3

1610 Kata
Iluna masih membuat Indomie untuk dirinya dan Marga, kini Marga hanya duduk saja sembari menunggu Indomienya itu matang dan ia makan. Sebenarnya ia bisa saja pergi keluar untuk mencari makan seperti yang dilakukan oleh Arga dan Lovina tapi ia sedang malas kemana-mana saat ini. "Kak Marga ga ikut sama Lovina dan Kak Arga? Kak Arga sama Lovina tadi mau beli makanan kan?" tanya Iluna yang memberanikan diri untuk bertanya sebenarnya sekarang ini karena bagaimana pun juga ia dan Marga sangat jarang sekali mengobrol bersama seperti ini. Ia berharap bahwa Marganta akan menjawabnya dengan baik. Namun ia terlalu banyak berharap lebih pada Marganta. "Ga usah banyak tanya deh lo." ujar Marga dan Iluna pun menunduk sekarang. Ternyata Marga masih belum mau membuka hati untuknya sebagai adik, ia berharap bahwa suatu saat Marga dan Lovina akan menerima dirinya seperti apa yang telah dilakukan oleh Arga selama ini kepada dirinya itu. Saat ini Iluna sudah selesai membuat Indomie, ia pun kini sedang meniriskan Indomie itu tapi karena tidak berhati-hati, sekarang ini dirinya menjadi terkena kuah panas dari Indomie tersebut. Ia pun mengaduh saat ini. "Awwh." aduhan dari Iluna yang membuat Marga langsung menatapnya. Kini Marga sudah mendekati ke arah Iluna dan ia pun melakukan segala cara agar Iluna tidak kesakitan lagi. Kini ia juga meniup luka ditangan Iluna itu. Hal ini membuat Iluna terdiam, ia terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Marga kepada dirinya. Ia senang, tentu. Bagaimana ia tidak senang jika mungkin ini pertama kalinya Marga perhatian kepada dirinya. "Lo gimana sih, hati-hati dong. Kan gua jadinya harus nahan laper gara-gara Lo sekarang." ujar Marga yang sekarang ini kesal kepada Iluna tersebut. Iluna memang selalu ceroboh dalam berbagai hal. Ceroboh seperti menjadi nama tengah dari Iluna juga. Tampak sekarang ini Iluna sudah mendingan, tangannya sudah mendingan tapi masih sedikit kemerahan juga sekarang. Kini ia mengambil mie tadi dan mencampurkan bumbunya. Ia mebawa ke meja makan sekarang. "Maaf Kak, karena aku kakak jadi nahan laper." ujar Iluna tersebut, ia benar-benar merasa sangat bersalah kepada Marganta. "Hmm, besok lagi jangan ceroboh Lo." jawab Marganta dan sekarang ini tampak Marganta meminta pada Iluna untuk mengambilkan minuman. Saat sedang mengambil minuman itu Marganta memfoto Indomie yang dibuat oleh Iluna itu. Kini ia menyimpan lagi handphonenya dan ia pun mulai memakan. "Makan lo, ngapain ngeliatin gua. Kalo lo ngeliatin gua terus gua ga nafsu makan nanti." ujar Marganta dan kini Iluna sudah memakan Indomienya itu. Mereka makan bersama dalam hening di ruang makan itu. Sebenarnya Iluna sangat bahagia memiliki moment seperti ini bersama dengan Marganta. Saat sedang makan, Iluna mendapat telefon. "Kak Marga, Ilu ijin terima telfon ya." ujar Iluna dan Marga berdehem saja. "Hallo Alfa, selamat pagi juga." ujar Iluna yang membuat Marga sedikit meliriknya. Ternyata Alfa, pacar Iluna yang sekarang menelfon Iluna itu. Sebenarnya Marganta tidak suka dengan Alfa, ia merasa bahwa Alfa tidak cocok dengan Iluna. Mereka berdua saling tidak cocok. Padahal Arganta memiliki pandangan yang berbeda dengannya, Arganta merasa bahwa Alfa dan Iluna sangat cocok sekali bersama. "Iya ini aku udah makan kok Al, kamu udah makan atau belum Al?" "Ah iya, kalo gitu kamu jaga kesehatan ya. Jangan sampai kenapa-kenapa ya Al." jawab Iluna dan sekarang ini ia sudah mematikan panggilan itu. "Alay." ujar Marga yang sekarang sudah pergi dari sana karena Indomienya juga sudah habis dia makan. Kini Iluna menatap Marga yang keluar dari ruang makan, jujur ia sangat bahagia karena makanan yang ia buat dihabiskan oleh Marga. Ya meskipun ini hanya Indomie saja tapi ia senang. "Ga papa dibilang sama Kak Marga alay yang penting Kak Marga habisini Indomienya. Makasih Kak Marga." ujar Iluna yang tentu tidak di dengar oleh siapa-siapa karena sekarang ini Iluna hanya sendirian di ruang makan itu. “Andai aja Kak Marga sama Lovina mau nganggep aku pasti aku bakalan seneng banget, bakalan bahagia banget bisa kumpul sama mereka dan bisa melakukan hal yang juga dilakukan sama mereka semua. Aku ga sabar untuk itu semua.” ujar Iluna berandai-andai tentang hal itu sekarang ini. Iluna sekarang akan mencuci piring yang tadi tapi tak beberapa lama kemudian bibi datang. Bibi mengatakan bahwa Iluna tidak perlu melakukan ini. Iluna tidak tahu kenapa Bibi bisa ada disini, ya memang disini ada tiga bibi. Ia kira semuanya ikut Mamanya pergi ke supermarket. Ternyata ada yang tidak. "Makasih ya Bi. Kalo gitu Iluna ke kamar dulu ya Bi sekarang. Makasih." ujar Iluna yang sekarang ini Iluna pergi ke kamarnya. Sekarang ini dirinya melihat lagi dress yang akan ia gunakan nanti di party Mahen. Sebenarnya ia masih bingung ingin berangkat atau tidak sekarang karena Alfa tidak bisa datang juga. Ia hanya takut saja, karena ia belum pernah pergi ke party seperti itu. Ia juga tidak tahu siapa saja yang datang. Jika tidak salah, Alya mengatakan bahwa Mahen memiliki banyak teman dan partynya itu tidak hanya akan di datangi oleh anak-anak dari sekolah mereka saja tapi juga anak-anak dari sekolah yang lainnya. Ya begitu lah jika mempunyai banyak teman, lagi pula Mahen juga termasuk anak yang friendly. "Jadi datang ga ya, kok gua jadi mikir lagi ya. Aku telfon Alya aja kali ya sekarang." ujar Iluna tersebut dan kini ia mendial nomor dari Alya tersebut. Panggilan pertama tidak diangkat oleh Alya, panggilan kedua pun juga masih tidak diangkat. Baru di panggilan ketiga ini akhirnya Alya mengangkat. Akhirnya Iluna bisa berbicara dengan Alya juga sekarang ini itu. "Hallo Ilu kenapa?" tanya Alya kepada Iluna tersebut sekarang ini. "Alya, kok aku jadi ragu ya mau datang atau ga karena Alfa ga bisa datang. Menurut kamu gimana?" tanya Iluna kepada Alya tersebut saat ini. "Udah datang aja Ilu, kan ada aku. Kakak-kakak kamu juga datang kan? Pasti aman kok Ilu." ujar Alya pada Iluna, meyakinkan kepada Iluna itu. "Ya udah deh, nanti aku datang sama kamu." ujar Iluna pada akhirnya. Ia juga tidak ingin jika Alya nanti akan berangkat sendiri, tentu ia tidak enak jika sebelumnya ia sudah mengatakan bahwa ia akan ikut tapi sekarang ia mengatakan bahwa ia tidak akan ikut. Akan terasa sangat aneh jika ia seperti itu. "Nah gitu dong, lagi pula ini kita udah kelas 12 tapi belum pernah datang ke party bareng. Kamu sih kemarin-kemarin ga pernah mau ikut party." ujar Alya membuat Iluna tertawa, ia memang tidak pernah ikut party apa pun. Bukan karena ia di larang oleh Mama atau Papanya tapi karena memang ia tidak mau ikut. Lagi pula Iluna juga lebih suka pada ketenangan dan jika berada do party pasti sangat akrab dengan kebisingan dan musik-musik yang sangat keras. Ia tidak suka dengan semua itu sebenarnya, ia sangat tak suka. "Ya udah kalo gitu nanti aku jemput ya. Janji ga akan telat kok hahaha." ujar Alya pada Iluna dan Iluna pun menjawabnya, kini panggilan berakhir. Saat ini Iluna hanya melihat film saja, ia melihat film sampai ia ketiduran sekarang ini. Tampak sekarang ini Arga mengetuk pintu Iluna setelah ia pulang dari mencari makan bersama Lovina. Marganta yang melihat di ruang TV itu hanya menatap saja ke arah Arganta yang masih mengetuk pintu Iluna. "Iluna, kakak masuk ya." ujar Arganta yang kini sudah masuk ke dalam. Ia melihat ternyata Iluna ketiduran, jadinya sekarang TV yang memperlihatkan film yang melihat Iluna tidur. Arganta menggelengkan kepalanya melihat Iluna itu. Kini ia mendekati Iluna dan memakaikan selimut pada Iluna, setelahnya ia pun mematikan TV yang ada di kamar Iluna itu. Kini ia memastikan Iluna tidur dengan nyaman dan ia pun keluar dari kamar Iluna yang masih tertidur itu. Arganta kini bergabung dengan Marganta yang ada di ruang TV. Arganta menatap Marganta yang sekarang ini terlihat menatap fokus ke TV tersebut. "Gua tadi beliin Lo makan juga, Lo bisa cek di ruang makan." ujar Arga. "Gua udah makan." ujar Marganta membuat Arganta mengerutkan dahi. "Makan apa Lo? Emangnya di rumah ada makanan?" tanya Arganta. "Makan Indomie, ga usah banyak tanya deh Lo." ujar Marganta tersebut. "Iya-iya, Marga, kalo Lo punya masalah atau apa pun itu Lo bisa cerita sama gua. Atau kalo ga mau sama gua Lo bisa cerita ke Mama. Mama juga mau tahu tentang Lo dan apa yang Lo rasain." ujar Arganta kepada Marga. "Hm." jawab Marganta dengan singkat, bahkan terlampau singkat juga. Apa kalo gua cerita semua yang gua rasain mereka bisa bantu gua? Lo bisa bantu gua Ar? Mama juga bisa bantu gua? Gua rasa ga. Batin Marganta. Sementara itu di lain tempat, yaitu di markas SMA Sadewa sekarang ini Mahen sedang ada disana. Mahen tampak terlihat ingin bertanya lagi apakah mereka bisa datang ke acara partynya atau tidak. Ia ingin sekali semua temannya bertemu nanti malam karena sebentar lagi juga akan ujian nasional. Setelah ujian nasional pasti semuanya disibukkan untuk mecari kampus pilihan mereka dan setelahnya mereka sibuk mengurus kampusnya dan bahkan mungkin ada yang akan berkuliah di luar kota atau luar negeri juga. Maka dari itu sebelum itu terjadi, sebelum mereka benar-benar saling pergi jadi mereka harus berkumpul terlebih dahulu untuk merayakan pertemanan mereka itu. Mereka harus melakukannya nanti malam juga. "Ayo lah guys, kita dah tinggal tiga bulan lagi ujian nih. Yok lah kita have fun dulu ntar." ajak Mahen kepada mereka semua sekarang ini disana. “Kalo kita-kita sih nurut aja sama si boss, masalahnya si boss belum keliatan ini kemana dia perginya. Kayaknya sih si boss lagi nganterin nyonya boss.” ujar Vino kepada Mahen. “Ya udah deh gua tunggu disini deh, emang kalo dia udah bucin ya kayak gitu tuh.” ujar Mahen kepada mereka semua. Mereka mengangguk, kini mereka berkumpul disana sembari bermain game, ada PS, ada game PC dan yang lainnya. Semuanya ada disini dan semua ini mereka mendapatkan dengan patungan meskipun ada beberapa orang yang langsung membeli barangnya dan di taruh di markas SMA Sadewa ini juga. Mereka masih menunggu sembari mengobrol dan bermain game disana saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN