“Rangga, malam ini aku ingin ngobrol dengan Rianti, tapi ada yang harus aku bereskan sebelumnya dengan suamiku ini,”
“Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepadanya,” ucap Rangga menjawab rencana Zahra yang kini menggantikannya duduk di kursi.
Ketika melewati persimpangan yang menuju kearah dapur, Rangga bingung, di ujung lorong itu telah menunggu tubuh montok Aira yang masih mengharapkan sentuhannya.
“Mungkin aku akan menyelesaikan tanggung jawabku dengan gadis itu sebentar,” ucap Rangga sambil berbelok ke lorong.
“Arrgghhh,, Adduuuhhh,,, pelaann dikit dong Pak, Aarrghh,,”
Itu jelas suara Aira, tapi bukankah semua teman-temannya tengah duduk santai di pinggir kolam renang, lalu siapa yang telah membuat wanita itu mendesah dan menjerit tertahan, langkah kaki Rangga semakin cepat ingin mencari tau.
Tampak Lik Marni sedang mencuci beberapa peralatan makan yang baru saja mereka gunakan, suara gemericik air kran bersahutan dengan lenguhan seorang wanita yang tengah dilanda orggasme. “Aaarrggghhh,,, aaahh,,”
Dari celah pintu Rangga mengintip dua tubuh yang saling menindih, tampak sang wanita telah terkapar mengakang lebar, hanya bisa pasrah membiarkan seorang pejantan menggasak selangkanngannya.
Dari rambutnya yang kriting jelas itu adalah Mang Onoy, penjaga cottage, tapi kenapa Lik Marni bisa begitu cuek dengan pekerjaannya, sementara suaminya tengah menggagahi tamu dikamar tidur mereka. Lik Marni menolehkan wajahnya saat menyadari ada orang yang mendekati kamarnya, sesaat wajahnya sedikit pucat.
“Maaf Den’ Saya udah ngelarang bapak yang pengen nyicipin, tapi Nona nya juga mau, jadi saya ga bisa ngelarang lagi Den,” ucapnya berusaha menerangkan sekaligus membela ulah suaminya.
“Nikmat banget kayanya, biar gayanya standar tapi serangannya mantap juga,” ucap Rangga bersandar pada dinding yang menghadap kaca pemisah antara ruang dapur dan kamar Lik Marni.
Dirinya baru tersadar, dari tempat itu segala kejadian diruang itu terlihat dengan jelas, tapi tidak sebaliknya. Artinya, semua yang dilakukannya bersama Aira tadi sore ditonton oleh pasangan penjaga villa ini.“Gedean mana Lik, punya saya ama punya Mang Onoy,”
“Gede? Apanya sih Den yang gede,”Lik Marni hanya tersenyum dengan wajah menunduk, Rangga telah mengetahui semua rahasia kaca itu. “Mang Onoy udah sering ikut icip-icip tamu? Wajah manis khas wanita jawa tengah itu menganguk pelan.
“Berarti Lik Marni juga sering dong dicicipin ama tamu,” dengan cepat wajahnya menggeleng,
“Ngga juga Den’ saya kan jarang dibolehin keluar dapur ama Mamang,”
Rangga tersenyum mendengar keegoisan Mang Onoy, “Ngga juga? Berarti pernah juga kan?” Rangga terus menggoda.
“Aaaarrrgg,,, Maaaaang,,,” lagi-lagi lenguhan Aira kembali terdengar, serentak Lik Marni dan Rangga menoleh ke kaca, menyaksikan tubuh montok Aira menggeliat dan bergetar seiring tubuh Mang Onoy yang berkelojotan dan semakin mengukuhkan penancapan batangnya keselangkanngan Aira. Meski tidak sepanas saat melayani Rangga, namun Aira tidak melakukan penolakan ketika tubuh ceking itu menghamburkan sperrma kedalam tubuhnya, mengosongkan kantung sperrma.
Tampak Aira terkikik, entah kata-kata apa yang diucapkan Mang Onoy sehingga membuat Aira kembali melingkarkan paha sekalnya kepinggul Mang Onoy dan kembali bergerak pelan menyambut pinggul Mang Onoy yang kembali bergerak menumbuk dengan pelan.
“Punya suami saya walo udah keluar bisa tetap keras Den” ucap Lik Marni menjawab kebingungan Rangga. “kalo Aden mau, saya masih punya jamu nya,” imbuhnya sambil berjalan ke sudut dapur mengambil ceret yang bodynya menghitam karena gosong.
Dengan cepat air dengan warna hijau pekat dan sedikit kental mengisi gelas kecil yang dipegang Lik Marni.
“Kalo Aden mau tarung lagi ama pasangannya boleh diminum sekarang, khasiatnya bisa sampai dua hari koq,” ucapnya sambil tersipu malu.
“Takut ahh,,, Ntar punya saya ngaceng terus dong, kan malu jalan-jalan di pantai bawa pentungan satpam,”
“Hahaha,,, Ihh,, Aden bisa aja,” Lik Marni tidak dapat menahan tawanya.
“Ramuan rumput laut plus kuda laut ini beda ama ramuan yang lain Den’ kalo kita udah ga pengen ntar bisa tidur sendiri, tapi kalo Aden mau beraksi lagi langsung on lagi, Aden ngecrot mpe 10 kali lagi juga ga bakal loyo koq,”
Penuturan Lik Marni jelas membuat Rangga terkesima, apalagi miliknya kini tengah tegak sepenuhnya, sementara dirinya masih ingin menghabiskan malam ini dengan berbagai petualangan.
Dengan cepat tangannya meraih gelas yang dipegang Lik Marni,
***
Bersambung...