Revano William, dengan tampan dan gagahnya duduk di kursi kebesarannya sambil memeriksa berkas yang berisi data-data calon artis di William Entertainment, perusahaan agensi hiburan yang selama lima tahun ini dipimpinnya. Revan adalah Founder tunggal sekaligus CEO, ia membangun WE (Dabelyu I) dari nol hingga bisa menjadi besar seperti sekarang.
Di usianya yang tahun ini genap 32 tahun, ia belum menikah. Namun, ia memiliki pacar yaitu Ariana Fransisca, yang juga merupakan artis di bawah naungannya. Demi popularitas Ariana, ia sepakat menjalani hubungan sembunyi-sembunyi dari media dan semua orang, terlebih karier Ariana sedang menanjak di usianya yang sekarang menginjak 24 tahun sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang tahu tentang hubungan mereka. Usia mereka terpaut 8 tahun memang, tapi Revan tidak peduli karena yang terpenting dirinya dan Ariana saling menyayangi.
Hubungannya dengan Ariana memang baru berjalan setahun, tapi Revan benar-benar serius pada wanita itu. Ia akan menikahinya saat waktunya tepat, tentunya bukan sekarang. Ia hanya ingin membebaskan Ariana menikmati puncak kariernya tanpa terbebani dengan sebuah pernikahan.
Sebuah ketukan pintu tiba-tiba terdengar, membuat Revan berhenti membaca berkas di tangannya. Tatapannya lalu beralih pada pintu yang perlahan terbuka, menampilkan sosok pria tampan nan tinggi yang merupakan salah satu kebanggaan yang dimiliki WE.
"Gimana, Ben? Sudah selesai syuting-nya?" tanya Revan ramah. Ia sama sekali tidak tahu kalau pria di hadapannya ada main dengan kekasihnya.
"Udah dari tadi pagi, Pak," jawab Benny.
Revan lalu mempersilakan Benny duduk. "Apa yang membuat kamu ke sini? Seharusnya kamu istirahat, Ben. Belakangan ini jadwalmu padat, kan?"
Benny tampak ragu, tapi ia tak ada pilihan selain mengatakannya, "Ada masalah, Pak. Sori banget."
Revan tersenyum. Selama ini, masalah bagaikan sesuatu yang selalu mampir di kehidupan para artisnya. Dari yang berat hingga yang sulit, selama ini ia sanggup membereskannya.
"Kali ini apa, Ben?"
Dengan ragu-ragu, Benny menjawab, "Aku ketahuan selingkuh, Pak. Aku rasa Clara melihatnya langsung. Dia marah banget dan mengancam bakalan bocorin ini ke media dan beberapa akun gosip."
"Siapa yang akan percaya? Semua orang mengira kalian udah putus, Ben. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Clara justru akan dicap pansos, cari sensasi, ingin terkenal jalur instan atau bahkan wanita yang gagal move-on. Kita juga bisa menggertak akan membawa hal ini ke jalur hukum atas pencemaran nama baik kalau dia berani macam-macam. Kamu juga harus ingat kalau WE punya pengacara yang hebat, Ben."
Tak bisa dimungkiri Benny agak lega, tapi hal itu tidak membuat gelisah yang dirasakannya hilang sepenuhnya. "Saat di perjalanan ke sini, Clara sempat nelepon dan dia tampak percaya diri, Pak. Dia nggak pernah seperti ini sebelumnya, aku rasa dia punya sesuatu yang membuatnya bisa seyakin itu. Aku nggak tahu apa, yang pasti firasatku buruk."
"Sebuah ancaman memang harus membuat seseorang terintimidasi, bukan? Dia pasti marah, kesal dan kecewa banget sama kamu. Persetan dengan hubungan yang sudah berjalan bertahun-tahun, aku nggak yakin dia bisa memaafkanmu, Ben. Dan dari penjelasanmu barusan, aku rasa Clara akan melakukan segala macam cara untuk membalas rasa sakit hatinya. Salah satunya dengan menghancurkanmu, mungkin."
Benny menelan ludahnya. Jangan sampai itu terjadi. Sungguh, ia tidak mau karier emasnya hancur begitu saja.
Revan tersenyum. "Eits, jangan tegang begitu, Ben. Tentu saja WE tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada artisnya. Kamu percayakan semuanya padaku, oke?"
"Ta-tapi gimana caranya, Pak?" Benny tampak ragu.
"Caranya ... kamu harus laksanakan semua jadwal dengan sebaik mungkin. Urusan Clara, biar menjadi urusanku. Mengerti?"
Melihat wajah serius Revan, membuat Benny spontan mengangguk. Bisa-bisanya Revan ramah dan menyeramkan dalam waktu yang bersamaan. Benny jadi tak bisa membayangkan kalau Revan tahu ia selingkuh dengan Ariana.
Namun, terlepas dari itu Benny lega karena apa yang dikatakan Ariana memang benar kalau Revan tidak akan bertanya tentang siapa wanita yang menjadi selingkuhannya.
Setelah Benny keluar dari ruangannya, Revan kemudian langsung menghubungi seseorang. Seseorang yang ia perintahkan untuk mengatur jadwal pertemuannya dengan Clara. Sebesar apa pun masalahnya, semua pasti terselesaikan. Baginya, masalah yang dialami oleh Benny adalah masalah kecil. Namun, meskipun ini masalah kecil, Revan ingin menemui Clara secara langsung. Tentunya, asistennya dulu yang akan menemuinya.
Menurutnya, permasalahan antara Benny dan Clara ini tidak akan bisa diselesaikan dengan uang, seperti masalah-masalah yang biasa datang sebelumnya. Untuk itu, Revan akan memikirkan cara tersendiri untuk menyelesaikannya.