Memang Papa, Mama, Mbak Ita dan Fardan
pada ke Semarang. Mau menghadiri pernikahan
keponakan Papa alias saudara sepupu ku. Dan
rumah tidak boleh ditinggalkan tanpa ada yang
menunggunya. Karena itu aku dan Mbak Ayu
tidak diajak ke Semarang, agar rumah tetap
aman. Maklum belakangan ini sering terjadi
pencurian di daerah kami.
Mbak Ayu menghampiri kursi yang sedang
aku duduki. Dan memegang kedua bahu ku dari
belakang,"Justru sekarang kita punya
kesempatan baik, Sam."
"Emangnya mau ngapain Mbak? Mau
nonton bokep semalam suntuk?" tanya ku tanpa
menoleh ke belakang.
Lalu terdengar suara Mbak Ayu di belakang
kursi ku.
"Sam... aku ingin tahu kayak apa sih rasanya
kalau punya ku dijilatin seperti dalam
bokep-bokep itu... kamu mau kan
melakukannya?"
Aku tersentak kaget. Permintaan kakak tiri
ku itu benar-benar di luar dugaan. Tak pernah
terpikirkan sedikit pun kalau Mbak Ayu mau
meminta sesuatu yang belum pernah ku lakukan
itu.
Aku pun bangkit dari kursi ku. Menatap
wajah kakak tiri ku yang sebenarnya cantik itu.
Dan baru sekarang aku memperhatikan
kecantikannya.
"Mbak serius?" tanya ku.
Mbak Ayu memegang pergelangan tangan
ku. Lalu mengajak duduk di sofa ruang belajar
itu.
"Serius Sam... aku penasaran... karena
teman-teman ku sudah pada sering
merasakannya. Cuma aku sendiri yang belum
pernah. Sam mau kan menghilangkan Tasa
penasaran ku?" Mbak Ayu memegang tangan ku
erat-erat.
"Mau sih mau Mbak. Tapi takut.. “
"Takut apa?"
"Takut ketahuan sama Papa dan Mama...
pasti mereka marah sekali nanti..
"Ya jangan sampai mereka tahu dong.
Jadikan rahasia kita berdua aja."
Saat itu Mbak Ayu mengenakan daster
katun berwarna abu-abu polos. Dan tiba-tiba saja daster itu disingkapkan sampai perutnya.
Membuat ku tersentak lagi. Karena kakak tiri ku
itu tidak mengenakan celana dalam. Sehingga
aku bisa langsung melihat k*********a yang...
aaaah... jantung ku berdebar-debar dibuatnya...!
"Mbak.... " hanya itu yang terlontar dari
mulut ku. Dengan perasaan gugup tak menentu.
“Ayo jilatin, Sam. Please..." pinta Mbak Ayu
dengan nada memohon.
"Tapi Mbak... menurut buku yang pernah
kupelajari, tidak boleh langsung menyentuh
kemaluan. Harus ciuman dulu... harus mainkan
buah d**a dulu dan sebagainya."
"Ya udah... ikuti aja petunjuk yang pernah
kamu pelajari itu."
"Di sini?"
"Menurutmu harus di mana? Di sini atau di
kamar ku atau di kamarmu?"
"Biar akunya pede, di kamar ku aja Mbak."
"Ayo," Mbak Ayu bangkit dari sofa, lalu
melangkah duluan ke dalam kamar ku.
Setelah berada di dalam kamar, kututup dan
kukuncikan pintu kamar ku, lalu menghampiri
kakak tiri ku yang sudah duluan duduk di
pinggiran tempat tidur ku.
"Mau sambil nonton bokep sebagai
penuntun kita?" tanya ku sambil membuka
lipatan laptop ku dan meletakkannya di atas
tempat tidur ku, menyandar ke dinding.
"Iya... itu penting Sam. Biar jangan ngawur,"
sahutnya.
Aku tercenung sejenak. Mengingat-ingat
video yang berisi oral s*x sebagai foreplay. Lalu
kuambil flashdisk silver dan kupasangkan di
laptop yang sudah kuaktifkan. Sesaat kemudian
layar laptop ku mulai menayangkan adegan
sepasang orang bule yang bersetubuh. Keduanya
sudah telanjang bulat di kebun apel. Di atas
hamparan kasur tipis.
"Wah... langsung pada telanjang gitu ya.
Berarti kita juga harus telanjang seperti mereka?"
tanya Mbak Ayu sambil menelungkup dengan
wajah menghadap ke arah layar laptop ku.
"Mungkin memang harus begitu Mbak,"
sahut ku.
"Kamu juga harus telanjang dong," ucap
Mbak Ayu sambil menepuk punggung ku.
"Aku sih gak usah telanjang. Kan Mbak
cuma ingin dioral. Bukan mau bersetubuh. Jadi
aku hanya akan menggunakan tangan dan mulut
.. jadi gak usah telanjang kan? *
"Nggak fair dong ah. Seperti di film itu kan
sama-sama telanjang."
"Mereka nantinya bersetubuh Mbak. Wajar
aja kalau sama-sama telanjang."
"Pokoknya kamu harus telanjang juga ah.
Biar aku gak risih telanjang sendirian," ucap
Mbak Ayu sambil menurunkan celana trainingku
sampai terlepas dari kaki ku. Baju kausku pun
ditanggalkannya, schingga aku tinggal
mengenakan celana dalam saja. Pada saat itulah
Mbak Ayu melepaskan dasternya, sehingga
langsung jadi telanjang bulat. Ternyata ia bukan
hanya tidak bercelana dalam. Sepasang buah
dada montoknya pun tidak berbeha.
Aku tertegun. Memperhatikan sekujur
tubuh kakak tiri ku dari ujung kaki sampai ke
ujung rambutnya. Tubuh yang tinggi montok,
dengan sepasang buah d**a yang gede dan
bokong yang semok pula. Sementara kulitnya
yang putih bersih, begitu mulusnya, tak terlihat
noda setitik pun.
Memang sangat berbeda kalau
kubandingkan dengan Mbak Ita. Kalau Mbak
Ayu berperawakan tinggi montok, Mbak Ita
tergolong tinggi semampai.
“Aku sudah boleh menyentuh bagian-bagian
penting di tubuh Mbak?" tanya ku ragu.
"Iya.. anggap aja aku ini cewek di dalam film
itu. Dan kamu cowoknya. Jangan
canggung-canggung," sahut Mbak Ayu sambil
merebahkan diri kembali di atas tempat tidur ku.
"Padahal kita ini saudara, ya Mbak."
"Saudara lain ayah beda ibu. Hihihii... kita
kan sebenarnya cuma terbawa oleh papamu dan
mama ku. Kamu ini jadi adikku. Padahal kita
tidak ada hubungan darah. Ayolah... jangan
buang-buang waktu Sam.
Aku melirik ke layar laptop ku. Si cowok
tampak sedang mengemut p****l buah dada
ceweknya, sementara tangan si cowok sedang
menggerayangi kemaluan si cewek.
Dengan jantung berdebar-debar aku pun
bermaksud untuk mengikuti adegan di layar
laptop ku. Merayap ke atas tubuh telanjang
kakak tiri ku, Dan langsung memagut pentil
buah d**a Mbak Ayu, sementara tangan ku
mulai mengusap-usap k*********a yang bersih
dari rambut.
Tapi sebelum kumulai mengemut pentil
buah dadanya, Mbak Ayu berkata setengah
berbisik.
"Cium bibir ku dulu Sam...
Aku iktui keinginannya. Kupagut bibir Mbak
Ayu, yang disambut dengan juluran lidahnya.
Kusedot-sedot lidah kakak tiri ku itu. Lalu kami
saling lumat dengan gairah yang makin lama
makin menghangat.
Tadinya aku ingin melakukan seperti yang
ditayangkan di layar laptop ku, menggerayangi
kemaluan Mbak Ayu sambil mengemut pentil
buah dadanya. Tapi adegan di layar laptop ku
sudah bergerak lebih jauh. Wajah si cowok sudah
berada di depan kemaluan ceweknya. Lalu mulai mengoral cewek itu.
Menyaksikan adegan itu aku pun berubah
pikiran.
Wajah ku melorot turun ke perut Mbak Ayu.
Menjilati pusar perutnya sesaat. Lalu turun lagi,
sehingga wajah ku langsung berhadapan dengan
kemaluan kakak tiri ku.
Aku terlongong sesaat di depan kemaluan
yang sangat bersih dari rambut itu. Bentuknya
tembem pula. Jujur... kalau memperturutkan
nafsu, ingin saja kujebloskan batang kemaluan
ku ke dalam celah yang sedang kungangakan ini.
Namun aku mati-matian mengontrol diri ku
sendiri, agar jangan sampai terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Mbak Ayu sendiri tampak ingin mengikuti
adegan di layar laptop ku. Kedua tangannya
menarik sepasang pahanya ke atas dan
dikangkangkan selebar mungkin. Sementara
ujung lidah ku sudah mendarat di permukaan
kemaluannya yang sedang aku kangkangkan
dengan kedua tangan ku ini.
Lidah ku pun mulai beraksi. Menjilati
bagian yang berwarna pink dan mengkilap basah
itu. Mbak Ayu pun mulai menahan-nahan
napasnya. Entah apa yang sedang dirasakannya.
Sementara rintihan-rintihan nya mulai terdengar,
meski cuma perlahan sekali.
"Iya Saaam... iyaaa... 000oh... ini enak sekali
Saaam... 00000oh.... ooooh..."
Namun aku pun sebenarnya sudah mulai
sulit mengatur napas ku sendiri. Karena semua
yang aku hadapi ini benar-benar membangkitkan
gejolak nafsu birahi ku.
Meski begitu, aku masih tetap berusaha
mengontrol diri ku sendiri. Menjaga agar jangan
sampai terjadi sesuatu yang melampaui batas.
Meski membuat ku tersiksa.
Dan aku semakin giat menjilati kemaluan
Mbak Ayu. Bahkan setelah kutemukan cltorisnya,
aku pun memusatkan jilatan ku ke arah daging
kecil itu. Sementara kedua tangan ku terjulur ke
arah d**a kakak tiri ku. Dan mulai meremas
sepasang buah dadanya dengan lembut.