Your Wife 15

597 Kata
Aira yang melangkah cepat agak kebingungan mencari ruang yang sedikit terlindung. Gairrahnya begitu menggebu, sejak obrolannya bersama Rangga tadi pagi, Aira terus mengeksploitasi tubuhnya di hadapan para pria. Ada kepuasan tersendiri ketika dirinya menikmati tatapan nakal para lelaki.   “Ibu bisa pakai kamar saya dan istri saya,” terdengar sebuah suara bariton yang ternyata adalah Mang Onoy, pria berjambang dan berkumis lebat itu tersenyum ramah sambil menunjukkan sebuah kamar dekat di samping dapur. Sepertinya Mang Onoy sudah sangat hapal dengan ulah para tamunya.   Aira melangkah cepat, tepat dipintu dirinya berpapasan dengan Lik Marni yang tengah memasak untuk makan malam mereka. Keduanya saling melemparkan senyum,   "Maaf Bu kamarnya saya pinjam ya," ucap Aira sambil menahan malu, namun Lik Marni justru tersenyum dan membukakan pintu kamarnya yang berada tepat di samping pintu dapur.   Rangga yang menyusul Aira harus sedikit berbasa-basi dengan Lik Marni namun perempuan kalem itu justru memberi isyarat agar Rangga secepatnya masuk kekamar.   “Kasian lho mas warungnya kelamaan nunggu, kalo warungnya tutup kan situ yang repot,” ujarnya sambil tersenyum simpul setelah Rangga memaksakan sedikit obrolan yang tidak penting.   Mendapat sindiran yang begitu menohok akhirnya Rangga membuka pintu kamar tidur pasangan penjaga cottage itu.   “Nanti malam warung saya juga buka lho, kalo mau mampir boleh koq,” seru Lik Marni cepat sebelum Rangga menutup pintu.   Rangga sempat kaget mendengar undangan itu, namun kemudian dirinya tersenyum, diundang untuk mampir ke ‘warung’ milik wanita semontok Lik Marni tentunya tak akan ada lelaki yang menolak. Apalagi Rangga yang setelah menikah tidak pernah lagi mencicipi warung milik wanita lain.   Di dalam kamar yang gelap hanya diterangi bias lampu luar yang menorobos dari sela ventilasi, Rangga dapat dengan jelas melihat sosok Aira yang bertelungkup pada sebuah bantal. Body sekal dengan panttat montok yang sedari tadi pagi telah menghantui pikirannya kini tergeletak pasrah menunggu untuk dijamah. Apalagi dengan posisi telungkup tubuh itu semakin menggoda, rok pendek yang dikenakan tak lagi mampu menutupi dua buah panttat yang membulat padat.   Rangga mencoba memanggil Aira namun tidak mendapatkan jawaban. Rangga bisa mengerti karena ini adalah perselingkuhan pertama wanita itu. Dengan perlahan Rangga menyingkap semakin keatas kain yang menutupi bagian bawah tubuh.   Dengan pandangan takjub tangannya meremas dengan gemas dua bongkahan daging kenyal yang kini berada dalam teritorialnya, sadar waktu yang dimiliki hanya sebentar Rangga bergegas melepas levi’s pendek dan kaos yang dikenakan, dan segera menduduki kedua paha putih mulus.   Tangannya kembali bermain, meremas dan menekan b****g yang ditelantarkan pemiliknya dalam kebisuan. jemarinya dengan nakal mengusap klittoris yang masih terbungkus pengaman membuat pemiliknya harus mengerang geli.   Rangga mengangkangi tubuh Aira, mencoba mengukur panjang pennisnya ditengah-tengah bongkahan, agak ragu Rangga, apakah pennisnya dapat masuk sepenuhnya seperti saat dirinya menjejalkan pennis panjang dan gemuk itu ke vaggina istrinya, Rianti. Hal itu tak membuatnya pusing, namun kepasrahan Aira yang hanya membenamkan wajahnya dibantal itulah yang membuatnya bingung.   Apakah wanita itu tengah menyembunyikan rasa malu untuk perselingkuhan pertamanya ataukah memang telah pasrah untuk disetubuhi. Rangga mencoba menyulusupkan kedua tangannya kedalam kaos Aira, cukup sulit memang karena terhimpit oleh tubuh, tapi Aira mengerti dan sedikit mengangkat tubuhnya, membiarkan jemari Rangga bertandang kepayyudaranya.   “Hati-hati neng, ntar balonnya pecah lho kalo ditindih terus,” goda Rangga yang dijawab dengan sikutan Aira ketubuhnya.   “Cepatlah, ambil imbalan yang kamu mau, sebentar lagi makan malam,” balas Aira dengan memalingkan wajahnya ke samping. Rangga semakin menyadari kecantikan dari istri temannya itu, kaca mata yang menghias wajah bundarnya membuat wanita itu semakin menggoda.   Dengan telunjuknya Rangga mencoba menyibak kain yang menutupi lubang kemalluan, pikirnya tak perlu melepas segitiga pengaman itu, tapi kain itu terlalu ketat membungkus vaggina dan bongkahan panttat yang cukup besar.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN