Sinta POV.
“Jadi kamu sekarang udah punya pacar??” tegur papi tanpa menatapku dan tetap makan.
Aku tertawa menanggapi. Aku lirik kak Lulu yang diam diam menahan tawa. Pasti taukan siapa yang sudah mengadu pada papi.
“Bukan tentarakan?” tanya papi lagi.
Kali ini aku jadi berdecak.
“Kita udah bahas soal inikan??” komenku.
“Sin...”tegur mami.
Aku berdecak lagi.
“Aku beda dengan kak Lulu, dan tidak akan pernah sama juga soal selera atau kriteria lelaki yang aku harapkan jadi pendamping. Aku pikir masih jauh juga untukku bicara soal pacar apalagi calon suami. Aku masih sekolah pih” kataku.
Kalo Karin selalu berselisih faham dengan orang tuanya soal waktu, aku malah soal jodoh. Kalo aku sudah cukup umur, masih masuk akal untuk kami bicara soal ini. Akunya baru juga masuk SMA.
“Proses seleksi itu bisa dimulai dari sekarang. Lulu sudah pacaran sejak pertama masuk SMA...”
“Dan papi izinkan karena Kak Lulu jatuh cinta pada anak Jendral teman papi” potongku.
“Sin...” tegur kak Lulu gantian.
Aku memutar mataku malas. Sudah ketebak arah pembicaraan selanjutnya akan berujung dimana. Papi akan bicara soal kelebihan mempunyai pendamping yang punya latar belakang militer.
Aku ingat benar waktu kak Lulu akhirnya di kawal oleh pacarnya setelah sekian lama pendidikan. Aku ingat gimana kak Lulu yang harus LDR dengan pacarnya dan hanya akan bertemu saat libur tugas.
Papi gak tau, aku itu tipe romantis, aku tidak perduli nantinya di bilang bucin pada pasangan, asal aku bisa selalu dekat dan sama sama trus dengan pasanganku nanti. Apa enaknya juga punya pasangan tapi di tinggal tinggal terus persis mamiku dulu. Gak deh tidak terbayang juga punya hubungan sekaku hubungan papi dan mamiku. Yang menganggap papi itu laksana raja. Apa aja tunggu papi, apa aja gimana papi, jadi seperti mami aku tuh tidak punya otoritas.
“Kamu itu nantinya akan di hormati dan di hargai orang kalo punya suami orang angkatan. Tidak perlu kalian kaya, lebel sebagai abdi negara jelas membawa pengaruh besar” alasan papi selalu.
Papi itu sebenarnya ngerti arti kata abdi gak sih??. Itu hanya perhalusan dari kata pembantu. Hanya tergantung kata selanjutnya. Abdi negara, ya pembantu negara. Abdi dalam, ya pembantu di keraton. Iya toh?.
Lalu soal kaya??. Dimana orang berpotensi tentara tidak kaya?. Apalagi jendral macam papi. Gak perlu jendral, yang masih perwira menengah aja banyak yang kaya, karena definisi kaya itu beda untuk setiap orang, tergantung sudut pandang orang menilai, juga objek pembanding. Kalo di banding pejabat pemerintah lain, seperti papi Karin, jelas papi kaya juga. Dari sisi gaji, pejabat seperti papiku atau papi Karin pasti besar, berbanding lurus dengan tanggung jawab yang mereka emban.
Kalo objek pembandingnya papa Nino atau Rengga yang pengusaha jelas kalah jauh. Kenapa jadi sebut nama Rengga?, papi sih kenapa bahas soal pasangan.
Jadi aku menarik kesimpulan soal kekayaan dan kekuasaan itu tidak ada tolak ukurnya, karena pada kenyataannya, di atas langit ada langit. Papi misal kaya, pasti ada lagi yang lebih kaya dari papi, atau lebih miskin. Papi berkuasa, di atas papi ada kuasa president yang harus papi patuhi, lalu di atas president, pasti ada lagi kuasa yang lebih tinggi. Itulah kehidupan. Jadi menurutku lagi, untuk apa sombong akan harta dan kuasa, kalo akan selalu ada yang lebih kaya dan lebih berkuasa dari kita.
“Saat ini papi biarkan kamu bergaul dekat dengan siapa pun Sinta” suara papi lagi.
Tapi..., jedaku dalam hati.
“Tapi...” tuhkan?.
“Kalo tiba saatnya kamu memang harus punya pasangan, papi akan ikut campur urusan ini. Masa depanmu, jelas tanggung jawab papi. Dan ini keputusan final papi!” tutup papi.
Kelar sudah. Kalo sudah selesai memberikan wejangan dan nasihat lalu berujung di kata akhir tadi, kemarin kemarin, aku akan mengangguk. Tapi sekarang jelas beda. Ada Rengga, yang untuk pertama kalinya, membuatku tertarik mengenal lelaki lebih jauh dari aku mengenal lelaki sebelum Rengga.
Secara general, jelas Rengga tidak masuk kriteria, walaupun Rengga memiliki latar belakang keluarga kaya. Bukan hal penting untuk papiku punya mantu atau besan orang kaya. Yang penting untuk papi, mantunya orang militer.
“Elo cerita apa sama papi?, sampai papi bahas soal ini kak?. Papi belum pernah ketemu Rengga kak, pasti tau dari elo, kalo gue dekat sama Rengga” omelku pada kak Lulu yang menyetir mobil balik pulang ke rumah kami, setelah tadi makan malam di rumah dinas papi.
Kak Lulu malah tertawa.
“Elo pikir yang tinggal di rumah kita, Cuma kita doang?. Ada pembantu dan orang orang papi. Emangnya si Rengga gak kasat mata macam hantu?. Jelas banget dia nyata macam kita. Ya pasti pembantu atau orang papi yang ngadu sama papi. Gue ngapain amat kepo urusan elo sama Rengga” jawab kak Lulu.
Aku menghela nafas.
“Elo serius gak sih soal perasaan elo sama Rengga?” tanya kakakku
Aku mengangkat bahuku. Enak sebenarnya punya kakak perempuan tuh, apalagi seasyik kak Lulu. Mungkin aku juga tidak pernah berniat mencampuri urusan dia dan pacarnya kali ya, jadi dia juga santai melihatku pergi pergi trus dengan Rengga, walaupun sebatas mengantar jemput ku di mobil. Bukan aku tidak bersedia mempersilahkan Rengga masuk dulu, hanya takut buang waktu. Kalian suka merasa gak sih kalo waktu terkadang berjalan lebih cepat kalo kita bersam sama dengan orang yang kita sayang??. Aku soalnya gitu, suka merasa waktuku cepat habis kalo berduaan dengan Rengga.
“Kalo elo belum yakin, mending lepas deh Sin. Tau dong lo, kalo kriteria calon pacar atau suami kita nantinya, harus banget bau baju loreng” lanjut kak Lulu.
“Tinggal beli di proyek Senen” gurauku.
Kak Lulu berdecak.
“Di bilangin yang tua, bukan dengar malah ledek. Gue takut romansa cinta elo dramatis kaya Romeo dan Juliet” katanya lagi.
“Gue masih punya otak buat mikir. Gila aja kali kak, masa bunuh diri demi laki yang belum jadi apa apa. Udah jadi laki sekalipun, masa iya gue bunuh diri demi dia. Cinta emang kadang buta kak, tapi tetap mesti di barengi akal” jawabku.
“Itu dia, sebelum elo terlanjuran cinta sama Rengga, mending lepas. Takutnya terlanjuran elo jatuh cinta, trus bucin, terus hilang akal. Lagian gue kasih contoh kisah Romeo dan Juliet, lebih ke sikon yang orang tua mereka gak setuju sama hubungan mereka” jelas kak Lulu.
“hubungannya?” tanyaku gagal faham.
“Ya mereka nekat buat rekayasa drama racun, karena mereka merasa tidak mungkin melawan orang tua Sin. Dan gue yakin elo dan Rengga pun kalo mentok di restu orang tua, pasti lebih milih nyerah. Untuk itu, daripada nyerah di saat semua berjalan jauh, sakitnya nanti akan lebih besar lagi, mending elo lepas sekarang sebelum perasaan elo berdua berkembang lebih dalam” saran kak Lulu.
Benar sih yang dia bilang. Kalo aku memaksa tetap menjalin kedekatan dengan Rengga, even hanya sebagai teman, mending sekarang sekarang ini. Kalo nanti akhirnya aku dan Rengga pacaran, lalu serius, trus terganjal restu, nanti malah aku dan Rengga sama sama sakit hati.
Itu yang membuatku akhirnya masuk mode silent dan berhenti menghubunginya selama liburan semester. Aku pikir akan aku lepas pelan pelan, walaupun aku yakin Rengga akan merasakan. Taukan kalo perasaannya peka sekali?.
Sampai kemudian Karin menelponku dari Korea. Dan cerita soal Noni yang ternyata ulang tahun.
“Jangan iri ya bestie, gue beliin Noni sweater dan elo cuma kaos, gue males shopping, mau habiskan waktu sama mami gue. Jangan marah ya, karena gue kasih oleh oleh sekalian kado buat ultah Noni” jelas Karin.
Aku tertawa.
“Gue bisa beli sendiri di eBay” ejekku.
“Mantap anak jendral, babehnya duitnya meteran” balas Karin.
Asli kangen sekali aku pada Karin, sama Noni juga sih, hanya kalo pada Noni, lebih ke romansa recehnya dengan Nino, yang selalu buat aku meleleh dan BAPER gak jelas.
“Memang Noni ultah sista?” tanyaku.
“iya, nanti pas hari ibu. Gue kasih dia sweter, supaya happy juga tuh anak sultan yang kampret. Diakan kalo Noni dapat sesuatu yang bisa buat cegah Noni sakit, pasti happy” jawab Karin.
Benar juga. Dan Karin benar lagi, waktu melihat postingan Noni di sosmed yang bilang, dia sedang ultah. Banjir doa, harapan mengalir trus.
Dan yang membuatku melted, postingan balasan Nino untuk Noni. Gokil sih, follower Nino itu banyak sekali, pasti seluruh siswa sekolah yang jadi pengguna medsos, pasti follow akun Nino dan Noni. Menurutku jadi seperti pembuktikan atau legatimasi kalo Noni memang special untuk Nino.
Andai Rengga begitu, pasti aku akan pertimbangan rencanaku untuk mundur. Bisa apa aku, aku tuh perempuan, pantang maju duluan, walaupun aku selalu memberikan sinyal pada Rengga untuk bergerak mendekat dan lebih mendekat lagi.