Bab 11 Sikap dingin Ibu Mertua

1393 Kata
Ferdinan melangkah keluar dari mobil sport mewahnya dengan langkah percaya diri. Jasnya yang berwarna navy terlihat sempurna membalut tubuh atletisnya, dipadukan dengan dasi berwarna silver yang memberi kesan elegan. Sepatu kulitnya memantulkan sinar matahari pagi, memberikan tambahan aura d******i pada pria tampan itu. Setibanya di lobi kantor, perhatian langsung tertuju padanya. Para karyawan wanita yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka sejenak melupakan tugasnya, mencuri pandang ke arah Ferdinan. "Selamat pagi, Tuan Klein," beberapa dari mereka menyapa dengan nada yang sedikit gugup namun penuh kekaguman. Ferdinan hanya mengangguk singkat, tidak terlalu peduli pada perhatian yang ia dapatkan. Ia terbiasa menjadi pusat perhatian, baik karena statusnya sebagai CEO maupun karena pesona fisiknya. Saat melangkah menuju lift pribadi, sekretarisnya, Clara, yang mengenakan rok pensil hitam dan blus putih, segera mendekat dengan berkas-berkas di tangan. Ia mencoba memanfaatkan setiap momen untuk berada di dekat bosnya. "Tuan Klein, saya sudah mengatur jadwal meeting Anda pagi ini. Ada waktu luang di siang hari jika Anda ingin makan siang bersama klien," kata Clara dengan nada yang lembut, matanya berbinar seolah menunggu respon yang lebih dari sekadar profesional. Ferdinan hanya melirik sekilas, lalu menjawab dengan datar, "Siapkan semua dokumen yang saya butuhkan. Dan pastikan tidak ada kesalahan." Clara sedikit terkejut dengan jawaban singkat itu, namun tetap tersenyum manis. "Baik, Tuan Klein." Saat pintu lift tertutup, Ferdinan menarik napas dalam-dalam. Di balik semua pesona dan wibawa yang ia tampilkan, pikirannya terusik oleh bayangan Alzena bersama pria yang ditemuinya kemarin. Ada rasa jengkel yang ia sendiri sulit fahami. "Kenapa aku harus peduli?" gumamnya pelan, namun hatinya tahu bahwa ia tidak bisa mengabaikan perasaan itu begitu saja. "Manis,"gumam Ferdinan membayangkan saat dia mencium bibir Alzena saat Alzena tertidur. Ferdinan memegang bibirnya. Sang sekretaris dengan kancing kemeja dibuka dua baris sehingga nampak jelas bagian d*d* nya yang mengumbul keluar. "Permisi pak, saya membawa berkas yang harus ditandatangani,"Clara dengan anggun berjalan ke meja Ferdinan. Dengan gaya sensualnya Clara mendekati meja Ferdinan. Namun Ferdinan sama sekali tak tertarik. Alzena dengan tergesa-gesa membawa kantong plastik berisi kopi dan sarapan yang baru saja dibelinya atas permintaan para senior di kantor. Kantornya, perusahaan Silva, baru berdiri satu tahun dan tengah giat mencari investor, membuat para karyawan bekerja ekstra keras, termasuk dirinya yang sering dimanfaatkan untuk urusan kecil seperti ini. Saat berjalan di koridor kantor, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seseorang. "Astaga!" teriak Alzena, panik melihat secangkir kopi tumpah dan membasahi jas pria yang ditabraknya. Pria itu berdiri tegap, dengan tatapan tajam mengarah padanya. Jas mahal berwarna hitam yang dikenakannya kini berantakan dengan noda cokelat yang mencolok. "Maaf, maaf! Saya benar-benar tidak sengaja!" kata Alzena cepat-cepat, membungkuk meminta maaf. Tangannya gemetar saat mencoba mengambil tisu dari tasnya untuk membersihkan noda di jas pria itu. Namun, pria tersebut tidak segera merespons. Ia justru mengamati Alzena dengan ekspresi datar, tapi ada kilatan tajam di matanya. "Tahu berapa harga jas ini?" suaranya dalam dan dingin, membuat Alzena semakin gugup. "Saya... saya akan menggantinya, Pak!" jawab Alzena cepat, meskipun dalam hati ia tahu gaji magangnya mungkin tidak akan cukup untuk membayar jas semahal itu. Pria tersebut, yang ternyata adalah Bastian Pramudya, CEO perusahaan Silva, menghela napas panjang sambil melirik noda di jasnya. "Ganti?" katanya, nada suaranya terdengar seperti mengejek. "Kamu tahu siapa saya?" Alzena hanya menggeleng, merasa semakin kecil di hadapan pria berwibawa itu. Sekretaris Bastian yang kebetulan melintas langsung mendekat, berbisik, "Tuan Bastian, Anda ada meeting dalam lima menit." Bastian menatap Alzena sekali lagi sebelum berkata dingin, "Lupakan. Jangan ulangi lagi. Dan berikan kopi itu kepada mereka yang memesannya." Ia berjalan pergi, meninggalkan Alzena yang masih terpaku dengan rasa lega bercampur takut. Setelah itu, para karyawan di kantor mulai berbisik-bisik tentang insiden tersebut, sementara Alzena mencoba melanjutkan tugasnya dengan hati yang masih berdebar. Namun, dalam perjalanan ke ruang rapat, Bastian mengingat wajah panik Alzena. "Siapa gadis itu?" tanyanya pada sekretarisnya, tanpa alasan yang jelas. "Dia... karyawan magang pak, dia bagian marketing, dan dia saat ini bertugas di luar untuk mengajukan proposal kerjasama ke beberapa perusahaan,"ujar Sisca sang sekretari. "Baiklah, kalau begitu awasi dia, bagaimana perkembangannya."Bastian mengibaskan tangannya. "Baik Pak."Sisca mengangguk dan meninggalkan Bastian di ruangannya. Bastian masih mengingat wajah cantik dan polos Alzena yang tidak mengenalnya dan mau mengganti jas mahalnya, padahal dia hanyalah karyawan magang. Di kantornya yang megah, Ferdinan Klein duduk di kursi kulit hitamnya yang elegan sambil memandangi sebuah berkas proposal yang diajukan oleh perusahaan Silva. Nama Alzena di dalam dokumen itu menarik perhatiannya lebih dari konten proposal itu sendiri. "Sepertinya, tidak ada salahnya jika aku mencobanya " Ferdinan mendengus pelan, mengingat momen terakhir saat dia melihat Alzena di kantor. Ia tampak begitu profesional meski hatinya pasti remuk melihat kedekatannya dengan Katrine. Namun, di balik sikap tegar Alzena, ada sesuatu yang membuat Ferdinan tidak bisa berhenti memikirkannya. Sambil memutar pulpen di tangannya, Ferdinan berkata kepada asistennya, "Coba atur pertemuan dengan CEO perusahaan Silva. Aku ingin mendengar langsung rencana mereka." Asistennya Riko mengangguk, sedikit bingung. "Baik, Tuan Klein. Saya akan menjadwalkannya segera. Apakah Anda memiliki waktu khusus yang diinginkan?" Ferdinan mengangguk kecil, pandangannya kembali pada nama Alzena di halaman pertama proposal. "Pastikan minggu ini. Aku ingin membahas ini sebelum terlalu banyak perusahaan lain mencoba mendekati mereka." Sebenarnya, Ferdinan tidak terlalu peduli dengan urusan Silva sebagai perusahaan kecil yang baru berkembang. Namun, fakta bahwa Alzena bekerja di sana membuatnya merasa tertarik untuk terlibat lebih jauh. Entah untuk menunjukkan posisinya sebagai seseorang yang lebih berkuasa, atau hanya ingin mengetahui sejauh mana Alzena melangkah tanpa dirinya. Saat asistennya keluar untuk mengatur jadwal, Ferdinan bersandar di kursinya dan menatap ke luar jendela. "Apa yang sebenarnya sedang kamu rencanakan, Alzena?" gumamnya pelan, seolah bertanya pada dirinya sendiri."Bagaimana bisa aku tertarik bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja." Siang itu, Katrine memasuki kantor Ferdinan dengan gaya khasnya: dress mewah berwarna merah anggur yang membalut tubuhnya sempurna, lengkap dengan tas branded yang menggantung di lengannya. Semua mata di lobi kantor tertuju padanya, kagum dengan kecantikannya yang glamor. Saat memasuki ruangan Ferdinan tanpa mengetuk, Katrine tersenyum lebar. "Ferdinan sayang, aku rindu sekali. Kamu terlalu sibuk akhir-akhir ini," katanya dengan nada manja, melingkarkan lengannya di leher Ferdinan. Ferdinan, yang sedang fokus pada layar laptopnya, terlihat terganggu. Ia melepaskan tangan Katrine dengan lembut dan berkata, "Katrine, aku sedang sibuk. Ada apa kali ini?" Katrine tak tinggal diam, tangannya yang lentik bergerilya, mengelus d**a bidang Fedinan, membuat Ferdinan memejamkan matanya, Katrine menautkan bibirnya yang merekah dan bervolume, ke bibir Ferdinan, dengan berani dia duduk di pangkuan Ferdinan, tanpa melepas pagutannya. Saat Katrine hendak bertindak lebih jauh, tiba-tiba wajah cantik saat Ferdinan mencium Alzena melintas dipikirannya, "Cukup Katrin, hentikan, aku.. sedang banyak kerjaan!"Ferdinan dengan napas tersengal-sengal dan mengendurkan dasinya. "Ada apa sayang, biasanya kau suka jika aku melakukan hal ini di jam kantor?"Katrine mengernyitkan keningnya. "Kali ini berbeda, aku ada meeting setengah jam lagi."Ferdinan dengan gugup, berusaha mencari alasan."Sekarang katakan , apa maumu." Katrine memasang wajah memelas, sesuatu yang sudah sering ia lakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. "Sayang, kamu tahu kan aku selalu menjaga penampilanku untukmu? Aku butuh tas baru, tapi aku belum menerima transferan darimu sejak... ya, sejak kamu menikah dengan gadis itu." Nada suaranya berubah sedikit tajam saat menyebut "gadis itu." Ferdinan mendesah panjang. Ia tahu ini akan datang cepat atau lambat."Huhhhh, baiklah." Katrine memang terbiasa hidup mewah, dan ia sudah mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memenuhi keinginannya sebelum menikah dengan Alzena. Namun, situasinya sekarang berbeda. "Berapa yang kamu butuhkan kali ini?" tanyanya, mencoba menahan nada jengkel dalam suaranya. "Hanya 300 juta, sayang. Itu tidak banyak, kan? Aku yakin kamu bisa memberikannya," jawab Katrine sambil tersenyum manis, menggesek-gesekkan jari telunjuknya di d**a Ferdinan. Ferdinan memandangnya tajam. "What? Katrine, aku tidak bisa memberi sebanyak itu sekarang. Aku punya tanggung jawab lain yang harus diprioritaskan." Katrine memasang ekspresi kecewa, tetapi segera menggantinya dengan senyuman tipis penuh rayuan. "Kalau tidak 300 juta, 150 juta juga cukup, kok. Aku tidak akan meminta apa-apa lagi bulan ini, janji!" Ferdinan akhirnya mengalah. Dengan setengah hati, ia membuka aplikasi bank di ponselnya dan mentransfer 75 juta. "Ini saja dulu, Katrine. Jangan minta lebih untuk sementara waktu." Katrine melirik ponselnya, melihat notifikasi transfer masuk, dan tersenyum puas. "Terima kasih, sayang. Kamu memang yang terbaik!" Ia mengecup pipi Ferdinan dan berjalan keluar ruangan dengan langkah anggun, meninggalkan aroma parfum mahal di udara. Setelah Katrine pergi, Ferdinan menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memijat pelipisnya. Ada rasa penyesalan dan kelelahan yang menyeruak dalam dirinya. Ia mulai bertanya-tanya, sampai kapan hidupnya akan terus terjebak di antara dua wanita dengan dunia yang begitu berbeda.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN