Rianti merentangkan kedua tangannya dan mengambil napas panjang untuk mengisi rongga parunya dengan udara pantai yang begitu segar. Zahra yang ada di sampingnya hanya tersenyum melihat ulahnya.
Di hadapan mereka tampak sebuah cottage yang keseluruhan bangunannya menggunakan kayu dan atap dari rumbia, dikeliling sebuah pagar yang cukup tinggi. Sebuah pemandangan yang sangat artistik dengan nuansa natural, mungkin pencipta bangunan ini sengaja mempertahankan kealamian pemandangan yang ada, walaupun disana-sini terdapat beberapa tambahan bangunan permanen untuk menjaga keamanan dan penunjang fasilitas.
Dengan ditemani Ivan, Rangga menemui penjaga cottage yang dijaga oleh seorang lelaki berumur 40an dan seorang wanita muda yang bertugas sebagai juru masak bagi para tamu yang menginap, kulit nya yang hitam seakan memberi tanda bahwa lelaki itu memang telah lama mendekam dipulau tersebut.
Sementara Pak Wisnu terlihat sibuk memberikan beberapa isyarat kepada Mulan, memang cukup sulit menjaga kerahasiaan hubungan dengan simpanannya itu. Walau bagaimanapun Mulan adalah wanita normal yang mengharapkan kemesraan perlakuan penuh kasih sayang dari pasangannya. Untungnya semua wanita, selain Bu Sonya, telah mengetahui skandal itu, dan mereka mencoba menemani Mulan.
“Hei,,hei,,, disini menyediakan 7 kamar, dan pada kunci-kunci ini terdapat nomor dari kamar, dan aku bersama Rianti akan mengambil kamar nomor lima, dan untuk menghormati Pak Wisnu yang akan meninggalkan kita, ada baiknya kamar dengan nomor satu kita persilahkan kepada bapak untuk menempati,” terang Rangga sambil menyerahkan kunci kamar kepada Pak Wisnu.
Rangga sengaja mengambil kamar nomor lima karena kamar tersebut ada dilantai dua dengan jendela tepat mengarah ke kolam renang di bawahnya. Sedangkan Ivan mengambil kamar paling belakang. Setelah membagi kunci yang akan menentukan dikamar mana mereka akan tidur, ruang lobby sekaligus ruang untuk bersantai itu perlahan kembali sepi. Matahari masih memberikan mereka beberapa menit untuk melepas lelah sebelum bersama-sama menyaksikan sunset pertama dipantai yang indah itu.
Pak Wisnu menghisap dalam-dalam rokok yang masih tersisa setengah, pandangannya tidak lepas dari tubuh sekal Aira yang asik menanti ombak yang datang silih berganti, menyapa jemari kaki, membuat kaki indah itu sedikit terbenam dalam timbunan pasir. Telah lama memang dirinya menyimpan hasrat pada wanita berkacamata itu.
Dan mungkin inilah masa-masa yang tepat untuk menjajal kehebatannya pada tubuh wanita yang memiliki tubuh bohay itu. Sesekali roknya terangkat tertiup angin laut yang nakal, memperindah pemandangan dengan latar belakang sunset dipantai eksotis itu. Rangga yang ada di sampingnya masih sibuk mengotak-atik GPS yang dipinjamnya dari Mang Onoy, si penjaga cottage.
Sesekali Rangga tersenyum menyaksikan keberhasilannya menyulap pribadi seorang Aira, Rangga sangat yakin jika wanita itu menyadari tatapan nakal Pak Wisnu karena matanya sesekali melirik kearah Pak Wisnu yang tak bergeming dari pandangannya. tampaknya ia tengah menguji saraf rasa malunya di hadapan Pak Wisnu.
“The party is begin, tentukan targetmu, taklukkan dan nikmati sepuasmu,” seru Niko yang datang diiringi Ivan dan Raditya.
“Naf, sepertinya sudah ada yang menjadikan istrimu sebagai target,” tambah Niko melontarkan umpan. Sementara yang disinggung mengangkat kedua bahunya dan tertawa lebar, Ivan sepertinya memang sudah mempersiapkan hatinya untuk pesta ini, bahkan dirinya mendaddani Aira seindah mungkin seakan menawarkan kepada para gladiator yang berminat.
“Terus terang saja, aku telah menetapkan seluruh wanita disini sebagai target ku, dan tentu saja termasuk istrimu,” ucap Ivan sambil menepuk bahu Niko, lelaki itu memang terbiasa bicara ceplas-ceplos namun solidaritasnya kepada teman patut diacungi jempol.
“Silahkan saja, jika kamu mampu menaklukkannya,” jawab Niko tak ingin kalah.“Airaaa,,, ayo sini,,,” terdengar suara Zahra yang tengah menuju gazebo bersama para wanita lainnya.
Sore itu Zahra tampak anggun dengan penutup kepala berwarna biru muda, senada dengan kaos yang dikenakannya, celana panjang dari bahan tisyu yang dikenakannya cukup sukses mencetak kaki indah yang tak pernah terekspos didepan umum. Siapa pulakah yang beruntung mengayuh tubuh indah dengan paras yang cantik itu