05 - Permintaan Alana

659 Kata
“Alana …” Langit tampak bingung dengan apa yang Alana katakan. “Oh iya, kamu nggak usah terlalu percaya diri! Aku ke sini karena janjian sama Kak Langit. Tapi, berhubung ada kalian yang bikin aku eneg dan nggak berselera, aku mau kok ngalah sekali lagi dan pindah dari sini,” potong Alana, sebelum Langit menyangkal ucapannya. “Nggak mungkin! Kamu sewa dia buat panas-panasin aku?” ucap Arkan tidak terima. “Panas-panasin kenapa? Memang kamu masih punya hak buat panas?” balas Alana santai. Lalu, gadis manis itu menoleh ke arah Langit. “Kak, pindah aja, yuk! Aku punya rekomendasi resto lain yang nggak kalah enak kok.” Alana mengedipkan matanya dengan genit ke arah Langit. Langit yang memang tidak ingin terjebak di suasana aneh itu terlalu lama, akhirnya menyetujui ajakan Alana. Dia hanya pasrah saat Alana menyeretnya pergi dari restoran itu. Setibanya di parkiran, Langit melepas pelukan Alana di lengannya. Ia merasa risih dengan sentuhan gadis asing itu. Ia paling tidak suka gadis yang genit dan menempelinya secara terang-terangan, termasuk apa yang baru saja Alana lakukan. “Saya memang pernah nolongin kamu. Tapi bukan berarti kamu bisa manfaatin saya sebagai tameng seperti tadi. Apalagi, sampai kurang ajar memeluk lengan saya. Saya nggak suka!” sentak Langit berterus terang. Di balik sisi hangatnya, dia memang bisa berubah menjadi sosok yang dingin dan tegas. Anehnya, Langit tidak mendapat respons apapun dari gadis yang baru saja ia marahi. Gadis itu hanya menunduk tanpa membalas ucapannya - sangat kontras dengan sosok cerewet yang ia kenal dua hari terakhir. Lama-kelamaan, akhirnya Langit sadar. Bahu gadis itu bergetar, dan isakan lirih mulai terdengar. “Saya nggak bermaksud bentak kamu, maaf.” Bukannya menjadi tenang, tangis Alana justru semakin kencang hingga membuat Langit khawatir orang-orang akan salah paham dengannya. “Alana, saya minta maaf. Saya nggak bermaksud- ah, sudahlah! Ikut saya!” Langit yang putus asa, menarik lengan gadis itu dan mengajaknya masuk ke mobil miliknya. Alana masih berusaha mengatur napasnya setelah hampir seperempat jam menangis di dalam mobil Langit. Langit menyodorkan tisu padanya, menyuruh Alana untuk membersihkan air mata dan ingusnya dengan benda itu. “Sekali lagi, saya minta ma-” “Saya nangis juga bukan karena kamu, kok.” Langit menoleh kaget. Jadi, percuma saja sejak tadi ia merasa bersalah atas tangisan gadis itu? “Tapi tadi saat di dalam kamu biasa saja. Kamu menangis setelah saya bicara seidkit keras ke kamu.” Dengan mata sembabnya, Alana menoleh ke arah Langit. “Dia tadi … mantan pacar saya.” “Ya, saya tahu dari obrolan kalian.” “Terus, yang sama dia tadi, pacar barunya. Kamu pernah lihat dia? Dia selebgram yang cukup punya nama. Dan selama beberapa bulan terakhir, dia kerja di perusahaan yang saya rintis sama pacar saya.” Langit diam, memberi kesempatan bagi Alana untuk bercerita. “Saya sudah berusaha buat kuat dan move on, tapi ternyata susah, ya? Begitu lihat wajah dia, semua rasa sakit yang kemarin saya rasakan muncul lagi. Hanya saja, saya malu untuk menangis di depan dia.” “Saya kelihatan menyedihkan banget, kan? Tapi, saya juga nggak mau kayak gini. Dia pasti akan semakin menginjak-injak harga diri saya kalau saya kelihatan lemah.” Langit menghela napas panjang, “maka dari itu, kamu harus berusaha untuk segera bangkit dan menunjukkan padanya kalau kamu bisa tanpa dia.” “Tapi kenyataannya nggak bisa.” “Bisa.” Alana kembali menoleh ke arah Langit setelah sebelumnya ia menunduk. “Kamu mau bantu saya, kan?” Langit terdiam. Ia seolah bisa menduga bantuan seperti apa yang akan Alana pinta darinya. Dan jika dugaannya benar, maka ia ragu bisa membantu gadis itu. “Kamu mau nggak, bantu saya dengan cara jadi pacar pura-pura saya sementara waktu? Seenggaknya sampai saya bisa buktiin ke Arkan kalau saya nggak selemah yang dia pikir,” pinta Alana. Langit mendengus sebal. Dugaannya tepat sasaran. Padahal ia hanya niat membantu kemarin. Namun, kenapa semakin hari ia justru merasa semakin terseret ke dalam takdir gadis itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN