Pria itu terbangun dari tidurnya kemudian sadar kalau semalam dia ketiduran saat menemani Jennie menjahit, Ia melirik kesana-kemari mencari sosok Jennie yang ternyata masih mengerjakan pakaiannya. Matanya masih memancarkan kesungguhan dalam menyelesaikan jahitannya tapi di samping itu ada rasa lelah yang menyelimuti Jennie saat ini. Jaden salut melihat kesungguhan Jennie saat membuat jas tersebut ia bahkan tidak tidur agar jas buatannya segera selesai.
" Kau belum tidur.? " Sahut Jaden lirih.
" Nanti saja lagi pula hari ini aku libur, Aku bisa tidur setelah ini. " Jawabnya masih fokus dengan kerjaanya.
" Maafkan aku, Aku ketiduran semalam. "
" No problem, Aku tidak membangunkan mu karena sudah larut malam dan lebih baik membiarkan mu tidur saja."
Jaden bangkit dari tempatnya dan berjalan menuju jendela untuk membiarkan udara segar masuk ke dalam ruangan itu, matahari perlahan menampilkan sinarnya yang hangat dan sepasang mata biru itu menatap keluar jendela dengan senyum yang merekah di bibirnya.
" Kau suka melihat sunrise.? " Tanya Jaden membuat Jennie seketika menghentikan aktivitasnya dan melirik Jaden dengan wajah yang melongo heran.
" Aku suka, memangnya kenapa.?" Sahut Jennie lirih.
" Aku juga menyukainya, kalau ada kesempatan bagaimana kalau kita pergi melihat sunrise bersama. " Lontar Jade sukses membuat Jennie terkejut mendengarnya.
" Tentu saja aku mau. " Jawabnya berusaha untuk tenang.
" Aku akan keluar mencari sarapan, kau ingin makan apa.?" Tanya Jaden.
" Apa saja terserah kamu. " Jawab Jennie tersenyum manis.
Jaden pergi setelah merangkul tasnya sementara itu Jennie kembali fokus dalam mengerjakan tugasnya, tanpa terasa tenggat waktu pengumpulan sisa dua hari lagi dan Jennie baru mengerjakan 60% jas yang ia buat saat ini, Jennie ingin jas itu jadi hari ini juga dan besok adalah hari di mana dia akan memotret Jaden saat mengenakan jas tersebut.
Pintu tiba-tiba terkuak namun tak mengganggu aktivitas Jennie saat itu , gadis itu sadar setelah seseorang meletakkan sesuatu di atas meja dan perlahan mendekatinya.
" Kenapa cepat sekali? Apa kau melupakan sesuatu.?" Gumam Jennie tanpa menoleh ke belakang.
Tak ada jawaban dari ucapannya sehingga membuat Jennie menoleh dan langsung terkejut di buatnya.
" Joshua? Apa yang kau lakukan di sini? " Tanya Jennie sangat terkejut dengan kehadirannya.
" Aku khawatir bodoh, Kau bahkan tidak membalas pesanku semalam, Mama dan Papa menelpon semalam dan aku tidak bisa menjawab kalau kau ada di kampus jadi aku bilang pada mereka kalau kau sudah tidur , Aku bangun pagi-pagi hari ini untuk membawakan bekal ini untukmu. " Jawabnya setelah menyentil kening Jennie.
" Kau lupa kalau kita masih marahan." Gumam Jennie sambil mem-pout kan bibirnya.
" Aku minta maaf." Ucap Joshua sambil menggaruk kepala tak gatal.
" Kau bawa apa? Coba sini aku lihat." Gumam Jennie sambil mem-pout kan bibirnya.
Joshua menyerahkan kotak makanan yang sengaja ia buat pagi ini untuk Jennie, dan dia membuka penutupnya satu persatu sehingga menampilkan menu makanan yang membangkitkan nafsu makan Jennie.
" Wah sebaiknya aku menelpon Jaden untuk segera kemari. " Benak Jennie sambil meraih ponselnya untuk segera menghubungi Jaden.
" Kau belum tidur? " Tanya Joshua penasaran melihat wajah Jennie yang sudah hampir memiliki lingkaran hitam di bawah matanya.
" Belum, Sebentar lagi aku akan tidur." Jawabnya kembali dan lagi-lagi niatnya untuk menelpon Jaden batal lantaran Joshua yang terus mengoceh.
" Di sini.? "
" Di mana lagi? Ini tempat kerjaku, Aku harus kejar target untuk menyelesaikan jas ini. "
Joshua tidak ingin bertanya soal jas itu karena semalam dia sudah mengetahui siapa pemilik dari jas yang di buat oleh Jennie, Rasanya sangat mengganggu mengetahui Jennie membuat sebuah pakaian untuk seseorang dan pakaian tersebut bahkan terlihat sangat istimewa.
" Aku minta maaf. " Ucap Joshua seketika membuat Jennie melongo heran
" Untuk apa lagi? " Lontar Jennie kemudian.
" Untuk semuanya, Maaf telah mencampuri urusanmu dan maaf karena tidak mempercayaimu soal Sena. "
" Jadi kau sudah tahu kalau gadis itu benar-benar jahat? "
Joshua hanya menunduk sambil meratapi dirinya yang terlihat bodoh kemarin-kemarin, Jennie kemudian bangkit dari kursinya dan mendekati Joshua.
" Aku memaafkan mu, Bagaimana pun juga kita ini saudara kembar tidak wajar kalau kita sering marahan karena hal sepele. "
Joshua meraih Jennie ke dalam pelukannya seraya mengucapkan terima kasih karena sudah mau memaafkannya, Lirikan mata Joshua tiba-tiba tertuju pada seorang pria yang ada di depan pintu tengah melihat aksi mereka, Senyuman kecil terukir di wajah Joshua hingga pria itu pergi meninggalkan tempat tersebut.
" Sudah, Kau boleh pulang sekarang.! " Ucap Jennie setelah melepas pelukannya.
" Kenapa? Aku ingin menemanimu di sini. "
" Tidak usah, Lagi pula aku sudah punya seseorang untuk menemaniku, Kau boleh pulang sekarang. "
" Mungkin dia tidak akan datang. " Benak Joshua tersenyum kemenangan.
" Tunggu apa lagi? " Lirik Jennie kembali sinis.
" Iya.. Iya aku pulang, Jangan lupa makan bekal itu yah. " Sahut Joshua dan di balas teriakan Ya dari Jennie.
♣
Pria itu nampak termenung di kamarnya, Pikirannya terganggu akan sesuatu yang di rasanya aneh setelah pulang dari kampus, Baru saja ia ingin mandi dan beres-beres untuk kuliah lagi tiba-tiba saja satu pesan singkat masuk dan membuatnya segera mengecek isi pesan tersebut.
" Kamu di mana? Aku menunggumu, Kita sarapan bersama." Isi pesan yang datang dari Jennie membuat Jaden kembali tersenyum walau sekilas.
" Maafkan aku, Aku tiba-tiba ada urusan penting, Kau bisa kan sarapan sendiri.? "
Hitungan detik kemudian.
" Baiklah, Kau bisa kan nanti sore sepulang kuliah datang ke sini lagi? Jas nya sebentar lagi akan selesai. "
" Oke. "
Dengan berakhir nya percakapan mereka pagi ini, Jaden pun segera bersiap-siap kuliah, Ia mencoba untuk menyegarkan pikirannya lagi dan menghilangkan kekhawatiran yang melandanya saat ini. Sementara itu di tempat lain, Jennie terlihat mengantuk hingga tak bisa menghabiskan makanan yang di bawa Joshua pagi ini, Ia membungkus kembali makanan itu dan merapihkan semua pekerjaan nya.
Karena ruang desain akan di pakai pukul 09:00 ia harus pindah ke suatu tempat agar bisa tidur, Jennie tidak ingin pulang lantaran jarak antara apartemen dan kampus cukup jauh sementara ia harus menyelesaikan semua ini hari ini juga dan salah satu tempat terdekat hanyalah asrama kampus, Ia juga ingin bersih-bersih agar tidak terlihat memalukan di depan Jaden nantinya, Beruntung Mahasiswa yang bukan tinggal di asrama bisa tidur di sana dengan membayar sewa per jam mereka tidur.
♣
Terdengar suara dering alarm yang membuat Jennie langsung terbangun dari tidurnya, Ia membuka mata dengan malas kemudian meraih ponselnya untuk menghentikan bunyi alarm tersebut, Rasanya baru beberapa menit yang lalu ia tertidur dan suara alarm sudah membangunkannya, Tapi kenyataanya Jennie sudah tertidur selama tiga jam lebih namun baginya itu belum cukup setelah semalaman begadang.
Baru saja ia ingin kembali tidur tiba-tiba saja seseorang menelponnya dan dengan kesal Jennie meraih ponselnya kemudian memarahi si penelpon tanpa melihat terlebih dulu siapa yang baru saja menelponnya.
" Jennie, Ini aku." Ucap seseorang yang sukses membuat kedua mata Jennie membelalak kaget
Jennie bangkit dari tempat tidur dan melirik layar ponselnya, Terdapat nama Jaden yang sekali lagi membuatnya tersadar.
" Apa aku mengganggumu? " Tanya Jaden lagi
" Maafkan aku, Ku pikir tadi Edith, Kamu nggak ganggu kok.. Ada apa meneleponku? " Sahut Jennie menyangkal
" Aku cuma mau bilang kalau sekarang aku ada di ruang desain, Ku pikir kau ada di sini ternyata tidak. "
Jennie menjauhkan ponselnya dan memasang wajah menahan teriakan, Ia benar-benar gemas dengan Jaden saat ini, Terlebih ketika mendengar suaranya rasa lelah yang tadinya menumpuk kini sirna.
" Aku sedang di asrama kampus, Kau tunggu aku 15 menit lagi, Jangan kemana-mana oke. "
" Apa kau yakin aku tidak sedang mengganggu waktu istirahat mu? "
" Tentu saja tidak, Aku sudah tidur cukup lama dan sudah waktunya kembali menjahit, Sudah dulu yah aku mau siap-siap. "
" Kau tidak usah terburu-buru karena aku akan menunggumu. "
Jennie termenung sejenak begitu panggilan di akhiri oleh Jaden, Ekspresi wajah Jennie saat ini sulit di artikan antara senang dan kebingungan, Jantungnya pun seakan ikut berpacu hingga di akhir ia teriak-teriak kegirangan.