Pengakuan Mas Iqbal

1597 Kata

“ Wulan!, ya Allah syukurlah kamu menghubungi mamang. Ini tentang abah dan umi kamu,” ucapnya dengan nada panik. Tentu saja aku pun ikut panik, mendengar mang Udin menyebut – nyebut soal abah dan umi. Apakah mereka baik – baik saja? Perasaanku langsung tidak enak mendengar perkataan mang Udin Barusan. “ Ada apa, mang? Apa yang terjadi sama abah dan umi?” tanyaku panik dan ingin segera mengetahui apa yang sudah menimpa kedua orang tuaku itu. “ Kamu yang sabar ya, Wulan. Dan berdoa semoga abah dan umi kamu selamat. Kami sedang mencoba menggali longsoran tanah yang menimbun rumah orang tuamu.” Seketika badanku lemas. Kedua kakiku tidak sanggup menopang beban bandanku, bahkan tanganku tak sanggup lagi menggenggam ponsel hingga membuat benda pipih itu terjatuh kelantai, bersamaan dengan tubuh

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN