Obat Mujarab

1681 Kata
Wanita itu berungkali menggeliat kecil di dalam dekapan Zakki, lalu mendusel-duselkan kepalanya di d**a bidang pria tersebut. Rasa haus memaksanya untuk bangun dan membuka kedua matanya. Dan saat kedua mata itu terbuka, wajah tampan Zakki yang sedang terlelap langsung menyambutnya. Nayyara tersenyum, tangannya lalu terulur membelai wajah tampan dengan rahang kokoh, hidung mancung, serta bibir yang terlihat seksi. Wangi tubuh Zakki membuat Nayyara tergoda, untuk mengendus setiap jengkal tubuh suaminya. Apalagi saat ia melihat d**a bidang dengan bulu-bulu halus di balik kemeja Zakki yang beberapa kancingnya terbuka. Sambil memejamkan matanya, Yara menciumi d**a bidang Zakki, memainkan hidungnya yang mancung di atas bulu-bulu halus di tubuh suaminya. Plak! Sebuah tangan memukul b****g Yara dengan gemas, membuat wanita itu memekik tertahan karena terkejut. "Nakal ya!" ucap Zakki tiba-tiba, membuat wajah Yara merona seketika, lalu cepat-cepat menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher suaminya. Pria itu terbangun karena merasakan sebuah sentuhan menggoda di tubuhnya, dan begitu membuka kedua matanya, Zakki melihat jika Yara lah pelaku utamanya. "Sudah baca do'a bangun tidur?" tanya Zakki dengan lembut serayak membelai puncak kepala istrinya. Yara menggeleng, lalu segera membaca do'a bangun tidur yang di ajarkan Zakki kepadanya. "Alhamdulillaahil-ladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihi-nusyur." Artinya : Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami kembali. " (HR. Bukhari juz 7 halaman 174) "Masya Allah, istri solehah. Sudah lancar sekarang bacaanya ya," ucap Zakki dengan wajah sumringah. Dengan perasaan bahagia, Zakki mendekap tubuh istrinya, lalu berulang kali menciumi wajah cantik tersebut. "Yara, haus," ucap Yara, saat Zakki sudah berhenti menciuminya. "Yara haus? Tunggu sebentar ya, sayang, Mas ambilkan dulu," ujar Zakki dengan lembut, lalu bergegas turun dari atas tempat tidur, kemudian mengambil air minum di atas meja sofa. "Baca bismillah, pelan-pelan minumnya," ucap Zakki mengingatkan, serayak menyodorkan gelas berisi air putih ke mulut istrinya. Yara mengangguk, lalu perlahan meminum air yang di sodorkan Zakki sampai tinggal separuh. "Sudah?" tanya Zakki. Yara kembali mengangguk, Zakki kemudian meminum air sisa istrinya tersebut hingga tandas. Tidak hanya air minum, Zakki juga kerap kali menghabiskan sisa makan istrinya yang tidak habis dengan senang hati. Oleh sebab itu, ia lebih senang mengajak istrinya makan sepiring berdua, menyuapi istrinya makan dengan tangannya, sampai makanan di piring mereka habis tidak bersisa. Zakki kemudian meletakkan gelas di atas meja nakas, lalu kembali duduk di sisi tempat tidur, dengan menyandarkan tubuhnya ke sandaran divan. "Sini." Zakki menepuk atas pahanya. Yara yang sudah mengerti dengan isyarat tersebut, langsung merebahkan diri di atas pangkuan pria tersebut. "Apa yang di rasakan sekarang, sayang?" tanya Zakki lembut. Yara menggelang, "Sudah tidak sakit lagi, ternyata obat yang baru sangat mujarab, di banding obat yang di minum sebelumnya," kata Yara menahan senyum, serayak membelai rahang kokoh dengan bulu-bulu halus milik Zakki. "Obat mujarab? Yang baru datang?" ulang Zakki tidak paham. Yara mengangguk, menatap penuh arti pria tampan yang berstatus suaminya tersebut. "Memangnya obat mujarabnya, apa?" Zakki bertanya serayak membelai wajah istrinya dengan punggung tangannya. Yara semakin tersenyum penuh arti, gerakan tangannya membelai rahang Zakki berhenti, lalu berpindah mengusap bibir pria tampan itu dengan ibu jarinya. Ia lalu berkata, "Ini, inilah obat mujarabnya itu" Zakki langsung terkekeh pelan mendengarnya, pria itu lantas memegang tangan Yara yang sedang bermain di bibirnya, mencium punggung dan telapak tangan wanita itu dengan lembut berulang kali. "Sudah pandai merayu sekarang ya?" ujar Zakki lalu mencubit hidung istrinya dengan gemas. "Bukan merayu, tapi sedang cari perhatian. Yara tidak mau berjauhan, maunya selalu ada di dekat Mas Zakki," sahut Yara lirih. Manik mata hazel itu menatap dalam ke arah Zakki. Seolah ingin menyelam dan menenggelamkan diri dalam tatapan hangat dan penuh cinta suaminya. Mengembara dalam lautan kasihnya, meraih indahnya cinta dalam setiap dekapan hangatnya. Sampai beberapa saat lamanya mereka saling pandang, menatap penuh cinta satu sama lain. Hingga tanpa sadar, Zakki semakin menunduk sampai akhirnya bibir mereka bertemu. Di saat Zakki mulai merasakan manisnya bibir sang istri, bersamaan itu pula ... "Allahu akbar Allahu akbar!" Alarm pengingat waktu solat di ponselnya berbunyi lantang. "Waktunya solat ashar, sayang," ucap Zakki sambil nyengir kuda, lalu kembali menegakkan tubuhnya. "Yara mau, Mas." "Mau?" beo Zakki. "Nanti ya, kita solat dulu, setelah solat nanti baru kita berciuman lagi," goda Zakki sambil mengedipkan sebelah matanya. "Yara mau bercinta dengan Mas Zakki." Uhuk! Uhuk! Uhuk! Zakki langsung tersedak ludahnya sendiri sampai terbatuk. Seandainya yang mengatakan itu Yara versi dewasanya, tentu Zakki akan sangat-sangat bersyukur mendengarnya, tapi ini versi polosnya, Zakki tidak ingin berharap banyak, takut yang sudah-sudah. Lagi pula, dirinya berniat untuk tetap menjaga Yara, sampai apa yang ia rencanakan berhasil nantinya. Tapi ... jika Yara benar-benar memintanya, apakah Zakki akan kuasa untuk menolaknya? "Memangnya Yara tau, arti kata yang Yara ucapkan itu?" tanya Zakki ragu. Yara mengangguk pasti. Wanita itu kemudian bangkit dari pangkuan Zakki, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga pria tersebut, "Nanti selesai salat akan Yara tunjukan bagaimana caranya," bisiknya dengan lembut, lalu turun dari atas ranjang. Demi Allah, perasaan Zakki jadi tidak tenang mendengarnya. Bahkan, saat pria itu mengendarai mobilnya menuju ke salah satu masjid terdekat, perkataan Yara masih terngiang-ngiang di telinganya. Setelah selesai menunaikan salat zuhur berjamaah, Zaki langsung pulang. Tapi di tengah perjalanan, Zakki berfikir untuk singgah ke sebuah toko bunga, membelikan Yara bunga kesukaanya, anggrek putih. Zakki tersenyum bahagia sambil mencium buket bunga anggrek di tangannya. Pria itu keluar dari toko bunga, dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Ia tidak menyadari, jika ada seorang wanita yang terus memperhatikannya dari dalam sebuah kafe di sebrang jalan. Wanita itu juga tersenyum melihatnya, dengan binar bahagia terlihat jelas di matanya. Zakki kembali melajukan mobilnya menuju rumah, dengan perasaan bahagia yang membuncah di dadanya. Pria itu mengetuk pintu, lalu mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam kamarnya. Buket bunga anggrek ia sembunyikan di belakang punggungnya, karna ia ingin memberi kejutan pada istrinya. Yara keluar dari kamar ganti sambil membalas ucapan salam suaminya. Dan lagi-lagi, penampilan wanita itu membuat jantung Zakki nyaris meloncat keluar. Yara kembali mengenakan sebuah lingeri, kali ini lingeri dari bahan sutra yang halus dan lembut. Lingeri berwarna merah marun dengan panjang di bawah lutut, yang melekat sempurna di tubuhnya dan membuat tubuh Yara semakin terlihat menggoda. Yara segera menghampiri Zakki, dengan senyum menawan di wajahnya. Wanita itu lalu mengalungkan lengannya ke leher suaminya, sambil menatap wajah tampan itu tanpa berkedip. "Ya-yara sudah mandi, sayang?" tanya Zakki berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Yara mengangguk, lalu membingkai wajah Zakki dengan kedua telapak tangannya. "Yara sudah mandi, sudah wangi, dan Yara memakai pakaian indah ini buat Mas Zakki," ucap Yara lembut. Zakki tersenyum, pria itu lalu berkata, "Terima kasih, sudah membuat Mas Zakki senang dan bahagia melihatnya." Zakki lalu menunjukkan buket bunga anggrek di tangannya kehadapan Yara. Bola mata wanita itu langsung membulat sempurna, begitu melihat buket bunga kesukaannya. Dulu, almarhum pak Wijaya yang begitu rajin mencarikan bunga anggrek kesukaan Yara di dalam hutan, sekarang Zakki yang akan menggantikan kebiasaan almarhum ayah mertuanya tersebut. "Buat Yara?" tanya wanita itu tidak sabar. Zakki mengangguk, "Ini buat kamu, sayang. Istriku yang cantik, yang solehah," kata Zakki. "Terima kasih, Mas Zakki," ucap Yara serayak menerima buket bunga anggrek tersebut dengan senyum lebar. "Ah!" Yara berteriak kaget, saat tiba-tiba saja Zakki menggendong tubuhnya dan membawanya naik ke atas ranjang. "Sekarang, tunjukkan sama Mas Zakki, apa itu arti 'bercinta'," pinta Zakki setengah berbisik, dengan memposisikan tubuhnya di atas tubuh Yara. Wanita itu tersenyum, Yara lalu meletakkan buket bunga di tangannya ke atas meja nakas. "Sekarang baca do'a dulu," bisik Yara di telinga Zakki. "Do'a? Do'a apa, sayang?" tanya Zakki yang tiba-tiba saja menjadi linglung. "Do'a mau berhubungan suami istri, Mas," jawab Yara malu-malu. Eh! Zakki menaikkan kedua alisnya, menatap dalam manik mata hazel, yang juga sedang menatap ke arahnya tanpa berkedip. Kali ini dia benar-benar yakin, jika Yara memang menginginkannya sekarang. Tidak hanya berdebar, kali ini Zakki juga mulai merasakan gugup, gemetar dan panas dingin. "Haruskah aku melalukannya sekarang?" pikir Zakki dalam hati. Ia sudah berniat untuk mengubah rencananya, namun sekarang, justru dirinya yang seolah ragu untuk melakukannya. Pria itu kemudian memilih berguling ke samping, dan duduk di sisi istrinya. "Kamu yakin, sayang?" tanya Zakki lembut, sambil membelai puncak kepala Yara. "Yara yakin, Mas. Meskipun Yara belum paham sepenuhnya, tapi Yara akan terus belajar dan Yara yakin, jika Mas Zakki pasti akan menuntun Zarra agar cepat memahaminya," jawab Yara dengan wajah merona. Zakki tidak tahu, jika Yara lebih deg-degan, berdebar, gemetar dan cemas di banding dirinya. Namun wanita itu menyembunyikan semua itu, di balik wajah polos dan lugunya. Zakki menunduk, mencium kening Yara dengan lembut, "Kamu yakin? Dan sudah siap, sayang?" tanya Zakki lagi, memastikan. Yara mengangguk, wanita itu lantas bangkit dan duduk di hadapan Zakki. "Yara menginginkannya sekarang, Mas Zakki," lirih Yara, lalu menundukkan wajahnya. Malu. Zakki tersenyum, kembali mendaratkan sebuah ciuman di kening istrinya. "Dengan senang hati, Mas akan memberikannya, sayang," ucap Zakki lembut, lalu segara membaca do'a. "Sini!" Zakki menepuk pahanya, dengan malu-malu, Yara kemudian duduk di atas pangkuan Zakki, menyandarkan kepalanya di d**a bidang pria tersebut. "Mas Zakki sangat mencintai kamu, sayang," bisik Zakki mencium punggung tangan Yara dengan lembut. "Yara juga sangat mencintai Mas Zakki," balas Yara tersenyum. Wanita itu memejamkan kedua matanya, saat Zakki mulai menelusuri leher jenjang dan putih miliknya. "Koq gemetar, sayang?" bisik Zakki saat merasakan tubuh Yara gemetar, begitu ia menyentuh bahu mulus istrinya. Yara tidak menjawab, suaranya seperti tertahan di kerongkongan saat ia mencoba membuka mulutnya. "Sayang ...." bisik Zakki lembut. "Yara hanya sedikit takut, tapi tak apa, Mas Zakki lanjutkan saja," sahut Yara dengan suara tercekat dan wajah pasrah. Zakki tersenyum, lalu dengan lembut pria itu kembali membaringkan tubuh istrinya. "Kamu sangat cantik, sayang," puji Zakki berbisik serayak membelai wajah istrinya. Yara tersenyum, manik mata hazel itu menatap Zakki penuh cinta, wanita itu lalu mengalungkan lengannya ke leher Zakki, yang sedang menatap penuh hasrat ke arahnya. Kedua insan yang saling mencintai itu lalu mulai saling mencumbu, saling menyentuh satu sama lain. Mereka asyik masyuk dalam lautan cinta, mereguk setiap tetes madu, dalam pusara kenikmatan yang tiada duanya. Di setiap desahan nafas dan tetesan keringat yang membasahi raga, selalu menyisakan rasa candu, yang membuat keduanya kembali hanyut dan terlena. Setelah puas berlayar di samudra cinta, akhirnya kedua insan itu berlabuh ke tepi, dengan keringat dan peluh yang membasahi tubuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN