Bab 16. Pesta MF Group

1382 Kata
Elfan melihat jam tangannya. Mungkin sudah ke sepuluh kalinya sejak satu jam yang lalu. Setelah itu, ia menghela nafas panjangnya dan kembali memperhatikan layar ponselnya. "Kenapa lama sekali?" gerutu Elfan berbicara pelan dan menahan geramnya. Setelah itu, Elfan kembali memperhatikan ponsel. Pesta perayaan ulang tahun MF Group sudah tiba. Elfan mengantar Mutiara ke salon yang sudah dipesan kakeknya. Sudah dari satu jam Elfan menunggu Mutiara. Tentu saja itu waktu yang tidak sebentar. Elfan dari tadi bolak balik menghela nafas berat selagi menunggu Mutiara. Mutiara sedang didandani oleh para pegawai salon. Sedang Elfan hanya bisa memperhatikan ponsel selagi menunggu. "Permisi, Tuan?" Tiba-tiba suara seorang karyawan salon memanggil Elfan. Elfan pun mengalihkan pandangannya dari ponsel dan melihat karyawan yang memanggilnya itu. "Nona Mutiara sudah siap," kata karyawan itu. "Hm! Bawa dia kemari! Kita sudah telat!" pinta Elfan. "Baik, Tuan." Karyawan tadi kembali berbalik untuk memanggil Mutiara. Elfan kemudian mematikan ponselnya. Ia memasukkannya kembali ke dalam saku dan berdiri dari tempat duduknya dan segera berbalik untuk segera berangkat ke acara. "Pak Elfan?" panggil Mutiara yang baru saja keluar. Elfan yang sudah membelakangi Mutiara itu pun kembali berbalik lagi dengan menahan kesal. "Kenapa lama sekali?! Apa saja yang kau laku ...." Elfan yang berbicara dan berbalik itu seketika menghentikan sendiri kalimatnya. Ia tertegun melihat Mutiara yang baru saja keluar. Seperti melihat gadis yang berbeda. Mutiara benar-benar terlihat sangat cantik dan menawan. Bahkan Elfan pun terpana sampai ia tidak bisa berkata-kata. "Bagaimana? Apa aku terlihat cantik?" tanya Mutiara dengan memegangi kedua sisi samping gaunnya sembari tersenyum senang. Mutiara sendiri baru merasa secantik ini. Pertanyaan Mutiara membuat Elfan segera tersadar dari tatapan terpana-nya. Ia segera mengalihkan pandangan ke arah lain sejenak. Ia lalu menarik nafas perlahan dan kembali melihat Mutiara dengan tatapan datar. "Cantik apanya?! Kamu sudah menghabiskan waktu satu jamku hanya untuk berdandan seperti itu?!" kata Elfan dengan dingin. Senyum Mutiara pun memudar. Mutiara segera merubah ekspresinya menjadi kesal. Ia memutar kedua bola matanya ke atas dan suasana hatinya yang ceria, seketika langsung berubah mendung. Ia kesal dengan tanggapan Elfan itu. "Kita sudah terlambat! Ayo, cepat!" ajak Elfan lagi yang kembali melanjutkan langkahnya. "Tunggu!" panggil Mutiara yang menghentikan langkah kaki Elfan. Elfan kembali terhenti dan berbalik ke arah Mutiara lagi. "Apa lagi?" tanya Elfan. Mutiara masih berdiri di tempat dan ia nampak tidak yakin ingin mengatakan sesuatu. "Sebenarnya, aku kesulitan berjalan menggunakan sepatu hak tinggi ini," kata Mutiara menunjuk sepatunya sembari mengangkat gaun roknya supaya kakinya terlihat oleh Elfan. Mutiara mengatakannya dengan nada manja. Elfan pun menautkan kedua alisnya heran dengan sikap Mutiara baru saja. Jujur saja, mendadak di dalam perutnya ia merasa tergelitik. Elfan pun jadi bingung juga mau bagaimana? "Dasar! Kalau tidak bisa memakainya lebih baik dilepas saja!" ujar Elfan yang melanjutkan langkahnya pergi keluar salon. Mutiara pun menganga melihat Elfan yang langsung meninggalkannya begitu saja. Ia tidak habis pikir dengan sikap Elfan yang kelewat dingin itu. "Dasar laki-laki tidak punya hati!" seru Mutiara kesal. Mutiara tidak punya pilihan lain. Ia akhirnya memaksakan kakinya berjalan dengan sangat hati-hati. Ini baru pertama kali Mutiara menggunakan sepatu hak tinggi. Ia berjalan perlahan-lahan supaya tidak terjatuh. *** "Kalian sudah datang rupanya?" sapa kakek yang baru saja melihat Mutiara dan Elfan memasuki ballroom sebuah hotel di pesta perayaan ulang tahun MF Group. "Malam, Kek," sapa Mutiara dengan sopan. "Kamu terlihat cantik sekali hari ini, Mutia," puji kakeknya sembari tersenyum. "Terima kasih, Kek," jawab Mutiara tersenyum tersipu. Mutiara yang tersipu itu, memegangi salah satu pipinya setelah dipuji kakek. Sedangkan Elfan, hanya berekspresi datar berdiri di samping Mutiara. Padahal, sebenarnya Elfan juga seratus persen setuju dengan kakeknya. "Bagaimana? Kamu suka dengan suasana pesta di sini?" tanya kakeknya lagi. "Iya, Kek. Tapi sebenarnya saya baru pertama kali ikut pesta seperti ini. Jadi, saya sedikit gugup." "Tidak apa-apa. Lama-lama kamu akan terbiasa," ujar kakeknya. Mutiara pun hanya tersenyum menganggukkan kepalanya. "Sebentar, ya. Aku mau menemui tamu di sana dulu," ujar kakek. Mutiara dan Elfan menganggukkan kepala menanggapi kakeknya. Kakek meninggalkan Mutiara dan Elfan di sana. Dari tadi, Mutiara merasa kesusahan saat berjalan. Ia juga merasa sakit di tumit kakinya. Pahanya juga terasa sakit karena belum duduk dari tadi. Mutiara nampak tidak nyaman meskipun ia hanya berdiri. Elfan diam-diam melirik istrinya yang terlihat tidak bisa tenang itu. Ia juga melihat wajah Mutiara yang nampak menahan kesakitan itu. "Sebentar lagi pulanglah!" kata Elfan pada Mutiara. Membuat Mutiara segera menoleh ke arah Elfan cepat. "Apa?! Kenapa?!" "Pesta ini berjalan sampai malam! Gadis kecil sepertimu tidak akan bisa begadang sampai malam!" "Enak saja! Aku biasa tidak tidur, kok! Lagi pula, aku ingin tetap di sini karena ingin melihat pestanya seperti apa? Aku baru pertama kali datang ke pesta seperti ini," kata Mutiara yang kembali melihat ke arah pemandangan sekitar pesta. Elfan pun hanya menggelengkan kepala beberapa kali mendengar ungkapan Mutiara yang tidak terduga itu. Kemudian ia menahan senyum melihat tingkah kepolosan istrinya itu. "Fan?!" Suara Kevin tiba-tiba saja muncul di sekitar Elfan dan Mutiara. Membuat mereka menoleh ke arah Kevin. "Vin?! Kau datang?" Elfan balik menyapa. Kevin berjalan mendekat. Sedangkan Mutiara begitu melihat Kevin kedua matanya langsung terbelalak kaget. Ia bahkan sampai refleks menganga melihat Kevin yang semakin lama semakin dekat dengannya. "Maaf, aku terlambat," kata Kevin saat sudah sampai di depan Elfan dan Mutiara. Elfan pun akan menjawab Kevin. "Tidak apa-apa. Aku juga—" "Chef Kevin, ya?!" potong Mutiara pada kalimat Elfan begitu saja. Kevin dan Elfan jadi berfokus pada Mutiara. Mutiara langsung berubah menjadi berbinar-binar ketika melihat Kevin. Elfan pun jadi heran. Ada apa dengan istrinya itu? "Apa benar Anda chef Kevin pemilik restoran Omorfi itu?! Yang biasanya ada di televisi itu?!" tanya Mutiara antusias. "Benar!" jawab Kevin menganggukkan kepala satu kali. "Wuaaah!" Mutiara menutup mulut dengan kedua tangannya. "Aku penggemar beratmu! Tidak disangka kalau aku bisa langsung bertemu denganmu seperti ini, Chef!" seru Mutiara masih berwajah sumringah. Kevin pun tertawa melihat ekspresi senang Mutiara. "Benarkah?! Terima kasih," kata Kevin membalas Mutiara. Kevin lalu mengkerutkan kening sebentar melihat Mutiara. Ia lalu menoleh ke arah Elfan juga bergantian. "Ooh ...! Jadi ini istrimu, Fan?!" tanya Kevin. "Istri? Mana bisa gadis kecil ini dibilang istri?!" Elfan mendorong kening Mutiara dengan urung telunjuknya. Membuat Mutiara menjauhkan kepalanya sedikit dan mengkerutkan kening. "Enak saja! Selalu saja menganggapku anak kecil! Aku ini sudah dewasa, ya!" balas Mutiara tidak terima. Kevin yang melihatnya tertawa. "Wah, kalian memang tidak seperti suami istri. Kalian lebih seperti kakak adik saja," kata Kevin. Mendengar Kevin berbicara, Mutiara segera melihatnya kembali. Begitu melihat Kevin, Mutiara langsung merubah wajah menjadi imut kembali. "Maaf, Chef. Saya biasanya tidak seperti ini," kata Mutiara yang suaranya juga langsung terdengar manja dan malu-malu. Elfan yang melihatnya pun langsung mengernyitkan wajahnya dalam. Tidak habis pikir dengan tingkah istrinya itu. Sedangkan Kevin, justru tertawa melihat sikap Mutiara yang baginya lucu itu. Tiba-tiba ponsel Elfan berdering. Elfan pun mengambilnya dari dalam saku. Di layar ponsel ada nama Sam. Elfan segera mengkerutkan kening dan segera menjauh dari Kevin dan Mutiara untuk menerima panggilan dari Sam. Setelah Elfan menjauh, ia menggeser kursor berwarna hijau dan menempelkan ponsel ke telinga. "Sam? Ada apa?" tanya Elfan melalui ponsel. "Tuan, rapatnya berjalan lancar. Tapi salah satu kolega asing meminta sampel produk besok," ujar Sam. "Baiklah! Besok aku akan berangkat pagi untuk mendampingi. Katakan pada manajer produksi untuk menyiapkannya." "Baik, Tuan." Setelah itu, Elfan kembali menjauhkan ponsel dan memutus panggilannya. Ia akan kembali ke Mutiara dan Kevin kembali. Namun, saat baru saja membalikan badan, Elfan terhenti sejenak. Ia masih menahan langkahnya dan memperhatikan Kevin dan Mutiara dari jauh. "Benarkah kamu sering menonton acaraku?" tanya Kevin pada Mutiara. "Benar, Chef! Saya bahkan selalu begadang hanya untuk melihat Chef!" seru Mutiara antusias. Kevin semakin tertawa dibuatnya. "Saya ingat waktu itu, episode Chef yang ...." Mutiara mendadak menghentikan sendiri kalimatnya. Ia mengkerutkan kening dan menundukkan kepala, lalu sedikit membungkuk. Membuat Kevin heran melihatnya. "Kamu kenapa?" tanya Kevin. "Maaf, kaki saya sakit karena tidak terbiasa memakai hak tinggi," jawab Mutiara. "Benarkah? Sini, berpeganglah padaku," kata Kevin memberikan lengannya. Mutiara pun langsung kembali berbinar melihat kebaikan Kevin itu. Mutiara amat senang sekali. Ia tidak pernah tahu menyangka bisa bertemu idolanya di sini. "Terima kasih, Chef," kata Mutiara yang meletakkan tangannya pada lengan Kevin. Elfan bisa melihat dan mendengar dengan jelas percakapan mereka. Melihat pemandangan itu di depan Elfan, entah kenapa rasanya ada yang mengganjal hatinya. Semakin melihat mereka dekat, Elfan merasa sedikit kesal. Bahkan, Elfan yang memegang minum itu, menggenggam gelasnya erat-erat tanpa sadar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN