! Bebi langsung kincep. Dia gak berani menangis. Takut tititnya dicabein. Akhirnya dia bobok di sofa ruang tengah dengan berlinangan airmata. Bebi menangis dalam hati. Mamiiii .. Tante Chiki marah sama Bebi. Bagaimana sekarang? Bebi bingung. Dia gak ngerti salahnya apa. Alamat malam ini dia gak bisa tidur karena gak ada yang ngelonin. Ada yang berminat ngelonin bayi yang terlantar ini? Hihihi... Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN