Amirra POV Aku meluruskan kakiku di bangku taman Tugu di depan Balai Kota Malang. Menatap langit tinggi yang redup sebab tertutup banyak awan tebal. Bukan mendung, tapi hanya sekedar awan tebal saja. Redup seperti hatiku yang sama sekali tak b*******h. Hingga seminggu setelah kabar bahwa aku akan dijodohkan, aku masih tak bersemangat. Selama seminggu ini aku hidup dalam kelesuan tingkat tinggi. TA Bindoku macet karena malas kusentuh. Belum lagi dengan ekspresi dua sahabatku yang tak tergambarkan dengan kata-kata. Arvan yang mendadak sedih seperti patah hati dan Ibra yang kumat lemotnya. Ibra juga makin mellow dengan mengatakan bahwa nasibku amat buruk. Bukannya menyemangati, mereka malah menambah bebanku. Ya, mungkin saja bebanku seperti beban mereka juga.