Bab 2. Tidur di sofa

1153 Kata
Happy Reading. Pesta pernikahan berjalan dengan lancar, tetapi kedua pengantin tidak berada di pelaminan karena Kendrick kondisinya masih belum begitu stabil dan memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar setelah akad. Meskipun kecelakaan itu sudah terjadi beberapa bulan yang lalu, tetapi kaki Kendrick sama sekali tidak bisa digerakkan. Setelah kondisinya membaik pasca kecelakaan, Kendrick sebenarnya ingin sekali sembuh dengan mengikuti terapi, tetapi karena Katrine semakin hari semakin menjauh, wanita itu merasa malu dengan keadaan Kendrick yang menggunakan kursi roda dan puncaknya yaitu kabur seminggu sebelum pernikahan. Tentu saja hal itu sempat membuat Kendrick drop parah dan mengurung diri selama dua hari. Tetapi setelah sang Ibu membujuknya dengan sedikit ancaman-ancaman, akhirnya Kendrick bangkit dan mau menuruti permintaannya. Setelah pesta pernikahan selesai, Khanza yang sejak tadi sebenarnya menepi karena tidak mau berbaur dengan keluarga besar masuk ke dalam kamar dan melihat suaminya sedang memandang ke arah luar jendela. Kendrick terlihat sedang melamun dan asik dengan dunianya sendiri. Khanza berjalan mendekatinya. "Mas, udah lapar belum? Sejak tadi pagi mas Kendrick belum makan, 'kan?" Khanza memang mengamati suaminya yang sejak tadi tidak makan, hanya minum air putih saja setelah ijab qobul tadi. Kendrick diam saja tidak menjawab. "Apa mas Kendrick mau aku ambilkan makanan? Nanti sakit perut loh kalau tidak makan." Khanza masih berusaha mengajak suaminya bicara meskinya diabaikan oleh pria itu. Kendrick yang duduk di kursi rodanya bergeming, dia sama sekali tidak peduli dengan wanita yang sudah menjadi istrinya. "Mas Kendrick, aku panggil mas Ken aja ya, soalnya kalau mas Kendrick kepanjangan, dan kurang bagus kalau didengar." Khanza tertawa sendiri karena memberi nama suaminya dengan panggilan dari awalannya saja. Kan kurang greget gimana gitu, jadinya mas Ken. "Ya udah, aku ambilkan makanan, kalau mas Ken masih belum mau ngomong sama Khanza nggak apa-apa, Khanza ngerti kok gimana perasaan mas Ken, di sini bukan hanya mas aja yang masih belum menerima keadaan ini, sebenarnya Khanza juga, mas. Khanza bahkan sama sekali tidak kepikiran untuk nikah di usia segini, tapi karena balas budi terhadap paman dan bibi yang telah membesarkan Khanza, jadinya ya terpaksa Khanza iya kan permintaan mereka." Khanza bercerita dan belum berhenti bicara agar suaminya mau bicara atau menimpali ucapannya. Namun, Kendrick masih diam saja dengan raut wajah yang datar. Entah apa yang dipikirkan pria itu, yang pasti Khanza akan sangat kesulitan menghadapinya. Lihatlah bagaimana dia tidak menganggap Khanza sama sekali. "Sabar Khanza, sabar," batin wanita itu. "Ehm, Khanza keluar dulu ambil makan ya, mas?" Wanita berhijab itu akhirnya keluar dari kamar Kendrick meskipun suaminya itu tidak menjawab. Biarlah, Khanza masih sabar dan akan terus berusaha. Wanita cantik itu tahu kalau Kendrick masih marah dengan takdir karena membuat keadaannya seperti ini. Menjadi lumpuh dan ditinggalkan oleh wanita yang sangat dicintai. Sungguh itu tidak mudah dan Khanza mengerti itu. Tidak lama kemudian Khanza masuk membawa nampan yang berisi makanan untuk Kendrick. "Mas, makan dulu, ya?" Khanza mendekati Kendrick dan berdiri di samping pria itu. Khanza melihat wajah suaminya dengan lekat, pria itu memiliki wajah yang tampan kebulean karena ibu Kendrick asli orang Inggris. Khanza berjongkok agar bisa mendapatkan atensi dari pria yang sejak tadi hanya diam saja itu. "Mas, jangan terlalu dipikirkan, jangan sedih, mas harus yakin jika mas pasti bisa melewati semua ini, mas pasti sembuh." Kali ini Kendrick sepertinya sedikit tersentuh atau tersentil dengan ucapan Khanza, buktinya pria itu langsung menatap Khanza dengan tatapan tajam. "Pergi, saya mau sendiri dan jangan ganggu saya," ucap Kendrick datar namun matanya masih menatap Khanza dengan tajam. Khansa sedikit tersentak ketika melihat tatapan itu, dia pun langsung berdiri dan meletakkan napan berisi makanan itu di atas paha Kendrick. "Huh, dikira aku takut apa!! Hello, kamu tuh hanya cowok menyedihkan yang ditinggal tunangannya dan sekarang bersedih karena harus menikah dengan aku!" jerit Khanza dalam hati. "Sabar Khanza!!" Kendrick melotot melihat tingkah Khanza yang sangat berani menurutnya. Namun, bibirnya terkatup rapat tidak meneriaki wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. "Apa? Mas Ken mau marah? Iya? Khanza nggak takut, tinggal bilang aja ke pak Atmaja kalau putranya ini nggak mau di ladeni sama istrinya, terus aduin ke Ibu negara yaitu Ibu Valeria biar terjadi drama lagi, mas ini nggak tau ya kalau Khanza itu menantu kesayangan!" Khanza berkacak pinggang. Apakah dia sudah kehilangan kesabaran? Tidak! Khanza melakukan itu sudah atas izin mertuanya. Khanza disuruh berani memarahi Kendrick kalau pria itu mulai melawan. Khanza masih sabar, stok sabar Khanza banyak, dia hanya harus bisa membuat Kendrick sembuh dan mau diterapi agar bersemangat untuk kembali ke keluarga dan memimpin Wiliam Group kembali. Kendrick sedikit terkejut dengan tingkah Khanza, ternyata gadis itu berani kepadanya. Sampai mengancam dengan bawa-bawa nama orang tua. "Huh, menyebalkan," batin Kendrick. Mau tidak mau akhirnya Kendrick memakan makanan yang ada di atas pangkuannya dan hal itu membuat Khanza tersenyum. *** Khanza sudah berganti pakaian dengan piyama tidur, dia belum pernah melepaskan hijabnya selama beberapa jam ini. Sepertinya Khanza tetap akan memakai Hijab meskipun di depan suaminya. Gadis itu tidak akan memperlihatkan rambutnya pada Kendrick jika pria itu belum menganggapnya sebagai istri. Khanza bisa melihat Kendrick yang sudah berbaring di atas tempat tidur, sepertinya pria yang sudah sah menjadi suaminya itu sangat kelelahan. Akhirnya Khanza juga memutuskan untuk naik ke atas ranjang karena dia juga sudah sangat mengantuk. "Siapa yang menyuruhmu tidur di sini?" Khanza terkejut mendengar suara keras Kendrick. Padahal tadi dia kira Kendrick sudah terlelap. "Khanza ngantuk mas, mau tidur. Lagian kita tuh suami istri, jadi nggak apa-apa donk kalau aku tidur di ranjang yang sama dengan, Mas," ujar Khanza. Kendrick membuka matanya dan langsung melotot tajam pada gadis itu. Ternyata memang benar-benar berani. "Aku tidak mau berbagi ranjang denganmu, jadi sebaiknya jangan kau jatuhkan tubuhmu di atas kasur ini!" tegas Kendrick. Khanza merasa sakit hati dengan ucapan suaminya itu, tetapi Khanza tetap tidak akan menyerah. "Mas, jangan gitu donk, terus Khanza tidur di mana? Lagian nanti Khanza bisa bantu mas Ken kalau ingin ke kamar mandi gitu, kalau Khanza tidur di samping mas, kan. Khanza janji nggak akan ngapa-ngapain?" "Ku bilang tidak ya tidak!! Jangan kira kamu bisa mengatur saya seenaknya saja!! Saya tidak sudi tidur sama kamu, silahkan keluar dan tidur di kamar lain kalau ingin tidur di ranjang," ujar Kendrick masih menatap Khanza dengan tatapan tajam. "Loh, kok gitu? Nanti kalau ditanya ayah sama ibu, gimana?" "Terserah, saya tidak peduli. Kalau kamu masih mau di kamar ini, silahkan tidur di sofa itu dan jangan berani-berani naik ke atas ranjang saya!!" Khanza menunduk untuk menekan rasa sakit di dadanya. Dia harus banyak menyuap stok sabar. "Sabar Khanza, sabar," batin Khanza. Hanya itu mantra yang selalu diucapkan oleh Khanza dalam hati untuk menekan emosinya. Karena dia sebenarnya bukan wanita lemah yang gampang ditindas. Akhirnya Khanza memilih untuk tidur di sofa dan segera merebahkan diri karena tubuhnya begitu lelah. "Tenang Khanza, ini masih belum ada sehari, kamu pasti kuat menjalaninya." Sedangkan Kendrick sendiri hanya bisa mengatur emosinya, sungguh dia masih belum rela jika istrinya diganti oleh wanita seperti Khanza, dia juga masih kecewa dengan Katrine yang pergi meninggalkannya. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN