Sesaat keduanya saling menatap dalam temaram bias cahaya, dengan posisi seperti ini Aira tersadar dirinya yang selama ini berhasil menjadi ibu rumah tangga yang baik sekaligus seorang guru teladan di sekolahnya mengajar, kini bersiap melayani birrahi seorang pria, teman suaminya dengan keadaan yang sangat sadar.
Dan sialnya dirinya pun memang menghendaki persetubuhan ini, entah mengapa seorang Rangga telah berhasil menumbuhkan gairrah liarnya, mengeksploitasi keindahan tubuhnya di depan umum, memohon selangkanngannya kembali disesaki oleh batang luar biasa itu. Debaran jantungnya semakin cepat ketika merasakan vagginanya yang merekah kembali menagih untuk dikayuh oleh pennis yang kini berada dalam genggamannya, berlumur lendir cintanya. Dengan kesadaran penuh Aira membuka selangkangnnya lebih lebar, memohon Rangga untuk mengambil tempat diantara kedua paha yang sekal.
Matanya yang terus menatap wajah Rangga sesekali melirik batang yang kini berada tepat di depan gerbang kemalluannya. Gemeretak gigi terdengar cukup jelas ketika Aira menahan rasa penasaran dan gregetan karena batang itu tak kunjung amblas ke lorong yang begitu berhasrat untuk merasakan hujaman penuh nafsu. Ya,,,hanya bermain dipintu vaggina yang tembem, menggosok, terkadang menyapu hingga kerambut-rambut yang tumbuh cukup lebat, dan sesekali mencelupkan sebagian kepalanya namun kembali keluar untuk bermain.
“Ooohh,, please Gaaa,,, setubuhi akuuuu,,, pleeaassse,” rintih Aira seraya berusaha melepas kacamatanya yang berembun oleh deru napasnya yang memburu.
“Ohh,,, tidak, biarkan kacamata itu tetap menghias kacamata ibu guru,” pinta Rangga sambil menyinggung profesi Aira yang notabene bekerja sebagai guru Bahasa di sebuah SMU.
“Terserah kamulah, tapi cepatlah penuhi vagginaku,” rengek Aira semakin gregetan dan kesal. Meski jemari Rangga yang kini bermain dengan payyudaranya membuat getaran nikmat Namun Aira tak ingin menunggu lebih lama, setelah mengangkangkan kakinya dengan lebar, wanita itu memegang pinggul Rangga dan menekannya ke bawah berharap pennis yang menggantung di depan kemalluannya kembali mengayuh vaggina yang terus berdenyut minta diisi.
“Uuugghhh,,, yaaa,,yaaa,,,” tanpa melepaskan pandangan mata yang saling bertaut Aira begitu menikmati setiap dentuman penuh birrahi yang menghentak keras.
Rangga sendiri dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah cantik berkacamata itu melotot meredam hentakan Rangga yang semakin cepat. Sesekali mulutnya melenguh ketika hujaman Rangga mengenai daerah paling dalam. “Ugghhhh,,,”
Kedua bibir mahluk berlainan jenis itu terus mendesis bersahutan, sesekali saling bertukar ludah dalam lumatan yang panjang.“Yeeaahhh,, Gaaa,,, terusss,, yaa sayaaang,,,”
“Ummghhh,,,,aaahhh,,aahhh”tubuh Aira melengkung, tak mampu lagi dirinya menahan orggasme yang melanda, kedua paha sekalnya menjepit pinggang lawannya dengan kuat, dengan tangan mencengkram punggung. Beberapa kali tubuhnya menghentak mengikuti orggasme yang begitu dahsyat, mulutnya meneriakkan lolongan kepuasan begitu keras, begitu nyaring.
Tubuh putih nan sekal itu beberapa kali masih terhentak, orggasme datang silih berganti akibat ulah Rangga yang terus menghentak tak memberi kesempatan bagi Aira untuk sejenak menikmati orggasme yang begitu dahsyat.
“Aaaarggghhhaaa,,, aahhh,,,” Setali tiga uang, ternyata Ranggapun tak mampu lagi menahan orggasmenya, bermili-mili sperrma kental menghambur memenuhi lorong kemalluan yang semakin banjir.
“Uuggghh,,ughh,ughh,” disisa orggasmenya Rangga kembali mengehentakkan pennisnya, mencari-cari kenikmatan yang tersisa sekaligus mengalirkan tetesan sperrma yang tertinggal.
Aira hanya tersenyum melihat ulah Rangga, dibiarkannya lelaki itu terus menghentak vagginanya dengan segenap kekuatan yang dimiliki, mengeksploitasi kepuasan di atas tubuh buggilnya. Menggeram kuat dengan jemari mengcengkram erat kedua payyudaranya, Mengejang penuh birrahi di sela selangkanngannya. mengosongkan kantong sperrmanya hingga memenuhi rongga vaggina.