Part 7. Masalah Itu Datang
Teman Kerja? Kok Mesra Amat. Lupa ya sudah punya Tunangan.
RP, influencer cantik yang terkenal dengan kontennya yang mengedukasi tentang skincare dan makeup rupanya baru-baru ini terpergok jalan dengan WY, salah satu Manager dari perusahaan Property terkenal di Club Elite Jakarta Selatan.
Beberapa kali akun gosip mengangkat skandal tidak mengenakan ini namun nyatanya berita ini menguap lenyap secara misterius.
(Please, jangan bikin MinSip mikir yang nggak-nggak, ya kali tuh berita lenyap begitu saja kayak kentut.)
Bukan hanya omong kosong, apalagi hoax atau fitnah, MinSip punya buktinya loh. Beberapa kali MinSip investigasi langsung ke tempat sumber gosip dan taraaa, MinSip benar-benar dapat buktinya dong. Yuk kita lihat sama-sama biar kalian bisa nilai sendiri. Sekedar teman kerja atau malah temen yang itu tuch..... Duh MinSip mendadak kasihan sama Babang Halo Dek.
...........
...........
.............
Hayooo, udah lihat kan kalian?
Menurut kalian gimana? Mbak RP beneran selingkuh dari Babang Halo Dek, atau sebenarnya pertunangan itu cuma pura-pura doang?
Tapi kalau gitu, muka doang dong Mbak RP, duuuh Mbak, mentang-mentang konten kreator beauty, wajahnya jadi banyak bener.
................................... ...................................
Seperti dugaanku, Miss Perfect tersebut tidak datang atau sekedar menemuiku untuk meminta maaf, dia menganggap dirinya begitu tinggi hingga tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang sudah dia lakukan kepadaku. Itu sebabnya, tepat jam 12 siang sebelum aku pergi keluar untuk meliput acara ulang tahun salah satu selebgram bernama F, aku menerbitkan artikel di sub gosip platform online kami, bisa kalian tebaklah, redaktur yang aku sorongkan berita ini langsung sumringah luar biasa, ya sudah bukan rahasia lagi jika di zaman serba digital ini semakin kontroversial berita yang kita sampaikan, semakin diminati oleh para pembaca.
Apalagi artikel yang aku bawa bukan cuma hembusan angin saja, tapi disertai bukti-bukti foto candid yang tidak bisa dibantah.
Ya, seperti yang dikatakan oleh Samuel, semakin artikelku nantinya naik, semakin banyak pula bonus yang aku dapatkan.
Senyuman mengembang di wajahku saat aku keluar kantor, suasana hatiku sedang baik bahkan saat meliput acara ulang tahun selebgram terkenal F yang memang agak kurang bersahabat dengan media pun serasa bukan masalah yang besar untukku. Seharian berkutat kesana kemari bersama dua orang timku, Nayma dan Yusuf mengejar berita untuk majalah online kami aku sama sekali tidak merasa lelah, bahkan saat mendengar rekanku dari kantor lainnya heboh dengan artikel yang aku tulis, sontak saja mereka berbondong-bondong menanyakan kebenarannya.
"Ini lo nggak asal asbun, kan?"
"Gila sih kalau lo cuma asal nulis aja biar tempat lo rame, lo nggak tahu siapa dia?"
"Lo nggak takut dituntut gitu?"
"Lo tahu Romy sama Mira? Dia pernah naikin artikel serupa kayak yang lo tulis, dan lihat, bahkan sekarang mereka nggak kelihatan dimana batang hidungnya? Nggak tahu di pecat atau malah......"
Ya, seperti itu kira-kira pertanyaan yang aku dapatkan dari mereka yang menodongku menanyakan kebenarannya, hal yang membuatku harus menghentikanku menenggak cola yang terasa menyegarkan.
"Atau malah apa? Mereka dibayar gede biar nggak jadi wartawan sekalian? Ciiiiih, dikira Rinjani itu yang punya dunia apa?" Cibirku jengah. Aku benar-benar muak dengan segala hal picik yang orang-orang lakukan itu. "Kalau kalian nggak percaya sama yang gue tulis ya udah sih, kata-kata bisa bohong, tapi liat noh fotonya. Yakali temenan seintim itu, gue kalau di pepet si Yusuf kayak gitu, gue gebuk juga nggak pakai mikir, nggak peduli tuh muka ganteng."
Mereka yang mendengarkan apa yang aku katakan hanya manggut-manggut, tampak menyerah dengan keras kepalaku. "Ya semoga lo nggak kena tuntutan atau masalah deh, Ren. Gue masih kepengen lihat wajah cakep lo tiap ngeliput. Biar ada yang seger-seger gitu."
Sontak saja, tanggapan yang disertai gombalan tipis-tipis oleh rekanku dari media lain ini disambut sorakan yang lainnya, "seenggaknya kalau lo udah ngangkat tuh skandal, kita tinggal ngikutin lo. Tapi salut sih lo berani nantang Rinjani, dia tuh macam Nagita Slavina, sweetheartnya para netizen."
"Hidup gue udah banyak masalah, rasanya gue nggak akan terkejut kalau sampai dapat masalah lagi."
Sungguh, aku tidak akan heran jika aku akan mendapatkan masalah nantinya, tapi seolah masalah itu tidak sabar menemuiku. Baru saja aku berkata demikian, telepon masuk ke ponsel Yusuf dari Bu Redaktur mencari keberadaanku tanpa ada basa-basi sama sekali.
"Serena, balik kantor sekarang."
Yusuf dan Nayma menatapku khawatir, tapi aku hanya tersenyum kecil. "Masalahnya udah datang nih." Ucapku sembari mengembalikan ponsel Yusuf.
"Aku anterin balik, Mbak." Tawar Nayma prihatin namun aku buru-buru menolaknya seraya bangkit dari tempatku ngemper.
"Nggak usah, ntar lo malah keseret masalah."
………………………………………………………
Part 8. Wajahmu Sama Sampahnya
"Mbak Ren, ada yang nyariin!"
"Udah tahu, tadi ditelepon Bu Redaktur."
Baru saja aku turun dari ojek online bahkan helm pun belum aku lepas, Vita, mahasiswa yang tengah magang di timku ini langsung menghampiriku dengan wajah khawatirnya yang langsung aku jawab sembari bergegas menuju ruangan Bu Asti.
"Mbak Rena, yang nyari Mbak barusan kayaknya masalah artikel soal Rinjani Prabumi, deh. Tim kita seharian ini sibuk banget sama media lain yang mau reupload artikel kontroversial itu, insight naik gila-gilaan tapi habis orang itu datang, tim kita diminta mundur di ganti sama tim lain. Itu artikel kita di takedown ya Mbak?"
Sepanjang perjalanan tadi aku menerka-nerka hal apa yang akan terjadi padaku usai skandal kontroversial tersebut mencuat namun terlalu banyak kemungkinan hingga aku bingung menerka apa yang akan terjadi dan sekarnag kalimat panik dari Vita sama sekali tidak membantuku menerka apa yang terjadi.
"Kalaupun di takedown, kayaknya skandalnya udah terlanjur naik deh, Ta. Udah pasti akun gosip macam lambe-lambean juga udah banyak yang upload ulang meskipun nggak seizin kita. Lagipula itu hal biasa kali San, kalau di takedown beneran yang berarti kemungkinannya dua hal, satu, di-takedown karena aku terbukti menyebarkan hoax dan mereka punya bukti kuat, yang artinya aku harus siap-siap menulis permintaan maaf sampai di pecat sebagai konsekuensi, yang kedua, skandal itu memang benar tapi pihak Rinjani Prabumi menawarkan hal yang tidak bisa di tolak oleh kantor kita untuk menurunkan berita itu dan kemungkinan kita harus menaikkan skandal lainnya untuk mengaburkan skandal murahan yang baru saja membuat insight kita naik gila-gilaan."
"Tapi Mbak Rena, kayaknya kali ini beda deh...."
"Beda apaan sih, Ta. Sudahlah, daripada ngekhawatirin aku, mending kamu ubek-ubek cari artikel lain, kelakuan macam Miss Sempurna udah bisa ditebak. Paling kuasa hukumnya kesini datang buat minta kita nutup......"
Dengan santai aku menanggapi kekhawatiran Vita, bukan karena aku sok tenang atau bagaimana, saat aku baru mulai bekerja seperti Vita, aku pun merasakan hal yang sama tapi jawaban seperti inilah yang Samuel berikan agar aku tidak gelisah. Yang aku pelajari dari seniorku tersebut adalah hidup yang terus berlanjut. Tidak peduli seberapa mengerikannya hari ini, pasti hari ini akan berganti esok dan kengeriannya perlahan akan memudar, yang terpenting adalah kita terus berjalan melewatinya semampu kemampuan kita, tidak perlu ambil pusing. Dipuji ya seneng, dimarahin ya terima saja. Tapi sepertinya kali ini berbeda, saran dan ilmu yang diberikan oleh Samuel sepertinya tidak bisa aku gunakan karena badai yang datang menghampiriku ini datang dalam wujud yang berbeda.
"Jadi, kamu yang bernama Serena?"
Suara berat itu membuatku menelan ludah kelat. Demi Tuhan, kenapa badai ini datang bukan dalam bentuk teguran dari Redaktur, somasi dari tim pengacara melainkan dari sosok angkuh berkemeja hitam yang duduk di kursiku bagai sebuah kursi kebesaran. Sorot matanya yang tajam serasa menusukku, dan sungguh, sosoknya ini membuat teringat pada Lucifer yang bersiap menarik diri kita ke neraka. Terlebih saat pria yang sangat aku tahu siapa itu mulai angkat bicara sembari melangkah menuju ke arahku, suara beratnya serasa tengah menjatuhkan hukuman mati untukku, dan satu-satunya hal yang aku inginkan adalah pergi sejauhnya dari pria bernama Gala Mangkualam, yang tidak lain adalah tunangan dari perempuan yang baru saja aku up skandalnya.
Disaat dia seharusnya berterimakasih karena aku membuka kelakuan nggak bener calon istrinya kenapa dia justru datang ke hadapanku dengan amarah sebesar gunung Himalaya. Apalagi saat dia kini berdiri di hadapanku hanya menyisakan sejengkal jarak yang membuatku bahkan bisa mencium aroma parfumnya yang kuat dengan bau rempah, ingin rasanya aku tenggelam saja ke lantai yang ada di depanku.
Bibik, tolong!!!!!
"Jadi seperti inikah bentukan jurnalis jaman sekarang? Menulis omong kosong dan menganggap sesuatu yang sudah mengusik hidup orang lainnya seperti sebuah lelucon tanpa merasa bersalah sedikitpun?" Telunjuk itu menyentuh daguku saat aku mengalihkan pandanganku darinya, membuatku terpaksa mendongak menatapnya yang melihatku dengan kebencian. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat bagaimana bibir tipis itu bergerak mengeluarkan suara lirih namun sukses mengoyak hatiku dengan hinaannya. " Wajahmu sama sampahnya seperti tulisan yang sudah kamu buat untuk mengusik Rinjani."