Adit menatap nanar. Ia termangu sekian detik dan kemudian baru bersuara. “A-apa …? gugatan cerai? Apa kamu SUDAH GILA, HA …!” Airin malah tersenyum dan menatap Adit yang kini murka. “Aku hanya sadar dari kegilaan yang selama ini aku percaya,” jawab Airin lirih. “A-apa?” Adit bersuara lirih. Airin mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. “Selama ini aku percaya bahwa kamu benar-benar tulus mencintai aku. Selama ini aku terhanyut dalam fatamorgana yang aku ciptakan sendiri. Aku merasa sebagai satu-satunya perempuan di hati kamu, tapi … ternyata aku salah.” Adit mengusap wajahnya dengan telapak tangan. “Apa kali ini kamu akan menyeret Rere lagi dalam permasalahan kita?” “Aku bahkan tidak mengatakan bahwa perempuan itu adalah Rere, tapi kenapa kamu langsung berpikir ke sana?” tanya Airin