Tuk!
Tuk!
Edward masuk lalu, tersenyum tipis sambil menggendong dua buah boneka beruang coklat besar, yang satu berpita pink dan satunya lagi pita kuning. Lala yang melihat dua bonel besar, tentu saja sumringah dan langsung berlari mendekati Edward.
"Om, apakah itu buat Lala?" tanya Lala antusias.
"Betul sekali, kamu suka?" Edward tersenyum tulus.
Lala mengangguk cepat.
Edward memberikan boneka beruang besar itu, karena ukurannya hampir sama dengan ukuran badan Lala, sehingga Lala kesulitan membawanya, Bambang membantu Lala memegang yang satunya lagi.
Lala berbalik menatap Edward.
"Terimakasih, Om," ucap Lala sambil tersenyum memperlihatkan dua giginya yang ompong.
"Itu boneka pemberian Teteh Risti dan Kak Karin, ucapkan terima kasih nanti kepada mereka ya," ucap Edward sambil melirik ke arah Bambang.
Bambang memutar bola mata malasnya. Tak heran kalau itu pasti pemberian Risti.
"Maaf, Mas Bambang sekarang sudah bisa pulang ke rumah, biaya administrasi rumah sakit sudah saya bereskan, kalau sudah rapi biar saya antar," ucap Edward tegas.
"Eh iya, saya sudah selesai, ga papa biar saya pulang dengan taksi online saja," ucap Bambang lagi, dia tak ingin merepotkan dan berurusan dengan Risti mau pun Karin.
"Maaf Mas Bambang, ini perintah Bu Risti, mohon bantu saya, saya hanya menjalankan tugas," ujar Edward dengan nada tegas.
Bambang bergidik, seram juga lelaki tinggi tegap di depannya ini.
"Oke, baiklah," jawabnya.
Mereka berjalan menuju lobi rumah sakit. Tentu sqj, Edward membantu Bambang membaa barang-barangnya, sedangkan Bambang memapah Lala yang masih sedikit lemas.
"Mas Bambang dan Lala tunggu di sini saja, biar saya ambil mobil dulu."
Tak lama berselang, mobil Toyota Camry milik Risti sampai di lobi rumah sakit, Edward dengan sigap membukakan pintu untuk keduanya.
Perjalanan yang ditempuh menuju rumah kontrakan Bambang lumayan jauh, kurang lebih satu jam perjalanan, Lala saja sampai tertidur di dalam mobil bagus milik Risti.
Tepat jam sebelas siang, mereka sampai. Mobil yang ditumpangi Bambang hanya bisa parkir di depan jalan raya tepatnya di depan sebuah ruko kosong, untuk mencapai rumah Bambang harus masuk ke dalam gang di samping ruko kosong tersebut kurang lebih dua ratus meter lagi.
Lulu dan Bude Yati serta Fani sudah menunggu tak sabar di rumah.
"Lulu, Bude..." Lala memanggil Lulu yang sudah tiba di depan rumah mereka.
"Lala...bonekanya besar banget!" pekik Lulu senang, menatap fokus pada boneka yang dipegang Lala.
"Itu ada satu lagi buat kamu," tunjuk Lala pada boneka besar yang sedang dipegang Bambang.
Lulu berlari menghampiri Bambang dan mengambil bonekanya,
"Eh...kok Mas ga di salim? Langsung ambil boneka aja nih," ucap Bambang kepada Lulu.
Lulu dengan senyum ceria lalu mencium punggung tangan Bambang dan juga Edward.
"Makasih, Om," ucap Lulu senang.
"Sama-sama," balas Edward.
"Assalamualaikum Bude" Bambang menyapa Bude dan tersenyum sangat manis kepada Fani. Ternyata Fani sudah ada di sana, menunggu kedatangannya.
"Wa'alaykumussalam," sahut Fani dan Bude Yati berbarengan.
Fani memperhatikan Edward, dia bertanya-tanya siapa lelaki tinggi tegap yang telah mengantar Bambang dan Lala pulang.
"Ayo, masuk dulu mas!" Bambang menuntun Edward untuk masuk.
"Tak apa Mas, saya di sini saja, menunggu Bu Risti dan Bu Karin," kata Edward sambil berjalan untuk duduk di kursi balai, di teras rumah Bambang.
"Ck, Kenapa mereka harus ke sini sih?" gumam Bambang dwngan wajah sebal, sedangkan Lala dan Lulu sudah asik bermain dengan boneka baru mereka.
Bude sudah kembali ke rumahnya, tinggal Fani dan Bambang yang tengah berbincang masalah kantor. Mereka duduk di kursi ruang tamu dekat dengan Lala dan Lulu yang sedang bermain boneka.
"Tau ga boneka ini dari siapa lu?" tanya Lala.
"Dari om tadi, temennya Mas Bambang ya," jawab Lulu.
"Bukan."
"Ini dari Teteh Risti, pacarnya Mas Bambang," ucap Lala tersenyum manis sambil melihat Bambang.
Fani langsung menoleh kepada Lala dan Lulu dan merasa kecewa saat mendengar nama Risti disebut sebagai pacar Bambang.
"Lala....dia bukan pacar Mas," bantah Bambang sambil melirik Fani khawatir Fani tersinggung.
Lala tertawa kecil kepada Bambang dan Fani.
"Teteh Risti cantik lho lu, kayak artis, rambutnya panjang kulitnya putih, udah gitu wangi banget," puji Lala yang masih takjub membayangkan Risti yang sangat cantik.
"Oh iya, asik kita mau punya teteh artis dong," timpal Lulu kemudian mereka tertawa berdua, sedangkan Bambang menatap wajah kecewa Fani, memang mereka tidak ada hubungan yang jelas, hanya sebatas teman yang saling memperhatikan dan saling membantu.
Namun, entah kenapa Ia merasa kesal dengan ucapan Lala dan Lulu, sepertinya mereka lebih senang Bambang dekat dengan Risti dibanding dirinya.
Bude Yati datang membawa masuk semangkuk besar sayur sop dan ayam goreng, serta lalapan. Edward melihat Bude Yati yang kepayahan, dengan sigap membantu membawa makanan masuk ke rumah Bambang.
"Ini Bude udah masakin, ayo makanlah!" ucap bude mempersilahkan Bambang, si kembar juga Fani dan Edward untuk makan.
"Wah, Bude jadi repot gini," ucap Fani sambil membantu bude menata makanan di meja makan.
"Maaf ya bude jadi merepotkan," ucap Bambang menambahkan.
"Terimakasih, Bude," ucap Bambang lagi.
"Ish, apaan sih yang repot, ga repot kok, udah makan dulu." Bude Yati mempersilahkan mereka semua untuk makan
"Ayo, Mas Edward kita makan!" ajak Bambang kepada Edward.
"Ohh namanya Edward," gumam Fani, diam-diam dia memperhatikan Edward.
"Ga papa Mas, saya masih kenyang, nanti saja makannya, silahkan makan duluan," ucap Edward lalu berbalik duduk di kursi bale sambil mengeluarkan hp nya.
Saat mulai makan, tiba-tiba terdengar suara sepatu mendekat ke arah rumah Bambang, Lala dan Lulu menoleh.
"Teteh Risti..." panggil Lala dengan mata berbinar.
Langsung saja Bambang dan Fani ikut menoleh ke arah pintu depan. Terlihat Edward menunduk memberi salam kepada Risti dan Karin.
"Hallo adik-adiknya Teteh, " sapa Risti sok akrab dengan Lala dan Lulu.
Risti melirik sekilas raut wajah Fani dan Bambang terlihat tak suka dengan kedatangannya dan Karin.
"Hallo juga Kak Karin, Teteh Risti," sapa Lala serta turun dari kursi makan lalu salim kepada Risti dan Karin. Lulu pun mengikuti Lala. Lulu memandang takjub dua wanita cantik di depannya.
"Wah, lagi makan siang ya," ucap Karin memecah suasana.
"Boleh kami ikutan?" tanya Karin.
"Tapi makannya cuma sederhana gini Mbak Karin, nanti tidak sesuai selera Mbak Karin," ucap Bambang merasa sungkan.
"Sayang, asal ada kamu di samping aku, pasti aku makannya jadi berselera, seperti semalam," goda Risti menyahut ucapan Bambang. Ia mulai memainkan perannya.
Huk!
Huk!
Huk!
Fani yang sedang minum tersedak mendengar ucapan manja Risti kepada Bambang. Lelaki itu tersentak kaget, lalu menepuk-nepuk lembut punggung Fani, kemudian memberikannya minum.
"Kamu ga papa, Fan?" tanya Bambang khawatir.
"Ga papa Bang, ayo makan lagi, sini Mbak, ikut makan sama kita," ajak Fani.
Risti memandang dengan tidak suka dengan Fani, ia tahu wanita ini pasti sedang dekat dengan Bambang. "Bukan saingan berat buatku, tapi dia tetap harus disingkarkan demi rencanaku," gumam Risti sambil memberi kode kepada Karin, Karin menatap tak mengerti.
Mereka berenam duduk di meja makan, mulai makan bersama.
"Sayaang...kamu makannya sedikit banget , tambah lagi dong nasinya," komentar Risti kepada Bambang sambil menambahkan sedikit nasi ke piring Bambang.
"Ntar kamu ga kuat lho gendong aku, kalau makannya sedikit," lanjutnya lagi sambil menahan tawanya.
Bambang bergidik mendengar ucapan Risti, Peluhnya sudah bercucuran. Tak mampu berkata apa-apa, karena ada Fani dan adik-adiknya bersama mereka.
Lala dan Lulu cuma senyum-senyum centil, Fani makan dengan muka ditekuk, sedangkan Karin hampir menangis menahan tawa. "Pantes saja bokapnya nyuruh kawin buru-buru, anaknya ganjen gitu," ucap Karin dalam hati.
Ting!
Ting!
Suara ponsel Risti berbunyi.
[Ya hallo Pak Darma.]
[Oh iya, ya ampun saya hampir lupa, oke oke pak saya segera ke sana, maaf ya pak jika nanti saya sedikit terlambat.]
Risti bangkit dari kursi, makanannya belum dihabiskan, sedangkan Lala dan Lulu sudah duluan menghabiskan makanan dan lanjut bermain.
"Sori sayang, aku ada meeting jam dua ini, nanti aku ke sini lagi ya," ucap Risti pura-pura berwajah bersalah menatap ke arah Bambang.
"Aahh, iya pergilah! " jawab Bambang cepat, "dan jangan kembali lagi," bisiknya dalam hati.
"Karin, ayo Pak Darma udah nunggu, gue lupa, bye Lulu bye Lala, nanti teteh main lagi ya," ucap Risti melambaikan tangan kepada Lala dan Lulu.
Si kembar tersenyum dengan sangat manis kepada Risti dan Karin.
"Hhhffftt..." Bambang baru akan menarik nafas lega saat Risti dan Karin berjalan keluar rumah. Namun, langkah Risti berhenti, lalu berbalik arah pada Bambang, ia kembali berjalan mendekat pada lelaki berkaca mata ini.
"Ada apa?" tanya Bambang melihat kearah Risti.
Cup
Fani dan Karin kaget, apalagi Bambang dia terpaku seperti patung tak menyangka dengan ciuman yang diberikan Risti.
"Kita lanjutkan nanti malam ya," bisiknya mesra pada Bambang lalu menoleh ke arah Fani dengan senyum penuh kemenangan.
****