Setelah pulang sekolah, Bella ingin bergegas pulang untuk berganti baju, lalu pergi bekerja paruh waktu. Namun, ia melupakan sesuatu, yaitu Lucas. Ia lupa kalau anak nakal itu mengajaknya pergi sepulang sekolah. Karena lupa, maka sekarang Lucas mengingatkannya.
Si anak nakal, Lucas Lim, berdiri tepat di ambang pintu untuk mencegah kepergian Bella. Entah gadis itu pelupa atau sengaja menambah masalah hidupnya dengan tidak menuruti ucapannya. "Kau sudah sepakat untuk menuruti semua ucapanku dan aku mengajakmu pergi hari ini," ucap Lucas.
Bella baru mengingat hal itu, tapi ia harus pergi bekerja sekarang. "Aku harus pergi bekerja. Bisakah besok saja? Aku harus mencari uang untuk ...."
"Aku bukan Tuhan yang akan mengabulkan permohonan seseorang. Ayo!" Lucas menyela kalimat Bella, lalu menarik gadis itu agar ikut dengannya.
Daniel yang melihat tingkah Lucas pada Bella hari ini merasa semakin curiga kalau ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Bukan sesuatu yang biasa ketika Lucas menarik seseorang untuk ikut dengannya dan Bella terlihat seperti sangat tidak berdaya. Daniel sudah bertanya pada Lucas tentang apakah terjadi sesuatu yang tidak ia ketahui, tapi tidak mendapat jawaban.
••••
Lucas membawa Bella ke sebuah tempat untuk bermain biliar. Entah untuk apa lagi sekarang, hanya sang Mr. L yang mengetahuinya. Lucas tampak menyapa beberapa murid lain yang ada di tempat ini, sementara Bella tahu mereka juga murid karena masih memakai seragam sekolah, dan seragam sekolah mereka berbeda dengan yang ia pakai.
"Dia yang kau bicarakan? Menarik." Murid bernama Alex itu bicara sembari melirik Bella yang berdiri di belakang Lucas.
"Aku harus pergi bekerja." Lalu, Bella juga bicara pada Lucas.
Lucas tidak peduli pada apa yang Bella katakan, ia bahkan memegang erat tangan gadis malang itu agar tidak bisa melarikan diri. "Tentu. Kalau begitu, ayo bermain." Dan ia hanya sibuk bicara dengan anak lain.
Saat permainan akan di mulai, Lucas menarik Bella untuk duduk di sebuah sofa, lalu menegaskan agar jangan menambah masalah dengan melarikan diri. "Apa yang sedang kau lakukan sekarang?" sementara Bella mempertanyakan hal ini.
Lucas mendekatkan bibirnya ke telinga Bella, lalu berbisik. Ia berkata, "Mempertaruhkanmu."
Kedua mata Bella membulat setelah mendengar ucapan Lucas. Ia langsung bangkit dari duduknya karena permainan ini sangat gila. Mempertaruhkan anak orang dalam permainan biliar. Hanya orang gila yang akan melakukannya.
"Kau sudah melewati batasanmu!" bentak Bella. Ia ingin melangkah pergi, tapi Lucas kembali mendorongnya ke sofa.
Si anak nakal ini menindih tubuh Bella, lalu mendekatkan wajahnya pada gadis malang yang berada dalam kekuasaannya. Ia takjub melihat Bella yang sungguh berani bicara seperti tadi. "Kau pikir, siapa dirimu sampai berani memberikan batasan padaku? Gadis bodoh!"
"Bukan taruhan seperti yang kau pikirkan, kami tidak seburuk itu." Alex ikut bersuara setelah melihat Bella yang terlihat sangat panik.
Mempertaruhkan seseorang saja sudah sangat buruk, jadi entah bagian mana yang tidak seburuk itu. Bella tidak bisa melakukan ini lagi. Ia berusaha untuk menjauhkan Lucas darinya, tapi anak nakal itu justru semakin menindihnya. "Tolong jangan lakukan ini." Bahkan saat ia memohon, Lucas justru menyeringai.
"Aku ingin melakukannya." Dan Lucas menjawab pertanyaan Bella dengan begitu santainya.
"Kau sungguh sudah melewati batas kenakalan remaja. Jangan seperti ini, atau orang-orang akan memandang rendah dirimu." Bella mencoba bicara baik-baik pada Lucas, tapi si anak nakal malah mengangkat salah satu sudut bibirnya mendengar ucapan Bella.
"Kau bisa melihat kotoran di rumah orang lain, tapi tidak di rumahmu sendiri. Luar biasa. Kau ingin diberi penghargaan?" ucap Lucas, lalu ia menjauh dari Bella sembari mengambil paksa tasnya.
Bella tidak tahu apa yang sedang Lucas bicarakan, tapi yang pasti adalah ia harus merebut tasnya dari tangan Mr. L, si anak nakal. "Kembalikan tasku!" pinta Bella.
"Ini." Lucas mengembalikan tas Bella, tapi tidak dengan ponselnya. Saat gadis itu ingin mengatakan sesuatu, Lucas sudah lebih dulu menempelkan jarinya di bibir Bella. "Akan aku kembalikan setelah permainan selesai. Duduklah, atau aku akan menginjak ponselmu sampai hancur," ancam Lucas.
"Aku harus pergi untuk bekerja, agar bisa mencicil hutangku padamu. Tolong biarkan aku pergi." Bella tidak henti-hentinya memohon pada Lucas.
Keajaiban namanya jika Lucas peduli pada permohonan Bella dan sayangnya keajaiban itu tidak terjadi. Bukannya peduli pada seorang gadis malang yang sudah hampir menangis, Lucas justru memulai permainan biliar dengan Alex.
Air mata Bella akhirnya jatuh, setelah dirinya tidak bisa memberikan perlawanan atas penindasan yang Lucas berikan padanya. Itu adalah ponsel yang beberapa hari yang lalu dibelikan oleh ibunya dan ia sangat menyayangi semua hadiah dari ibunya. Bagaimana bisa ia membiarkan Lucas merusaknya?
••••
Hari ini, Samuel memiliki jadwal untuk hadir dalam sebuah acara pameran seni yang ditujukan untuk amal. Samuel datang bersama Lia dan itu bukanlah hal yang aneh, ini terlihat umum di mata orang lain, sebab sekretaris memang selalu bersama atasannya saat jam kerja. Samuel memanfaatkan hal itu untuk membuatnya bisa lebih menikmati waktu bersama Lia, tanpa membuat orang lain curiga.
Saat Samuel sibuk berbincang dengan salah satu kenalannya, Lia tampak mengirim pesan pada sahabatnya yang bekerja sebagai salah satu koki di SMA Hera. [Semuanya baik-baik saja? Apa Lucas mengganggu Bella lagi?] itulah yang wanita cantik ini kirim pada sahabatnya.
[Kau tahu betul kalau aku hanya bertugas di kantin sekolah, jadi aku hanya bisa melihat Lucas menganggu Bella atau tidak saat mereka di kantin. Tapi, semua terlihat baik-baik saja saat makan siang tadi. Kau harus bertanya pada Bella nanti, karena aku ragu kalau Lucas bisa langsung dihentikan.] Dan inilah balasan dari sahabat Lia yang bernama Lina.
Setelah membaca balasan pesan dari Lina, Lia berharap semuanya baik-baik saja, seperti yang terlihat saat di kantin. Saat ini, wanita cantik ini sedang mengetik pesan untuk dikirimkan pada putrinya. [Kau sudah sampai di rumah? Ibu sudah menyiapkan makanan, kau tinggal menghangatkannya saja.] Seperti itulah isi pesannya. Namun, beberapa waktu berlalu dan tidak ada balasan dari Bella. Lia pikir kalau putrinya mungkin sedang makan, jadi ia tidak mengirim pesan lagi.
"Kau mengirim pesan pada siapa?" Samuel bertanya pada Lia.
"Bella. Aku khawatir padanya," jawab Lia.
"Dia pasti baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." Samuel menenangkan Lia.
Di saat bersamaan, Tiffany muncul di hadapan Samuel dan Lia. Senyuman Tiffany yang sejak tadi selalu menghiasi bibirnya saat ia bicara dengan sekretarisnya, kini seketika menghilang saat melirik suaminya bersama wanita yang merupakan selingkuhannya. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi ia tahu itu bukanlah kedekatan seperti yang dipikirkan oleh orang lain.
Tiffany bahkan tidak tahu kalau Samuel akan datang ke pameran ini. Pria itu tidak pernah bercerita apa-apa padanya. Dia hanya mau berbagi dengan selingkuhannya, bukan dengan istrinya sendiri.
"Samuel, Tiffany." Lalu, datang seseorang yang memecah keheningan yang terjadi di antara Samuel dan Tiffany. Ini adalah Tommy Cha, orang yang mengadakan pameran ini. Pria ini kenal baik dengan Samuel dan Tiffany.
"Pergilah dan ajak Lia minum kopi denganmu." Tiffany berbisik pada sekretarisnya yang bernama Sella.
Sella langsung membawa Lia pergi dengan cara menarik tangannya. Samuel yang melihat hal itu berusaha menghentikan Sella, tapi Tiffany langsung meraih tangannya dan digenggam dengan erat, sembari sibuk berbincang-bincang dengan Tommy.
Tiffany ingin menunjukkan bahwa Samuel adalah suaminya dan semua orang mengetahui hal itu. Wanita ini memberikan tatapan yang sangat tajam pada Lia, saat wanita itu menatap ke arahnya. Ia kembali teringat pada ucapan Lucas dan semoga itu sungguh terjadi. Rasanya sangat memalukan saat suaminya sendiri lebih memilih wanita yang biasa-biasa saja, bukan dirinya.