Bab 18

608 Kata
"Bukankah aku sudah sering mengingatkan, jangan meletakkan sepatu sembarangan A’!," terlihat seorang perempuan yang sedang menasehati lelaki yang berdiri di depannya, lelaki itu tampak menunduk sedih, mungkin karena merasa bersalah karena sudah berbuat salah, Aa adalah panggilan sayang dari perempuan tersebut kepada seorang lelaki bernama Ansell. "Ini juga kenapa kamu tidak memakai mantel saat mau keluar rumah, aku takut kamu kedinginan A’. Tidakkah kau tahu aku mengkhawatirkanmu?" lanjutnya masih dengan nada penuh kekesalan pada sang lelaki. Menurutnya lelakinya ini sangat amatlah bandel dan ceroboh, dan itu akan membuatnya semakin khawatir. "Ah aku lupa maafkan aku" ucap lelaki itu begitu lirih hampir serasa seperti hembusan angin. Dia berjalan menjauh dari depan rak sepatu yang berada di depan pintu plat yang dia tempati tanpa ada niat sedikitpun untuk merapikan, padahal lelaki tadi sudah mengingatkannya. Dari ruang keluarga terdengar suara TV yang sedang menyala, entah berita apa yang disiarkan telivisi itu, bagi Ansell itu sudah tidaklah penting. Dia terus berjalan menuju salah satu kamar yang ada di sana, mungkin mencari mantel seperti yang di perintahkan lelaki tadi. "Sudah siap?" tanya perempuan itu dari depan TV saat melihat lelaki tersebut sudah keluar dari kamarnya, tanpa menjawab, lelaki itu berjalan menuju pintu dan memakai sepatu yang sudah tadi disiapkan. Dia kembali melirik rak sepatu, yang masih berantakan. Selama perjalanan pun, sang lelaki tetap saja diam mengacuhkan perempuan yang berada di sampingnya. Begitu besarkah kesalahan perempuan itu sampai-sampai sang lelaki itu dengan tidak bosannya mengacuhkan lelaki tersebut? Entahlah hanya lelaki itu yang tahu. Dinginnya udara pagi ini tidak sedikitpun menyurutkan langkah lelaki ini untuk turus berjalan menuju tempat yang selama setahun ini menjadi tempat favoritenya dan selain itu menjadi tempat yang selalu rutin harus dia kunjungi. Dia tersenyum melihat toko bunga yang menjadi tujuan awalnya. "Pagi Bibi. Nau" "Pagi, Ansell. Pasti seperti biasa ya? Mawar putih," tanya sang pemilik toko bunga, Naura. "Terimakasih Bibi," lelaki itu mengambil sebuket bunga Mawar berwarna putih dengan aksen pita biru sebagai hiasan. "Kau tahu, aku lebih cantik dibanding bunga itu? Bunganya jadi layu saat kau pegang" ucap perempuan itu, tapi tetap saja Ansell diam meski suara perempuan itu terdengar seperti memuji diri sendiri. Ansell segera meninggalkan toko bunga setelah berpamitan dengan sang pemilik toko. Ansell kembali berjalan memasuki tempat yang sudah menjadi favoritenya, beberapa orang yang sudah hafal dengannya pun menyapanya dengan senyum dan Ansell balik membalas sapaannya dengan tersenyum ramah pula. Tapi kenapa senyum itu tidak pernah dia tunjukkan pada lelaki yang sedari tadi menemaninya. Kasihan Lelaki itu kembali tersenyum saat melihat satu ruangan yang akan dia masuki, tempat di mana seorang perempuan terbaring di sana, dan tunggu? Kenapa wajah perempuan itu tampak familiar? Dan yaa kalian benar, wajahnya memang sangat familiar karena perempuan itu adalah, perempuan yang sedari tadi menemani lelaki itu. *** “Astagfirullah, aku mimpi apa tadi, ya Allah.” Teriak Ayra saat mendapati mimpi buruk menyapa tidurnya yang baru beberapa jam lalu. “Ada apa, nak?” Tanya asisten Ayra. “Nggak papa, mbok, sepertinya Ayra terlalu capek jadinya mimpi aneh.” “Kumaha, kenapa nggak doa dulu?” “Ketiduran, mbok.” “Ya sudah, mas, ini kita melipir dulu cari mushola buat nak Ayra wudhu dan salat.” “Siap, mbok.” Tidak lama ketiganya sampai di sebuah masjid yang ada di pinggir jalan. Ayra keluar lebih dulu setelah sedikit merapikan hijabnya. Mengambil wudhu ia melaksankan salat sunah. Meminta ketenangan dan petunjuk atas mimpi yang ia alami tadi. Ada apa gerangan dengan mimpinya ini kenapa sampai dirinya mimpi koma dan kenapa pula ada Ansell di dalam mimpinya. “Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astagfirullah ...,” Ayra beristigfar dan bersholawat guna menenangkan hatinya yang seketika resah karena mimpi tadi. Mimpi tadi begitu jelas seolah nyata terjadi padanya. “Ya Allah lindungilah hamba dan semua yang hamba sayangi ya, Allah. Aamiin.” Ucapnya di akhir doa. TBC

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN