“Kamu nggak apa-apa, Mir?” tanya Hendra yang khawatir melihat keadaan Mira yang sejak tadi hanya terdiam tanpa ekspresi dan tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Wanita yang ditanya itu masih tetap saja diam seolah tubuhnya saja yang berada di sana dan pikirannya sudah melalang buana entah ke mana. Hendra masih saja menatap Mira dengan perasaan bersalah dan tidak sampai hati. Pasalnya, ia sangat sadar semua kegaduhan itu terjadi karena dirinya. “Aku mundur saja, Mir. Aku nggak mau menjadi penyebab rusaknya hubungan antara kamu dan orang tuamu. Mungkin, memang aku yang nggak pantas untuk mendampingi kamu. Orang tuamu sangat benar dengan tidak mudah mempercayakan masa depan dan kebahagiaan putrinya pada berandalan yang tidak memiliki apa-apa seperti aku ini. Bahkan, untuk makan besok