Bab 1. Malam Panas
Rina memandangi Andri dengan tatapan yang penuh hasrat, seolah ingin mengungkapkan semua perasaan yang terpendam selama bertahun-tahun. Dalam ruangan yang redup, hanya diterangi oleh cahaya lampu yang temaram, Rina perlahan mendekat. Ia melingkarkan tangannya ke leher Andri, tubuh mereka begitu dekat, seperti menyatukan kembali bagian yang pernah hilang.
"Sayang ... kamu tahu ‘kan, aku selalu mencintaimu?" bisik Rina lembut di telinga Andri, suaranya penuh rayuan. "Dulu, kita punya segalanya. Kenapa kita tak bisa kembali seperti dulu?"
Andri, yang semula duduk tegak di ranjang, kini tampak lebih santai, matanya sedikit terpejam, seolah melayang dalam dunia yang berbeda. Rina tahu betul bagaimana caranya membuat Andri terpengaruh. Obat yang ia campurkan dalam minuman Andri bekerja dengan sempurna, menenangkan tubuh dan pikirannya. Rina tahu, ini adalah saat yang tepat untuk mengambil keuntungan.
Dengan gerakan lembut, ia mengecup bibir Andri, berharap bisa mengembalikan kenangan lama yang pernah mereka bagi. Andri, yang biasanya tegas dan rasional, kini terlihat lebih pasif. Ia tidak menolak, bahkan membalas ciuman itu, meskipun seolah berada dalam keadaan setengah sadar. Rina merasa kemenangan berada di ujung jari, meskipun di dalam hatinya ada kegelisahan yang sulit dijelaskan.
Rina semakin mendekatkan tubuhnya pada Andri, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Dengan lembut, ia membelai rambut Andri, jari-jarinya menyentuh kulitnya dengan sentuhan yang ringan. Namun, penuh makna. Setiap gerakan Rina dirancang untuk membuat Andri semakin terbuai dalam godaan yang ia ciptakan.
“Dulu, kita bahagia bersama, Mas ... kenapa semuanya harus berakhir begitu saja?” suara Rina terdengar seperti melodi yang menggoda, penuh penyesalan yang terbungkus rayuan. Ia menggigit bibir bawahnya, matanya menatap Andri penuh hasrat, berharap dia bisa melihat betapa mendalamnya perasaannya.
Andri, meski matanya mulai terasa berat dan tubuhnya semakin terhanyut dalam perasaan yang asing, tak bisa menghindari kehadiran Rina. Ia merasakan kehangatan tubuh wanita itu yang dulu begitu familiar, seolah mengingatkan pada kenangan lama yang tak bisa dia lupakan begitu saja.
Rina dengan hati-hati menurunkan tangan dari leher Andri, menyusuri punggungnya dengan gerakan lembut, berharap setiap sentuhan itu bisa membangkitkan kembali kenangan indah mereka. “Aku masih ingat bagaimana kita saling mendukung satu sama lain ... kita bisa kembali, Mas. Kamu dan aku, bersama lagi.”
Rina bisa merasakan perubahan kecil pada ekspresi Andri, seolah kata-katanya mulai meresap ke dalam kesadarannya yang mulai kabur. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Andri, berbisik dengan suara yang hampir tak terdengar, "Kita bisa punya segalanya lagi, kamu tahu itu, ‘kan?"
Pengaruh obat yang perlahan merasuk ke dalam tubuh Andri membuatnya terombang-ambing antara kesadaran dan ketidakberdayaan. Dunia di sekitarnya terasa kabur. Namun, sentuhan lembut Rina seperti menariknya ke dalam dimensi lain, satu dunia yang penuh dengan kenangan dan keinginan yang dulu sempat hilang. Dengan mata yang terpejam, ia mulai membalas sentuhan Rina, tubuhnya bergerak dengan semakin bebas, seolah mengikuti ritme yang diberikan oleh wanita itu.
Rina, yang melihat reaksi Andri, merasa seolah mendapatkan apa yang ia inginkan. Semakin dalam tubuh Andri terbenam dalam pengaruh obat, semakin berani pula balasan dari pria itu. Tangan Andri menyentuh pinggangnya, meremas dengan penuh gairah yang tak biasa. Rina tahu, inilah saat yang tepat. Semua gerakan, semua kata-kata yang keluar dari bibirnya, dibuat agar Andri tak bisa melawan.
"Rasakan, Mas ... kita bisa kembali seperti dulu," bisik Rina lagi, suaranya semakin penuh nafsu, tak bisa menyembunyikan keinginan yang semakin kuat.
Andri, yang semakin tenggelam dalam perasaan yang kabur dan menggoda, semakin melibatkan dirinya dalam permainan ini. Tangannya mulai menjelajah, semakin berani dan tak terkendali. Rina tahu betul cara membuatnya terbuai, dan Andri, dalam keadaan setengah sadar, membiarkan tubuhnya merespons setiap gerakan, setiap sentuhan yang diberikan oleh Rina.
Di luar rumah, hujan deras mengguyur, menciptakan suasana yang suram dan penuh ketegangan. Suara hujan yang deras itu seakan menjadi latar yang pas untuk kisah yang tengah terjalin di dalam rumah. Rina dan Andri, mantan suaminya, berada di dalam kamar, terjebak dalam hubungan panas yang memabukkan. Walaupun hubungan mereka telah berakhir lama, ada perasaan yang kembali menghangat di antara mereka. Hujan yang tak kunjung reda seolah menjadi saksi bisu dari pertemuan yang tak seharusnya terjadi, sebuah hubungan terlarang yang kembali muncul di tengah hujan yang menderas.
Rina, seorang wanita yang ambisius dan penuh strategi, telah lama menyesali keputusan yang diambilnya untuk menceraikan Andri, mantan suaminya, saat pria itu masih berada di titik bawah dalam hidupnya. Rina yang berusia 34 tahun, bekerja di sebuah perusahaan terkemuka di Ibu Kota, selalu menginginkan kehidupan yang lebih mewah dan glamor. Ketika Andri, yang saat itu belum memiliki banyak harta, tidak mampu memberikannya semua itu, Rina memutuskan untuk berpisah. Dalam perceraian itu, Dafa, putra mereka, ikut tinggal bersamanya.
Namun, hal itu tidak membuat Andri meninggalkan tanggung jawabnya sebagai ayah untuk Dafa, putra semata wayangnya. Satu minggu sekali Andri selalu berkunjung ke rumah Rina untuk sekedar bermain dengan Dafa, ataupun berjalan-jalan bersama. Bahkan di saat Andri sudah berada di titik teratas dan saat ia sudah menikah dengan Laras. Dafa tetap menjadi prioritas utamanya.
Rina yang mengetahui kesuksesan yang di miliki Andri saat ini berusaha merebut kembali Andri, ia berusaha menyelipkan dirinya ke dalam kehidupan pria itu dengan segala cara. Hubungan mereka yang dulu penuh kebencian dan kekecewaan kini berubah menjadi sebuah permainan kekuasaan, di mana Rina ingin membuktikan bahwa dia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, meskipun itu berarti merusak kebahagiaan Andri dengan Laras.
Tidak membutuhkan waktu lama, hingga klimaks dari akhir kegiatan ranjang itu selesai dan mencapai titik kepuasan. Andri menghentikan gerakannya. Ia masih tertidur di atas Rina. Keduanya saling terengah karena nafas mereka tidak beraturan.
Masih dalam keadaan setengah melayang, keduanya dalam balutan angin dingin yang berhembus merdu. Rasa puas memberi makan hasrat masing-masing. Masih di posisi yang sama, lamat-lamat kepala mulai bersih dan otak bisa diajak berpikir rasional.
Di dalam kamar yang remang-remang, Andri terbaring tidur pulas di samping Rina. Hujan masih terdengar deras di luar. Namun, di dalam ruangan itu, hanya ada keheningan yang menciptakan suasana intim dan penuh rahasia. Rina, dengan senyum yang penuh kemenangan, mengusap rambut Andri dengan lembut, seakan memanfaatkan momen itu untuk memperkuat pengaruhnya.
Dia menatap wajah Andri yang tampak tenang dalam tidurnya. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang berbeda—sebuah perasaan yang jauh dari sekadar kenangan masa lalu. Rina tahu, meskipun Andri kini hidup bahagia dengan Laras, dia masih memiliki kekuatan untuk mengubah segalanya. Dengan suara pelan yang hampir berbisik, Rina berkata pada dirinya sendiri, "Aku akan pastikan kamu kembali padaku."