Lagi-lagi sebuah keributan. Entah sampai kapan keributan ini bisa berakhir. Kapan hidup ini bisa tenang. Tenang seperti saat nenek dulu ada di sisinya.
Ia merindukan neneknya, namun ada rasa di hatinya yang tak menerima tentang hal itu. Ada satu titik di hatinya yang membuatnya membenci sang nenek. Tapi apa bisa ia membenci neneknya tanpa fakta yang ada?
Apa karena bencinya ini, mereka menjadi seperti ini?
Seolah Tuhan sudah mengutuk keluarganya untuk menjadi berantakan dan akan selalu seperti itu. Apapun yang dikerjakan oleh orang tuanya, pasti akan berakhir dengan hal buruk dan bahkan itu untuk dirinya juga, walaupun tak separah orangtuanya.
Dan sepertinya perasaannya benar. Sebuah kutukan. Dirinya dulu tak menyukai dunia malam. Jika ia boleh jujur, ia menyukai dunia malam dan hubungan bebas tersebut baru semenjak neneknya menghilang dan keluarganya mendadak berantakan.
Stress membuatnya melampiaskan semua pada hal buruk.
Siapa yang tahan mendengar keributan yang tak berujung tiap kau pulang ke rumah. Siapa yang tahan ketika baru saja menginjakkan kaki di rumah, kau sudah disambut dengan suara teriakan menggelegar kedua orangtuamu yang sedang bertengkar.
Kadang masalah mereka hanya hal sepele saja. Masalah yang tak perlu besar-besarkan, salah satunya seperti mami yang berkunjung ke rumah tante Mar di Bogor. Padahal itu rumah saudara papi, tapi entah kenapa papi marah. Sepele bukan?
Seperti saat ini, Abhi kini sedang berada disebuah rumah besar. Rumah yang megah seperti istana, rumah yang begitu diidamkan orang-orang, namun tidak untuk kehidupan orang-orang di dalamnya. Rumah milik keluarga 'Hendrawan' yang tak lain adalah papinya sendiri.
Jangan kalian pikir semua anak yang terlahir dari keluarga berada Itu, di dalam rumah ia baik-baik sajaa. Kalian salah besar. Mereka difasilitasi kehidupan mewah orang tua mereka, namun di rumah mereka seperti anak dari orang tak berpunya, sepi sunyi.
Setiap hari yang mereka lihat hanya benda-benda mati yang tak bernyawa yang tak akan bisa merespon jika anak anak itu berbicara.
Pagi bangun tidur, mereka tak menemukan orang tua mereka. Hanya menggunakan alasan harus keluar kota, sebuah memo tertempel begitu saja di dinding kulkas.
Miris memang. Walaupun tak semuanya seperti itu, dan hanya sebagian saja.
Karena itu tak jarang sebagian dari mereka mencari kebahagiaan di luar. Jika yang masih sanggup berpikir positif, mungkin kegiatan yang mereka cari adalah baik.
Namun bagi yang tak bisa berpikir positif, pasti akan membawa diri mereka pada hal yang buruk. Seperti penyalahgunaan obat-obatan, minuman keras dan juga seks bebas.
Dan Abhi menjadi salah satu korban dari keegoisan orangtuanya.
Setiap ia menginjakkan kaki di rumah, kesuraman selalu saja terjadi.
Kesuraman ini terjadi Semenjak neneknya menghilang, papi dan maminya pun selalu saja ribut. Abhi sudah mencoba mencari keberadaan neneknya, namun ancaman dari sang ibu membuatnya mundur dan memilih diam.
Sampai saat ini ia masih belum percaya dengan apa yang maminya ceritakan tentang nenek. Ia sama sekali tak percaya.
*****
Aku yakin Tuhan tengah murka pada keluargaku, tapi mau bagaimana lagi. Itulah kenyataan yang harus orang tuaku hadapi.
Jujur Aku bosan seperti ini terus. Lebih baik aku keluar untuk mencari udara segar. Sepertinya malam ini tidur di apartemen akan terlihat jauh lebih baik ketimbang dirumah. Karena rumah sekarang bagiku sudah seperti neraka. Menyesakkan dan sakit.
*****
Namanya Abhimanyu dan biasa dikenal dengan panggilan Abhi. Anak satu-satunya dari keluarga Hendrawan. Dalam hidupnya, cinta itu tidak ada. Kasih sayang itu hanya bulshit semata. Hal itu ia tegaskan saat neneknya menghilang dari hidupnya. Pembicaraannya dengan orang tuanya enam bulan yang lalu membuat hatinya membeku dan berubah menjadi pria dingin yang tak tersentuh oleh apapun.
FLASHBACK ON
Abhi baru saja menginjakkan kaki disebuah rumah besar dengan desain interior bak istana megahnya para raja. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa asing saat menginjakkan kaki di rumah tersebut. Walaupun itu rumah yang sudah ia tempati bersama orangtuanya sejak ia lahir.
"Ma-" teriak Abhi memanggil Nilam yang notabennya adalah ibu kandungnya. Bukannya tak sopan. Hanya saja di rumah itu memang butuh suara besar jika ingin memanggil. Setidaknya ia bukan berteriak dengan nada kasar.
"Ada apa sih Abhi? Baru datang udah teriak-teriak." Sahut seorang wanita paruh baya dari lantai atas rumah tersebut.
"Nenek mana ma?"
"Ya ampun anak mama, bukannya pulang nanyain mamanya, malah nanyain neneknya."
"hehehe. Maaf mamaku sayang. Mama apa kabar?" ucap Abhi berbasa-basi sembari memeluk Nilam, membuat wanita itu berdecih tak suka.
Bagaimana bisa suka? Saat dia pulang, anaknya itu justru bertanya tentang nenek tua yang merepotkan itu padanya.
"Saat mama merajuk, baru kamu bujuk. Anak mama ini menyebalkan sekali." Dengus Nilam pada Abhi. Abhi yang mendegar gerutuan mamanya hanya bisa tersenyum geli.
"Iya ma maaf. Abhi tahu Abhi salah, nggak nanyain mama dulu tapi langsung nanyain nenek. Hehehe"
"Mulai sekarang, kamu jangan tanyain lagi soal nenek kamu itu. Nenek kamu sudah mati."
DEG!
Abhi terdiam bahkan hatinya serasa dihujam ratusan pedang. Sakit dan sangat sakit saat ibunya mengatakan kalimat itu padanya.
"Ma?"
"Sudah Abhi. Mama nggak mau lagi kamu nyariin wanita tua itu."
"MA!!!" Nilam terkejut melihat anaknya membentaknya kuat. Abhi sendiri juga ikut terkejut dengan teriakannya sendiri.
Bukan! Bukan karena suara teriakannya yang menggelegar, tapi karena ini pertama kalinya dalam hidupnya ia membentak wanita yang sudah melahirkannya itu. Wanita yang sudah rela bertaruh nyawa untuk menghadirkannya di dunia ini.
"Ma-Ma. Abhi minta maaf ma. Abhi nggak maksud bentak mama. Abhi-"
"sepertinya sudah saatnya kamu tahu kenyataan yang sebenarnya Abhi." Ucap Nilam pelan dengan wajah sayu penuh kesakitan.
Abhi mengkerutkan keningnya.
"Kenapa Ma?" tanya Abhi ragu. Apalagi kini Nilam sudah menunduk dan sedikit terisak. Abhi memegang lengan Mama nya itu dan membawanya menuju sofa ruang keluarga lalu mendudukkan Nilam di sana. Membiarkan wanita itu tenang terlebih dulu.
"Ma?" tanya Abhi kembali mencoba mengajak mama nya bicara.
"Nenek kamu sudah tidak tinggal di sini lagi."
Satu penggalan kalimat yang meluncur dari bibir Nilam mampu membuat Abhi bungkam seribu bahasa. Namun ia tak mau menyela dan lebih ingin menunggu kelanjutan dari kalimat mama nya setelahnya.
"Mulai saat ini, kamu tak punya nenek lagi."
"Ma-"
"Mama serius Abhi. Mama akan bongkar sekarang sama kamu. Semuanya."
Suara hembusan nafas terdengar dari mulut wanita yang berharga dalam hidupnya itu.
"Orang yang kamu panggil nenek itu, nyaris membunuhmu saat kamu masih bayi."
FLASHBACK OFF
*****
haaayyy semuaaa...nggak bosen2 aku ingetin,,bagi yg belum klik love, yuk klik love dulu...dan bagi yang uda,, makasi banyak ya...???