Dea memiliki rencana untuk kabur dari rumah karena permintaan Papinya yang memintanya untuk bertemu dengan laki-laki yang akan dijodohkan kepadanya. Sudah ke lima belas kali ia bertemu dengan laki-laki yang akan dijodohkan dengannya dan itu membuatnya muak. Dea selalu menolak mereka dengan tegas karena ia ingin menikah karena cinta bukan karena bisnis. Dea lebih memilih kehilangan semua warisannya dan hidup prihatin dibandingkan harus menjadi istri dari laki-laki yang tidak ia cintai. Orang tuanya berusaha menjodohkannya, karena ambisi orang tuanya yang menginginkan ia menikah muda dengan laki-laki pilihan mereka. Tapi perjodohan kali ini membuatnya marah besar kepada papi dan ibu tirinya. Bagaimana tidak ibu tirinya memaksanya menikahi laki-laki yang baru saja ia temui dan ini semua adalah bagian dari rencana licik ibu tirinya. Apalagi Konflik Mami dan Papinya yang sudah bercerai membuatnya pusing karena sikap keduanya yang hanya mementingkan kepentingan pribadi mereka.
Dea memiliki wajah yang teramat cantik dan setiap orang yang melihatnya pasti akan mengatakan ia cantik. Bagaimana tidak ia memilih bentuk wajah sempurna bak bidadari. Hidung mancung, bibir tipis, mata besar dengan rambut panjang yang berwarna hitam pekat. Mata besarnya yang indah dengan bola mata berwarna coklat, tentu saja ia sangat mirip dengan boneka cantik yang membuat para laki-laki bertekuk lutut. Dea terbiasa dieluh-eluhkan karena penampilan fisiknya yang menawan. Tapi cantik ternyata tak cukup untuk membuatnya bahagia, karena cantik ternyata membawa luka, luka yang membuatnya hidup dengan banyak aturan.
Pagi ini ia telah terlihat rapi dengan kemeja dan celana jeans miliknya, tak lupa dengan tas yang berisi materi kuliah dengan beberapa paper tugas kuliah yang harus ia kumpulkan. Ia keluar dari kamarnya dan ia menuju lantai dasar. Dea melihat sosok Ibu tirinya tersenyum
lembut padanya, ia tahu sepertinya hari ini akan ada berita yang mengejutkan. Dea menghembuskan napasnya karena Ibu tirinya itu memintanya untuk segera menuju ruang makan. Di ruang makan telah terlihat Hardiyata menatap putri sulungnya itu dengan tatapan dingin. Dea duduk dikursi dan ia menatap kedua adiknya yang berbeda ibu dengan tatapan dingin. Meski dibesarkan bersama ia tidak pernah diperdulikan dan ia juga tidak memperdulikan kedua saudaranya yang lain. Dea tidak membenci keduanya dan keduanya juga tidak membenci Dea. Hanya saja mereka memang tidak memiliki kedekatan khusus sebagai saudara yang normal pada umunya.
Dea mengambil nasi goreng dan segelas air putih lalu memakannya dengan santai. Ibu tirinya memang tidak memperdulikannya dan ia yang juga merasa tidak ingin didekati ibu tiri dan kedua adiknya itu. Setidaknya Ibu tirinya tidak memperlakukannya dengan kasar dan ia juga berusaha menghindar masalah ketika bersingguan dengan ibu tirinya. Ya, itulah kehidupan Deantika Hardiyata yang sangat kesepian di rumah mewah walaupun memiliki harta berlimpah. Tidak ada kebahagian atau pun kasih sayang yang ia dapatkan selama ini. Hanya uang yang ia miliki namun itu tak cukup untuk membuatnya bahagia.
"Dea kamu harus menikah dengan Yogi, dia laki-laki yang terbaik untuk kamu dan Papi pasti jamin selama kamu jadi istri Yogi apapun yang kamu mau akan Papi penuhi," ucap Hardiyata.
Dea yang sedang mengunyah makannya segera menghentikan gerakannya dan ia menatap Hardiyata dengan dingin. Wajah cantiknya terlihat muram dan ia sangat kecewa dengan Papinya yang tega memaksanya untuk segera menikah muda demi bisnisnya. "Berapa investasi yang Papi dapatkan?" Tanya Dea dan hatinya sunggu sangat terluka dengan sikap sang Papi.
Hardiyata memukul meja makan dengan keras membuat Deri dan Dania terkejut. Nita mendekati Hardiyata dan ia mengelus punggung Hardiyata. "Dea kamu jangan begitu sama Papi!" Ucap Eva.
"Dea tidak ingin menikah karena Dea mau fokus dengan kuliah Dea!" Ucap Dea.
"Kuliah? Perempuan cantik seperti kamu lebih baik menikah dan memiliki suami yang bisa memenuhi kebutuhan kamu!" Ucap Hardiyata.
"Dea tidak mau! Dea yang menentukan masa depan Dea bukan Papi!" Ucap Dea. Hardiyata berdiri dan plak...ia menampar wajah Dea.
Dea memegang pipinya yang memerah karena tamparan Hardiyata dan ia menahan air matanya agar tidak mentes. Tekadnya sudah bulat dan ia memang harus segera pergi dari kota ini. Ia akan membuktikan jika ia bisa hidup mandiri tanpa haru menerima bantuan dari Papi atau Maminya
"Kamu ingin menjadi seperti Mamimu yang liar? Dia lebih memilih karirnya tanpa mau membesarkan kamu! Kamu ingin melakukan dosa dengan hidup bebas sesuka kamu jika Papi mengusir kamu. Itu yang saat ini ada diotak kamu Dea," ucap Hardiyata.
"Pi, aku bukan Mami dan aku akan buktikan jika aku bisa mendapatkan nilai terbaik Pi, papi juga tahu bagaimana nikai akademikku selama ini? Apa aku pernah mengecewakan Papi? Aku tidak pernah mengecewakan Papi!" ucap Dea kesal.
"Yogi adalah pilihan tepat, dia sudah dewasa dan dia bisa membimbing kamu. Dua minggu lagi keluargamu akan melamar kamu dan bulan depan kamu menikah dengannya!" Ucap Hardiyata membuat Dea yang geram segera berdiri dan tanpa pamit ia segera menuju kamarnya.
Dea masuk kedalam kamarnya dan ia melihat disekelilingnya piagam penghargaan dan juga beberapa piala yang ia dapatkan tak mampu membuat Papinya percaya jika ia akan memilih apa yang ia inginkan. Air matanya menetes dan ia benci menjadi cengeng seperti ini. Tak ada tempat untuknya mengadu apalagi menghubungi Maminya hanya akan memperkeruh suasana.
"Kalau begini aku memang harus segera pergi dari sini!" Ucap Dea.
Dea mengambil beberapa berkas penting dan memasukannya kedalam tasnya. Tahun ini tahun kedua ia kuliah dan ia baru saja masuk kuliah dua semester baru satu bulan yang lalu. Namanya dikampus juga sangat terkenal karena kecantikannya dan juga kepintarannya selama masa orientasi mahasiswa. Apalagi ia menjadi bahan pembicaraan seisi kampus bukan hanya karena kecantikannya tapi ia diminta untuk menjadi pacar salah satu kakak kelas yang tekenal populer dan tampan di kampus, namun Dea segera menolaknya. Dea juga menjadi urutan pertama perempuan tercantik diangkatannya dan ia akan dipersiapkan untuk mengikuti ajang kecantikan mewakili kampusnya.
Dea segera menuju kampus dan ia meminta salah satu kenalannya agar bisa membantunya untuk mengurus kepindahannya. Dea kemudian segera menuju ATM untuk memgambil uang miliknya dan juga memindahkan uangnya ke tabungan yang lain miliknya. Untung saja ia selalu menyisihkan uang yang diberikan Hardiyata dan Nita Mami kandungnya. Ia bisa menggunakan uang itu untuk membeli tiket menuju Jogya tempat yang ingin ia tuju. Dea memilih untuk hidup sederhana dan ia akan bekerja sambil
Kuliah di Jogja. Baginya itu adalah pilihan tebaik, dibandingkan ia harus terikat pernikahan dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Memperjuangkan hidupnya dan ingin hidup mandiri, menjadi tekadnya untuk terus bertahan. Namun melawan seorang Hardiyata tidaklah mudah, banyak hal yang harus ia hadapi. Apalagi seorang Hardiyata tidak mungkin melepaskannya begitu saja dan memiliki putri cantik seperti dirinya adalah keuntungan besar bagi seorang Hardiyata
Dea pergi dan menyembunyikan identitasnya ia memilih Jogya sebagai tempatnya memulai hidupnya dengan menanggalkan nama besar keluarganya. Dea menyembunyikan wajah cantiknya dengan menyamar menjadi perempuan culun dan ia memilih bekerja di angkringan yang tidak jauh dari kosannya. Dea bersembunyi dan menghilang dari keluarga besarnya, karena ia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Ia tidak ingin pernikahan bisnis menghantui hidupnya. Dea yang cantik berubah menjadi Dea yang terlihat jelek karena makeup yang ia pakai dan ia memang sengaja membuat dirinya terlihat jelek, untuk menghindari orang-orang suruhan Papinya yang pastinya akan segera menangkapnya jika menemukannya.
Dea memang sangat berubah dan orang yang dulu mengenalnya tidak akan tahu jika dihadapanya sekarang adalah Deantika Hardiyata. Dea belajar makeup dan ia bangga karena berhasil membuat dirinya tidak cantik, karena cantik bagi seorang Dea hanya akan membawa malapetaka baginya. Ia ingin hidup tenang tanpa harus diganggu para lelaki yang pastinya akan tergoda karena kagum dengan kecantikan dan apa yang ia lakukan berhasil. Dea berhasil menjadi wanita biasa yang dan ia bisa bebas melakukan aktivitasnya seperti perempuan yang hanya fokus berkuliah dan bekerja.