Kedua mata Marchel berangsur terbuka bersama bayang-bayang kabur yang perlahan semakin jelas menyapa pandangannya. Ada yang aneh. Marchel tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Hanya kedua matanya saja yang bisa leluasa untuk mengerling. Namun, bisa Marchel pastikan, mulutnya sampai dihiasi selang ventilaor, leher di-gips, juga kepala yang diperban. Tunggu dulu. Bukankah kemarin yang terluka punggungku? Maksudku, bukankah kemarin yang terluka itu punggung Slamet? Namun, kenapa kepalaku sampai diperban dan aku juga sampai di-gips? pikir Marchel. Suasana keberadaannya memang Marchel kenali sebagai suasana rumah sakit dengan fasilitas elite meski Marchel hanya melihat langit-langit ruangan berikut gordennya, tapi selebihnya Marchel tidak tahu apa-apa. Enggak ada yang nungguin aku? pikir Marche
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari