Steve terpesona dalam satu menit memandangi keseksian dan lekukan tubuh Giselle di balut kaos pendek dan rok mininya. Ketika Giselle berbicara dan mengeluh kepadanya.
"Mau pindah meja, Steve?" usul Giselle sambil melihat ke meja yang berada di bagian sudut.
Sejenak berpikir, "Hmm, Why not..!?" balas Steve.
"Good!" senyum manis mengembang di wajah seksi Giselle.
Pelayan membantu Steve dan Giselle untuk memindahkan minuman mereka.
"Ck!! Aku benar-benar tidak menyangka ketika Bella mengatakan, kalau dia akan menikah dengan pria yang dia kencani pertama kali… hehhehe..!" kekeh Giselle dengan wajah takjub.
"Dan, kami semua sahabatnya mencoba untuk menghentikannya menikah..!!" jujur Giselle.
"Hahhaha... Begitukah ?? Memangnya kenapa..?" tawa kecil Steve, yang baru mengetahui kenyataan itu.
"Tidak ada, hanya merasa sangat aneh, Bella hanya berkencan dengan satu pria dan memutuskan untuk menikah...!!" tukas Giselle sambil menyesap minumannya.
"Hahahha..." tawa Steve sambil menggeleng kecil kepalanya.
"Hmm... Lagi pula kau juga pria yang pertama kali berkencan dengan Bella… Iya kan ?" ucap Gissele sambil cegukan.
Steve hanya menjadi pendengar selama Giselle berbicara. Menelaah setiap ucapan Giselle.
"Aku sungguh khawatir dengan hal itu, apa mungkin tinggal serumah tanpa memiliki atau mengenal orang lain..?"
"Dan...Steve ? Apakah Bella juga yang pertama bagimu ??" tanya Giselle to the point. Entah karena pengaruh alkohol atau apa, membuat Giselle ingin mencari kebenaran dengan perkataan Bella tempo hari.
Deg
Steve terkejut mendapatkan pertanyaan yang sangat privasi seperti itu. Apalagi harus berbicara dengan seorang wanita. Berbeda ketika membicarakan hal sensitif seperti ini dengan Austin. Tapi dengan Giselle...
Steve hanya menatap Giselle, bingung mau menjawab apa.
"Jawaban apa yang dia harapkan ??" pikir Steve.
"Steve..?" panggil Giselle sambil memajukan wajahnya dan menaikkan dua gunung besarnya di atas meja, sehingga menyembul begitu seksi.
"I-iya?" jawab Steve terperangah melihat gerakan sensual di depannya.
"Apa kau tidak penasaran, bagaimana rasa tubuh wanita lain ?" tanya Giselle dengan wajah menggodanya.
Steve menunduk dan tersenyum, "Tubuh wanita lain ?"
"Hmm... Bagiku tidak ada tubuh wanita lain, selain Bella... Hanya Bella..." lanjut Steve.
"Hmm... Benarkah ?? Bella sangat beruntung memilikimu Steve...!" ucap Giselle dan ada sedikit nada kecewa.
Mereka pun memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing, karena memang Bar ini adalah bagian dari Hotel.
"Hari ini sangat menyenangkan Steve..!!" seru Giselle dengan senyuman merekah.
Berjalan dengan sedikit gontai karena pengaruh alkohol. Giselle terus tersenyum.
"Giselle, apa kau baik-baik saja ??!" tanya Steve sedikit khawatir. Biar bagaimana pun Giselle adalah sahabat Bella.
"Hehehhe... Jangan khawatir Steve!" kekeh Giselle dan terus memegang dinding sebagai penuntun jalan.
Steve mengikuti dari belakang, "Kau minum lumayan banyak..!!" seru Steve.
"Hehhehe... Ini tidak ada apa-apa bagiku, Steve!!" balas Giselle dengan menoleh ke arah Steve.
Tepat saat itu, kaki Giselle tersandung ketika menuruni tangga.
"Aochhh...!!!" pekik Giselle kesakitan. Dirinya terjatuh cukup lumayan keras, karena memakai highheels. Membuat dirinya kehilangan keseimbangan.
Steve berlari ke arah Giselle dengan cepat. "Giselle...! Apa kau tidak apa-apa ??!!" serunya dan ikut berlutut melihat keadaan Giselle.
"Ya… Sepertinya lututku berdarah..!" seru Giselle sambil menekuk lututnya. Dengan merintih kesakitan.
"Jadi, kita harus bagaimana ? Apa kau mau aku membawamu ke Rumah Sakit..?" tawar Steve.
"Uhmm, sepertinya ini akan baik-baik saja..! Mungkin kamu bisa sedikit membantuku ..?" balas Giselle.
"Yaaa ??" tanya Steve bingung.
"Tolong bawa aku ke ruanganku..." balas Giselle.
"Hmm… Baiklah!" mau tidak mau, Steve membantu Giselle.
Steve pun berpindah tempat ingin melihat kondisi lutut Giselle.
Deg
"Dia tidak memakai dalaman ?" batin Steve dan membuang wajahnya. Karena dapat terlihat jelas di balik stockingnya, gundukan yang tercetak dengan ketat. Kemudian berdiri di sisi Giselle.
Memapah Giselle untuk menuju ruangannya.
"Di sini, Steve !" seru Giselle tepat di depan ruangannya.
Giselle dengan sedikit tertatih-tatih berusaha membuka kamarnya.
Ceklek
"Auuh... Ini sangat sakit.." gumam Giselle.
Steve memapah Giselle sampai Giselle duduk di atas ranjangnya.
"Hat-hati..." ucap Steve ketika mendudukkan Giselle.
"Iya, terima kasih..."
"Steve, boleh minta tolong ambilkan handuk hangat untukku ? Aku ingin membersihkan luka ini !" pinta Giselle.
"Ohh iya, boleh.." jawab Steve, kemudian menuju kamar mandi dan mengambil handuk kecil dan menyiramnya dengan air hangat dari keran air di westafel. Setelah ia peras, Steve keluar dari kaamr mandi.
"Ini Giselle..!" seru Steve.
Deg
Bertepatan, Giselle sedang membuka stockingnya.
"Steve, maaf sebelumnya, bisa kau usap lutut ku dengan handuk ini…" pinta Giselle.
"Sure, Giselle...!" jawab Steve.
Steve pun berlutut di tepi ranjang, dan mengusap lutut Giselle dengan lembut.
"Ughh…" Giselle meringis kesakitan. Dan menggerakkan kakinya.
Deg deg deg
Mata Steve tertuju di titik tengah antara kedua pahanya.
"s**t! Apa ini! Intinya terlihat begitu jelas, dia tidak memakai celana dalam!??" batin Steve bergejolak.
Giselle menaikkan kakinya ke atas ranjang membuat kewanitaannya yang terlihat begitu kenyal terpampang jelas.
"Steve, uhm... jangan katakan ini ke Bella, aku merasa kurang enak sama dia.." gumam Giselle sambil melihat wajah Steve.
"A-ahh..! Ya... tentu saya Giselle…" balas Steve sedikit gugup.
"Terima kasih Steve, berkatmu lututku jauh lebih baik...!" seru Giselle senang dan mengangkat kedua kakinya. Tanpa sengaja memperlihatkan miliknya ke Steve.
Steve tergelak dan memundurkan tubuhnya dengan wajah shock.
"Ahhh Maaf!! Aku tidak biasa menggunakan celana dalam !" seru Giselle dan menutup roknya dengan cepat.
"Aku ada pertemuan penting hari ini, jadi aku tidak memakainya agar tidak merusak penampilan ku…" jelas Giselle dengan wajah malu-malu.
"Oh..iya..!!" kikuk Steve dan membuang wajahnya, mengalihkan pandangannya.
Namun, entah rasa penasaran dari mana. Steve terus menoleh sedikit memperhatikan rok Giselle.
"Uhm, Steve.. Apa ini pertama kali kau melihat inti tubuh wanita lain ?? Apa kamu ingin menyentuhnya dan merasakannya?” tanya Giselle membuat tenggorokan Steve tercekat.
"Eh ?! Maksud kamu ??" seru Steve dan mendapatkan tatapan menggoda dan sedikit mengejek dari Giselle.
Dengan cepat Steve berdiri, "Maaf Giselle, aku kehilangan akal untuk sesaat..!"
"Kalau begitu aku kembali ke ruanganku.." pamit Steve yang sudah berbalik ke arah pintu.
"Kalau memang lutut kamu masih sakit, besok kita ke rumah sakit..!" lanjut Steve tepat membuka pintu.
"Stevee!" teriak Giselle.
Namun, Steve dengan cepat keluar dan menutup pintu.
"Argghhh!" geram Giselle dan membuang tubuhnya ke ranjang.
"Dasar jalang gila!" makinya terhadap dirinya sendiri.
"Hal gila apa yang barusan aku lakukan!!" gumamnya penuh penyesalan, lengannya di letakkan di atas kening dengan berjuta pikiran.
Sedangkan di balik pintu ruangan Giselle. Steve terdiam, menenangkn pikiran dan hatinya.
Wajahnya terlihat begitu memerah. Nafas beratnya memburu menahan hasrat yang tiba-tiba sudah membuncah.
Dirinya memutar tubuh hendak meninggalkan ruangan Giselle.
Ting tong