“Kamu ada ditelepon Om Burhan?” “Emmm, tidak ada, Ma!” Setiap mendapat telepon dari sang mama, entah kenapa Nadira merasa tidak nyaman. Tapi dia juga tak bisa begitu saja mengabaikan panggilan dari wanita yang telah melahirkannya itu. “Kalau dia telepon kamu, kasih tahu mama! Mama benar-benar pusing dengan kelakuannya! Keluarga kita bisa hancur kalau dia bergerak tanpa kendali seperti itu.” Nadira melirik pada Rangga, dia pun agak menghalangi ponselnya agar pria tersebut tak mendengar percakapan mereka. “Mama dengar kamu mau cerai sama Rangga?” “Emmm, itu ....” “Sebelum benar-benar cerai, kamu harus minta perjanjian pembagian saham perusahaannya dia! Setidaknya dari saham itu bisa kita gunakan sebagai penyelamat perusahaan Tambang yang sedang dikelola oleh om kamu!” “Papa kam