06: MENDATANGI TABIB

1867 Kata
Daniel menatap orang tuanya yang menyuruh ia untuk duduk. Sepertinya mereka akan membahas mengenai masalah yang ia buat kemarin. Ia benar-benar tidak sengaja membuat Della menangis, ini murni mengenai perasaannya yang menolak saat tahu Della mencintainya karena ramuan yang diberikan oleh orang tuanya. Ia menyandarkan tubuh pada kursi sambil mengamati wajah ibunya yang terlihat kesal. “Hari ini, Ibu dan Ayah akan datang lagi ke istana untuk membahas pernikahanmu dan Della. Ibu tidak ingin kamu mengecewakan Della atau pun keluarga kerajaan yang sudah berharap. Kamu tidak boleh menolak kesepakatan ini, jadi Ibu mohon padamu untuk memperlakukan Della dengan baik.” Yuna begitu sebal dengan kelakuan putranya kemarin, andai bukan berada di istana, ia pasti telah memukuli Daniel. “Ayah juga ingin kamu tahu, Daniel. Della begitu menyayangimu sehingga kamu tidak seharusnya menolak permintaannya untuk menikahimu. Lagian, umurku sudah cukup untuk menjalin hubungan rumah tangga, turuti saja permintaan kami dan keluarga kerajaan. Ayah yakin kamu tidak akan menyesal.” Baron menahan Yuna agar tidak memarahi Daniel untuk bisa membujuknya menyetujui. Daniel jengah dengan pembahasan orang tuanya. “Aku sudah bilang pada Ayah dan Ibu kalau aku tidak mencintai Della. Aku tidak ingin menikah dalam waktu yang cepat, aku masih ingin menikmati masa mudaku. Aku suka bertualang dan tidak mau terjerat dalam hubungan yang meningkat dulu.” Ia tahu kalau alasannya terdengar klise akan tetapi apa boleh buat, ia tidak memiliki alasan lain. Yuna tertawa miris. “Kamu tidak bisa membohongi Ibu, Daniel. Ibu tahu kamu memiliki perasaan kepada Della. Jangan berusaha menyembunyikannya, kamu tidak pandai dalam merahasiakan. Sebaiknya kamu jujur dengan perasaanmu sendiri, jangan beralasan seperti itu, Ibu tidak menerimanya.” Yuna memberi isyarat pada suaminya agar memojokkan Daniel sehingga putranya tidak bisa melakukan apa-apa dan diam menurut. “Ibumu benar, kamu pasti mempunyai perasaan padanya. Bagaimana pun juga, cinta bisa ada setelah pernikahan. Yang terpenting, kamu menikahi wanita yang mencintaimu agar segalanya tidak membuat kamu merasa tidak dicintai. Della pasti akan menjadi istri yang baik untukmu. Jangan menyia-nyiakan wanita sepertinya, kalau sampai berita ini beredar, kamu benar-benar tidak tahu diuntung.” Yuna mengangguk setuju. “Kamu harus tahu banyak pangeran yang ingin meminang Della akan tetapi Della selalu menolak. Dia telah memilihmu untuk menjadi pangeran di hatinya, kamu sangat beruntung sehingga menolak bukan pilihan yang tepat. Sebaiknya kita bersiap-siap menuju istana, kamu harus datang untuk membahas rencana selanjutnya. Ibu tidak mau kamu membuat Della menangis lagi.” Daniel beranjak dari kursi. “Aku tidak bisa menuruti permintaan Ibu dan Ayah, aku telah meminta izin untuk mengantar Bella pergi. Paman Vodo mengizinkanku pergi sehingga aku tidak ikut dalam pembicaraan kalian. Aku harap Ibu dan Ayah akan mengerti perasaanku. Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik.” Daniel melangkah keluar rumah, akan tetapi bayangannya bisa bernapas lega mendadak pudar saat melihat Della datang. “Apa kamu sudah siap? Di mana orang tuamu? Aku datang untuk menjemput.” Della berusaha menyingkirkan tubuh Daniel yang menghalangi pandangan ke dalam rumah. Ia lantas ingin memeluk Daniel apabila lelaki itu tidak menahan pergelangan tangannya. “Apa kamu tuli? Sepertinya kamu tidak akan menyerah dan masih mengharapkan aku menjadi pengantinmu. Apa begini caramu memanfaatkan gelar putrimu? Sungguh menyebalkan.” Tahu kalau ucapannya akan menyakiti Della, Daniel memilih berjalan menuju kuda yang telah siap untuk membawanya pergi. Langkah Daniel berhenti saat Della menarik tangannya, ia tidak ingin berurusan dengan orang yang terkena guna-guna, tidak mau karena hanya membuang waktu percuma. Ia melepaskan genggaman tangan Della, membuat Della jatuh dan ia terkejut dibuatnya. Meski penolakan Daniel membuat hatinya sakit, Della akan berusaha semaksimal mungkin agar Daniel mau menikahinya. Ia bangun setelah terjatuh tadi, mengabaikan gaun yang kotor, ia kembali menarik tangan Daniel. “Kamu harus pergi bersama orang tuamu. Aku sudah bilang pada Ayah kalau aku akan membawamu bersamaku. Kali ini saja, aku ingin kamu pergi denganku, aku cemburu kamu selalu menghabiskan waktu dengan Bella.” “Ini tidak masuk akal.” Lagi, Daniel melepaskan genggaman tangan Della walaupun kali ini Della tidak jatuh. “Aku hanya pergi dengan Bella untuk melakukan hal yang penting, kamu cemburu? Sungguh kekanakan. Itulah kenapa aku tidak ingin menikah denganmu. Kamu tidak bisa mengerti pekerjaanku. Terserah kamu, aku lebih dulu meminta izin untuk pergi bersama Bella dan aku tidak akan mengubah keputusanku.” Della memeluk tubuh Daniel dari belakang, ia tidak akan membiarkan Daniel pergi tanpa persetujuannya. Ia terus mengeratkan pelukan agar Daniel tidak bisa melepaskan dirinya. Ia baru sadar kalau Daniel mempunyai punggung yang kokoh dan ia nyaman bersandar. Ia tidak salah pilih pengantin, pernikahannya dengan Daniel harus terlaksana apa pun yang terjadi. Daniel berhasil melepaskan pelukan Della dan mendorongnya menjauh. Meskipun Della tetap tidak membiarkan dirinya pergi, ia masih terus berjalan menuju kuda. Ia harus memenuhi janjinya pada Bella untuk bertemu, tidak mungkin ia mengabaikan hal itu begitu saja. “Lepaskan aku atau kamu akan menyesal karena aku bisa membencimu kapan saja. Lepaskan aku, Della!” “Tidak!” sanggah Della. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kamu harus bersamaku di sini. Memangnya kamu tidak ingin menjadi raja? Jika kamu menikahiku maka kamu akan menjadi raja setelah ayahku meninggal. Aku yakin setiap pria ingin mendapatkan posisi seperti itu. Aku ingin kamu tetap di sini dan menuju istana bersamaku. Aku tidak menerima penolakan, Sayang.” Panggilan sayang dari Della sejenak membuat Daniel berhenti mengelak, ia menyukai Della dari kecil, akan tetapi tidak ingin menikahinya saat Della dalam pengaruh sihir. Ia melepaskan tangan Della perlahan agar tidak terkesan penolakan. Setelah berhasil membuat Della merasa kalau ia tidak akan pergi, ia berlari dengan cepat sambil menarik kuda. Ia berhasil membawa dirinya meninggalkan rumah, mengabaikan Della yang memanggil namanya. Daniel menyingkirkan perasaan senang dalam hatinya saat mengingat kembali Della memanggilnya dengan sebutan sayang. Ia merasa kalau panggilan itu terdengar menenangkan meskipun ia tahu kalau Della hanya menuruti sihir yang bersarang dalam dirinya. Ia menatap Bella bersama kudanya yang sepertinya sudah menunggu sedari tadi, ia hendak mendekat akan tetapi terkejut karena ada Frans sehingga ia bersembunyi di balik pohon. Ia pikir segalanya akan berjalan sesuai dengan rencana. Berusaha agar tidak terlihat oleh Frans, Daniel menyembunyikan wajahnya. Ia tidak tahu Frans akan pergi ke mana akan tetapi menyadari kalau Bella mengetahui keberadaannya, jadi ia pun mendekat. “Apa kita akan pergi sekarang? Aku tidak percaya kalau Frans yang menemanimu belanja.” Padahal Bella sudah membuat rencana agar pergi bersama dirinya, mungkin tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. “Kakakku sempat membujuk ayah, jadi aku kesulitan. Aku pun mengalah saja dan menunggu datang. Bagaimana kamu bisa menghindar dari Della? Aku pikir dia tergila-gila padamu, seharusnya ini akan menjadi tantangan untukmu saat menghindarinya. Kita harus mencari penawar secepatnya. Aku tidak tahan mendengar kakakku membicarakanmu setiap saat, aku yakin guna-guna orang tuamu cukup ampuh.” Harusnya Daniel merasa tenang, akan tetapi ia tidak tahu apakah akan berhasil mendapatkan obat penawarnya. “Seperti yang sudah aku katakan, menurutmu kita harus pergi ke mana dulu?” tanya Daniel, ia tentu harus memutuskan untuk pergi ke tabib yang mana dahulu agar tidak salah langkah. Bella pasti sudah memikirkan matang-matang sehingga ia sebenarnya tidak perlu khawatir. “Aku telah mengetahui reputasi tabib yang namanya tertera di kertas yang kamu berikan. Kita akan pergi ke tabib yang memiliki reputasi baik dalam menyembuhkan pasien. Dengan begitu, kita tidak perlu mendatangi satu per satu apabila dia tidak bisa menyembuhkan. Tabib dengan reputasi buruk akan aku abaikan agar tidak terjadi hal buruk pada Della.” Bella ingin Della langsung segera sembuh, jadi ia memilih tabib yang jauh lebih berpengalaman dan mudah menyembuhkan. Daniel sejenak berpikir. “Apa kamu yakin dengan rencanamu?” Ia bisa melihat Bella mengangguk. “Bukan aku ingin menolak, akan tetapi sebaiknya kita menemui semuanya. Ini agar kita tidak terkesan meremehkan. Memiliki reputasi buruk, bukan berarti tidak bisa menyembuhkan. Barangkali saja, yang kita abaikan malah bisa menyembuhkan. Itu pun jika kamu setuju dengan pendapatku.” “Apa ini tidak akan memakan waktu yang lama?” Bella sadar kalau ia tidak boleh mengabaikan tabib yang lain. Hanya saja, ia merasa tidak akan bisa menyembuhkan Bella dalam waktu yang relatif singkat apabila harus mengunjungi satu per satu. Itu sangat banyak dan melelahkan. Ia berpikir bahwa yang memiliki reputasi baik pasti akan mengetahui jenis sihir yang digunakan oleh orang tua Daniel. “Mungkin ini tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Akan tetapi ketika ini berkaitan dengan sihir, aku rasa kita tidak akan tahu obat dari tabib mana yang akan bekerja dengan baik. Bagaimana pun, kita tidak bisa mengabaikan tujuan untuk menyembuhkan Della. Kita akan mengunjungi setiap hari lima tabib, apa kamu tidak keberatan?” Daniel perlu mengetahui kalau Bella setuju dengan rencananya. Bukan berarti ia berpikiran negatif kalau tidak ada yang bisa menyembuhkan Della. Setelah berpikir, Bella menyetujui permintaan Daniel. Ia tahu kalau keputusan Daniel sangat tepat. Ia berharap, tabib yang mereka temui akan memberikan penawaran yang ampuh sehingga tidak perlu mengunjungi tabib yang lain. “Kalau begitu sebaiknya kita pergi sekarang. Kita tidak boleh menunda waktu bukan?” Bella melajukan kudanya lebih dulu sedangkan Daniel mengikuti dari belakang. Dari petunjuk yang diberikan, mereka akan mendatangi tabib yang terkenal menyembuhkan dalam sekejap. Suasana tempat tinggal sang tabib sepi sekali. Rumahnya tidak seperti hunian biasa karena terbuat dari daun kering dan batang pohon. Bella dan Daniel turun dari kuda masing-masing kemudian berjalan mendekat pintu rumah. Daniel mengetuk pintu lumayan keras agar penghuni rumah segera keluar. Tidak butuh waktu lama, sang tabib mempersilakan Daniel dan Bella masuk. “Aku sudah menduga kedatangan kalian kemari. Aku akan merahasiakannya sehingga jangan sungkan berdiskusi denganku. Apa dia sudah menjadi gila karena ramuan yang dicalonkan dalam kue? Sepertinya orang tuamu sangat berambisi, aku merasa ini tidak akan mudah ditangani.” Baik Bella maupun Daniel sama-sama terkejut dengan apa yang bicarakan sang tabib. Sungguh tidak mengherankan apabila dia terkenal mudah menyembuhkan. “Jadi, apa Tuan memiliki penawarnya? Aku pikir jika Tuan mengetahui kedatangan kami, harusnya sudah menyiapkan sesuatu yang bisa kami bawa pulang.” Ketika Bella menyadari sang tabib berterus terang, maka ia pun langsung saja mengutarakan. Sang tabib memberikan kendi kecil pada Bella. “Kamu bisa memasukkan ramuan yang kubuat ke dalam minumannya selama tiga hari. Aku masih belum tahu kalau ini akan berhasil atau tidak, selanjutnya kamu bisa memberi tahuku apa yang terjadi nanti. Setelah itu, kita bisa memutuskan untuk melanjutkan menyembuhkan atau tidak. Sebaiknya kalian segera pulang karena jika tidak, akan ada yang curiga.” Bella dan Daniel mengucapkan terima kasih dan memberikan bayaran pada sang tabib, mereka lantas keluar dari rumah sang tabib dengan harapan akan bisa menyembuhkan Della. Daniel sudah menaiki kudanya, sedangkan Bella hendak naik andai sang tabib tidak datang menghampiri. “Apa ada yang ingin dibicarakan lagi?” tanya Bella karena sang tabib seperti ingin memberi tahu sesuatu. “Apa pun yang terjadi nanti, mantapkan keinginanmu untuk menyembuhkan kakakmu. Aku percaya sesulit apa pun tantangannya, kamu bisa menghadapinya. Jika ramuanku tidak berhasil, aku mohon maaf terlebih dulu. Percaya terus kalau kamu bisa membuat kakakmu sadar kembali. Jangan lengah sedikit pun karena kamu yang memegang kendali dalam permainan ini.” Meskipun tidak tahu maksud dari yang dibicarakan, Bella mengangguk saja kemudian berpamitan pergi. Ia akan berusaha mendapatkan penawar untuk sang kakak bagaimana pun caranya. Ia akan memastikan Della sembuh dari guna-guna dan mengungkapkan niat jahat orang tua Daniel. Ia tidak tahu harus meminta maaf terlebih dahulu tidak pada Daniel, ini menjadi keputusan yang sulit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN