Bab 2. (Janji Noval)

1216 Kata
    Noval terus mengenang masa lalunya bersama Andro. Dengan terus tersenyum-senyum sendiri, bagai orang gila saja. Untung saja ia hanya seorang diri di dalam kamarnya. Jika saja ia berada di tempat umum. Bisa saja dirinya dianggap sebagai orang dengan gangguan jiwa ringan.     Sesudah rangkaian memorinya terus maju hingga saat ini. Tiba-tiba saja smartphonenya kembali berbunyi. Akan tetapi kali ini bukan pesan WA yang masuk. Tetapi merupakan nada dering panggilan telepon dari Andro. Yang seakan sedang kebanyakan pulsa. Hingga berani menelepon Noval melalui jalur operator seluler. Bukan melalui panggilan WA. Yang tak memerlukan biaya, yang dipotong dari pulsa.     Tampak dengan malasnya, seakan tanpa gairah sama sekali. Noval lalu mengambil smartphonenya, dengan tangan kirinya. Lantas menerima panggilan telepon dari Andro. Dengan nada suara yang sedikit kesal menerima telepon dari sahabat sehidup-semati nya selama ini.     "Ndro, ada apa lagi sih? Kan sudah aku WA. nanti siangan aku ke rumah kamu nya ...," ujar Noval dengan sedikit kesal, bercampur gemas terhadap sahabatnya itu. Sambil menggaruk garukan alis kanannya yang tak gatal sama sekali, dengan tangan kanannya.     "ITU MAH KELAMAAN ...! POKOKNYA KAMU HARUS DATANG SEKARANG!" sahut Andro, seakan sedang memerintah Noval. Yang tentu saja semakin membuat Noval kesal terhadap sahabat sehidup-semati nya itu.     "KALAU AKU TIDAK MAU, KAMU MAU APA!?" timpal Noval dengan mengeluarkan suara galaknya. Hingga membuat Andro sedikit takut, mendengarnya lewat smartphonenya itu. Karena biar bagaimana pun, Andro itu sebenarnya segan terhadap Noval.     "Aku tidak mau apa-apa sih Val. Aku hanya mau memberitahumu saja. Kalau sepupuku baru saja datang," timpal Andro, dengan nada seperti orang yang bersalah.      Mendengar Andro menyebut kata sepupu. Noval pun menjadi melunak sikapnya. Karena ia tahu, semua semua Andro itu gadis cantik.     "Sepupumu yang mana, Dro ...?" tanya Noval dengan nada suara yang jauh lebih rendah dari tadi dan dengan penuh rasa penasarannya. Karena keterangan dari Andro itu.     "Yang dulu aku kasih fotonya sama kamu. Katanya, kamu naksir sama dia," timpal Andro, yang membuat Noval teringat dengan orang yang dimaksud oleh Andro.     "Oh dia toh ..., bukannya bilang dari tadi. Supaya aku tidak berpikir lama. Ya sudah sekarang aku mau mandi dulu. Dan jangan lupa, ceritakan semua kelebihan ku kepadanya ya ...," ujar Noval, dengan tersenyum sendiri di dalam kamarnya. Dengan posisinya yang masih berbaring di tempat tidurnya. Seraya bertumpang kaki.     "Oke deh Val ...!"  kata Andro, mengakhiri hubungan seluler itu.     Hanya kata terakhir itu, yang di dengar oleh Noval dari suara Andro. Lalu setelah itu tak terdengar lagi suara dari smartphonenya sama sekali.      Setelah hubungan telepon seluler antar sahabat itu terputus, Noval lalu menaruh ponsel nya kembali di dekat bantalnya.     "Pokoknya hari ini, aku harus tampil keren abis ...," kata Noval di dalam kalbunya. Dengan senyum yang mengambang di wajahnya. Sambil membayangkan wajah cantik sepupu Andro.     Noval lalu bangkit dari tempat tidurnya, dan melangkahkan kakinya untuk menuju ke arah kamar mandi. Yang ada di dalam kamarnya. Untuk mandi pagi, menjelang siang hari.     "Segar rasanya sesudah mandi," ucap Noval di dalam hatinya, saat telah menyelesaikan mandinya.     Selesai mandi, Noval lalu keluar dari dalam kamar mandinya, dan menuju ke arah lemari pakaiannya. Ia memilih kemeja ketat kotak-kotak, celana panjang ketat kotak-kotak. Yang langsung ia kenakan, pakaian yang telah ia pilih itu.      Setelah berpakaian rapi untuk ukuran dirinya. Noval lalu menuju ke arah cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Sambil memakai WAX, pada rambutnya yang tak begitu panjang, dengan gaya yang dibuat seperti landak. Dengan perpaduan wajah oriental dan bulenya, Noval pun terlihat sangat tampan. Terlihat di cermin besar yang menempel di tembok kamarnya yang berwarna biru langit.     "Keren sekali aku terlihat di cermin. Pasti para perempuan akan terpana, melihat ketampanan ku ini .... Hik ...hik ....," ujar Noval memuji dirinya sendiri, di dalam hatinya. Dengan tersenyum-senyum sendiri. Seperti orang yang sedang menang lotre saja. Dengan hadiah miliaran rupiah. Yang membuat dirinya menjadi kaya mendadak.     Setelah semuanya sudah di rasa cukup, dan merasa dirinya sudah berada dalam penampilan maksimalnya. Noval lalu keluar dari dalam kamarnya, tanpa lupa mengantongi smartphonenya. Untuk pergi menuju ke rumahnya Andro, dengan terlebih dahulu memakai sandal gunung berwarna hitamnya, dan menutup pintu kamarnya itu, dengan penuh semangatnya.      Akan tetapi sebelum dirinya benar-benar pergi dari rumahnya. Terdengar suara di telinga lancipnya. Suara seorang bocah perempuan yang memanggil namanya. Yang ternyata suara rengekan adik perempuannya, yang masih berusia 5 tahun. Yang ingin ikut bersama dirinya pergi, dengan menarik ujung kemeja ketat kotak-kotak yang dikenakan oleh Noval dari belakang.         "Bang ..., Bang Oval ..., Ilam ikut ya ...?" rengek adik perempuan Noval yang bernama Nilam. Hingga membuat Noval sedikit kesal mendengarnya.      Akan tetapi ia menahannya di dalam hatinya, semua kekesalannya itu terhadap adik perempuannya. Yang terpaut lebih dari 15 tahun usianya, dengan dirinya.     "Dasar s**l aku! Kenapa aku yang sudah sebesar ini, masih harus memiliki adik sekecil ini? Yang notabene adalah adik perempuanku dan adikku satu-satunya. Nasib ... oh nasib ...," gerutu Noval di dalam hatinya, tentang nasibnya itu.     Noval pun lalu berkata kepada adiknya itu. Sembari membalikan tubuhnya, dan berlutut di hadapan adiknya, agar tinggi dirinya dan tinggi adiknya tak terlalu mencolok perbedaannya. Dan dirinya dapat melihat wajah adiknya di hadapannya, dengan jelas.     "Nilam jangan ikut ya, Bang Oval mau ke rumah Bang Andro. Nilam kan tahu sendiri, kalau di rumah Bang Andro, ada anjing yang galak banget. Kalau Nilam ikut, nanti kalau digigit bagaimana?" ujar Noval berusaha menakut-nakutin adik semata wayangnya itu. Padahal di rumah Andro tak ada ada anjing sama sekali.     Noval hanya pernah memperlihatkan video anjing besar, yang ada di rumah temannya. Saat dirinya dan Andro berkunjung ke rumah teman kampus mereka itu.     Perkataan kakak kandungnya itu. Telah membuat Nilam terdiam, seakan ia sedang memikirkan ucapan dari Noval.     Melihat Nilam hanya terdiam, akhirnya, Noval pun angkat bicara kembali. Untuk menguji, apakah adiknya masih ingin ikut dengan dirinya atau tidak.     "Nilam mau ikut Bang Oval, ke rumah kak Andro enggak?" tanya Noval, dengan basa-basi nya.     "Enggak ah ..., ental digigit ama anding nya Bang andlo. Ih ...atut, Ilam mau di lumah aja, ama Mama ...," jawab Nilam dengan suara yang masih agak cadel dan dengan polosnya.     "Baguslah kalau Nilam tidak ikut, aku bisa berlama lama di rumahnya Andro," ucap Noval di dalam hatinya. Sambil mengembangkan senyum kemenangan dan kebahagiannya kepada adik perempuannya itu.     "Ya udah Nilam di rumah aja. entar kalau kak Noval pulang. Pasti kak Noval beli'in permen sama es cream di warung yang dekat rumah Bang Andro," ujar Noval yang seakan ingin menyogok Nilam, agar adiknya itu tidak merengek ingin ikut dengan dirinya kembali.     "Tapi Bang Oval angan ama-ama ya, puyang nya," ujar Nilam, dengan nada manja terhadap kakaknya.     "Iya ...," jawab Noval dengan singkatnya, lalu bangkit dan meninggalkan adik semata wayangnya. Dengan perasaan leganya, karena adik satu-satunya itu tak ingin ikut dengan dirinya.      Noval pun terus melangkahkan kakinya ke arah halaman rumahnya, dengan langkah kakinya yang cepat. Seolah ia takut adik perempuannya, mengikuti langkahnya dari belakang. Yang akan membuat repot dirinya nanti. Karena Nilam sudah berubah pikirannya kembali.     "Bawa motor tidak ya?" tanya Noval di dalam hatinya, sambil melihat ke arah motornya, yang ada di dalam garasi rumahnya.     "Ah ...., mendingan jalan kaki saja. Jaraknya juga tidak begitu jauh. Mungkin kurang dari 100 meter dari sini," jawab Noval atas pertanyaan dirinya itu.      Noval lalu berjalan kaki untuk menuju ke rumah Andro, sambil bersiul dengan riangnya, tanpa beban sama sekali. Dan mempedulikan keadaan sekitarnya sama sekali. Ia seakan merasa, jika dunia adalah miliknya sendiri. Sedangkan yang lainnya hanya mengontrak saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN