Your Wife 6

1160 Kata
Rangga mencoba mencoba memejamkan matanya di atas sofa di ruang tamu rumahnya. “Uuuggghhh,,,” lelaki itu menghela napasnya, minggu ini benar-benar hari yang melelahkan bagi batinnya.   Rianti dan Zahra, dua sosok wanita yang memiliki kesempurnaan tubuh yang sering diimpikan kaum hawa. Rianti dengan gayanya yang riang dan supel membuat semua lelaki berlomba untuk berakrab ria dengannya, sambil mengagumi setiap lekuk bagian tubuh yang sempurna.   Sedangkan Zahra, sosok wanita kalem dengan senyum yang menawan dan mata yang teduh, membuat para lelaki merasa betah untuk berlama-lama mencumbu keindahannya. Hanya saja bagi Rangga, Zahra memiliki arti lebih dari sekedar seorang wanita yang ramah, di balik tubuhnya yang selalu tertutup oleh gaun putih khas seorang dokter, Zahra memang memiliki mistery yang begitu besar.   Sayup-sayup dirinya mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya. Tak lama terdengar suara Rianti yang bersenandung riang, memasuki rumah. Rangga terjaga dari lamunannya.   “Sayang, aku telah mendapatkan cuti seperti yang kau mau,” seru Rianti riang, mengecup kening Rangga yang tengah tiduran.   “Oh yaa?,,, bagaimana cara kau mendapatkannya, bukankah itu tidak mudah?,”   “Ya, seperti yang kau katakan tadi pagi, aku harus sedikit menggodanya,” Rianti mengambil napas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.   “Untuk mendapatkan cuti yang kau inginkan, aku harus melepas dua kancing bagian atas blazer ku ketika memasuki ruangannya, bahkan ketika duduk di depannya aku sengaja melipat kedua pahaku untuk memberikan Pak Santo sedikit tontonan yang menarik, berharap orang tua itu dapat langsung memberikan izinnya.”   “Lalu?” sambar Rangga cepat dengan suara yang dibuat sesantai mungkin. Matanya menatap rok Rianti yang semakin tertarik keatas ketika istrinya itu duduk di sampingnya, pikirannya mecoba membayangkan suguhan apa saja yang telah diberikan istrinya.   “Dan seperti katamu, tidak mudah untuk mendapatkan izin itu, orang tua itu justru semakin ngelunjak ketika aku mengajukan permohonan cuti, dia memintaku untuk menemaninya mengobrol disofa diruangannya, dan tahu kah kau apa yang dilakukannya selama obrolan itu terjadi,” Rianti berhenti sejenak untuk mengatur napasnya.   “Dia mulai berani meraba pahaku ini, bahkan berulangkali mencoba memasukkan jemarinya kedalam rok sempit yang jelas tidak akan cukup untuk tangan gemuknya, meski aku tau usahanya sia-sia, aku tetap menepis ulah usilnya itu,” Rianti mencoba menutup ceritanya sambil mengecup bibir suaminya.   Dengan sangat bernafsu Rianti meneguk minuman dingin milik Rangga yang ada di depannya.   “Baiklah, Banyak persiapan yang harus kulakukan untuk besok, dan aku tidak ingin ada barang penting yang tertinggal nantinya,” Rianti beranjak dari duduknya, meski wajahnya sedikit pucat karena kelelahan setelah bekerja sehari penuh, namun wanita cantik itu terlihat begitu bersemangat menyambut liburan.   Sementara Rangga sibuk mengingat-ingat sosok tambun Pak Santo, dengan jari-jari tangan yang juga dipenuhi lemak. Tubuhnya yang pendek membuat pria paruh baya itu semakin membulat. Namun seberkas noda yang mengering pada rok bagian belakang Rianti membuat Rangga meloncat dari peraduan.   “Apakah hanya itu yang dilakukannya padamu,” sela Rangga sambil perlahan menarik Rianti hingga kembali duduk di sampingnya. Entah mengapa Rangga begitu penasaran dengan noda yang dilihatnya.   “Ya,,,Setelah tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya pada bagian bawah tubuhku, tangan yang dipenuhi bulu itu menghiba kepadaku untuk bisa merasakan sedikit kepadatan payyudaraku,” Rangga mendengarkan cerita istrinya dengan jantung yang mulai berdegub kencang, meski ada rasa cemburu disana tapi tak ada sebersitpun gelora amarah, entah mengapa?.   “Selama dia melakukannya dari luar blezerku kupikir tak mengapa, dan bisa kau tebak bagaikan anak kecil yang mendapat mainan baru, tangannya bergerak cepat meraba, meremas dan terkadang mencubit dengan kuat hingga membuatku sedikit menjerit. Tapi tak lama kemudian Pak Santo mengeluhkan blazerku yang terlalu tebal dan memintaku untuk melepas beberapa kancing yang tersisa. Aku teringat akan pesanmu tadi pagi untuk memberikan sedikit tontonan pada orang tua yang sudah hampir pensiun itu, jadi biarlah dirinya mendapatkan sedikit keindahan dari tubuhku, toh aku masih mengenakan blus yang menutupi tubuhku” Suara Rianti semakin berat, matanya menerawang mencoba mengingat kejadian tadi siang.   “Lalu?” Tanya Rangga dengan suara tercekat.   “Yaaa,, aku mempersilahkan tangan gemuknya itu masuk kedalam blazerku, tohhh masih ada blus yg menutupi tubuhku,”   “Dan Mungkin hari itu memang hari keberuntungan baginya, karena aku mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat mungkin jemarinya dapat merasakan kedua putting payyudaraku yang mengeras karena godaannya. Tapi bukan Pak Santo jika tidak melakukan berbagai kejutan-kejutan,”   “Kejutan? Apakah dia mencoba memperkosamu?”   “Tidak,tidak,,, kukira dia tidak akan berani melakukan itu, dia hanya menyerang bibirku dan berusaha memasukkan lidahnya yang basah kedalam untuk merasakan lidahku. Bibirku yang tertutup rapat dan terus menolak justru membuat wajahku basah oleh jilatannya, karenanya aku membuka sedikit bibirku agar pria itu tidak melakukan tindakan yang menjijikkan itu. Bagai orang yang haus, lidahnya berusaha menarik bibirku untuk bertandang ke dalam mulutnya, bahkan berulangkali menyedot ludahku, aku tak kuasa menolak undangan itu, dan tau kah kau sayang?,,,ternyata lidahnya begitu panas, mengait dan menghisap lidahku yang akhirnya ikut menari-nari dalam mulutnya,”   Tanpa sadar Rangga meneguk liurnya. (Kalo pembaca budiman yang lagi tegang mendengar penuturan Rianti, ingin meneguk ludah juga, boleh koq,,,)   “Namun justru di situ kesalahanku, di saat lidahnya beraksi dengan nakal dan harus kuakui aku terbuai, tanpa kusadari tangannya berhasil membuka beberapa kancing atas blus-ku dan terus menyelusup kedalam bra, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, kedua payyudaraku diremasnya bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya meremas terlalu keras.”   Rangga tak mampu menahan tangannya untuk tidak bertandang kedalam blus Rianti yang telah melepas blezernya, seakan tak ingin kalah dengan cerita istrinya Rangga meremas kedua bukit kembar itu dengan kuat, membuat Rianti memekik. Rianti mencoba mengangkat panttatnya mencoba membantu Rangga yang kini berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke pinggulnya. Rianti sangat paham dengan tingkah suaminya yang sedang birrahi.   Sesaat Rangga memandangi dua paha mulus yang bertemu pada kuncup selangkanngan yang begitu indah. Stocking yang masih melekat pada kaki Rianti membuat bagian bawah Rianti semakin menggoda. Rangga membaui vaggina istrinya yang basah. Tanpa menunggu persetujuan Rianti, Rangga yang sudah melepas celana kolornya berusaha melolosi celana dalam putih yang menutupi kemalluan yang ditumbuhi semak hitam. Rianti hanya bisa pasrah ketika kakinya semakin terbuka, mengangkang, menyambut hujaman batang milik suami tercinta,   “Uuuummhhhh,,, milikmu masih yang terbaik sayaaaang,,,,” dengusnya saat batang itu memenuhi rongga yang semakin basah. beberapa saat Rangga menggoyangkan panttatnya dengan pelan.   “Lalu, apakah bibirnya berhasil mencicipi dua payyudaramu ini?” Tanya Rangga dengan suara bergemuruh.   “Oooohhh,,, tidak sayaaang,,, diaa justru memaksa bibirku untuk menerima pennisnya, yang entah sejak kapan sudah terpampang di depan wajahku, dengan sedikit ancaman akan membatalkan izin cuti untukku, dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya, memasukkan pennis hitam ituuu,, ke dalam mulutkuuuu,” Suara Rianti terengah-engah, disatu sisi dirinya harus jujur dan menceritakan semua yang telah terjadi, di sisi lain vagginanya yang terus mendapat hujaman-hujaman keras dari batang Rangga memberikan stimulan kenikmatan ke otaknya, membuatnya tak mampu lagi menyortir apa dan bagian mana dari pengalaman gilaaanya yang harus disembunyikan.   “Apakah miliknya panjang dan sebesar milikku?” keegoan sebagai seorang lelaki muncul dihati. Rangga semakin cepat mengobok-obok vaggina yang menganga pasrah.  *** Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN