Kebenaran Yang Menyakitkan

1431 Kata
“ Tentu saja gua tahu. Karena, sebelas bulan yang lalu, tepatnya sebulan setelah kalian menikah, bini Lo datang ke Rumah Sakit tempat gua kerja. Dan kebetulan dia datang ke tempat praktek gua untuk memeriksakan kehamilannya. Namun yang gua heran waktu itu, kenapa dia datang sendiri? Memangnya lo segitu sibuknya hingga tidak ada waktu untuk mengantar bini lo yang sedang hamil ke Rumah Sakit?” Ucapan Fajar barusan tentu saja bagaikan Guntur yang bergemuruh terdengar di telinga Raditya. Seketika jantungnya kembali berdetak lebih cepat dibanding detak jantung orang normal. “ Lo yakin dengan itu semua?” tanya Adit terlihat begitu panik. “ Ada apa dengan lo? Kenapa lo bertanya seperti itu?” tanya Fajar terlihat heran dengan sikap dan pertanyaan Raditya. “ Gua tanya, lo yakin dengan yang lo katakan barusan?” ucap Adit balik bertanya. “ Tentu saja. Memangnya bini lo gak ngasih tahu? Atau jangan – jangan – “ Perkataan Fajar langsung dipotong oleh Adit. “ Iya, gua sudah pisah sama Risma,” jawab Adit lirih. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat mendengar kalau Risma ternyata hamil. Dan mungkin sekarang anaknya sudah berumur sekitar dua bulanan. “ Lo cerai dengan Risama? Kapan?” Fajar terlihat begitu terkejut mendengar pengakuan Raditya. “ Setelah malam pertama, gua langsung menjatuhkan talak pada Risma,” jawab adit sambil merasakan hatinya yang sakit luar biasa saat mengatakan malam pertama dia menalak Risma. “ Serius lo?” Adit mengangguk. “ Apa alasannya? Dan kenapa Risma gak bilang sama gua yang sebenranya, dia hanya mengatakan kalau lo sedang disibuk, makanya tidak bisa mengantarnya periksa ke Rumah Sakit. “ Karena gua kecewa. Risma ternyata tidak mencintai gua, tapi hanya menginginkan harta gua semata. Makanya gua marah dan ingin membalas perbuatannya. Gua sengaja menikah secara agama, agar gua bisa mecampakannya begitu saja.” Fajar menggeleng kepala mendengar pengakuan Raditya. Fajar tidak menyangka kalau sahabatnya itu bisa berbuat sekejam itu pada seorang Wanita yang jelas – jelan mencintainya. “ Lo tahu darimana kalau Risma tidak mencintai lo? Dan lo tahu darimana kalau Risma hanya mengincar harta lo saja?” tanya Fajar. “ Karena gua punya bukti.” Adit mengeluarkan ponselnya, lalu memutar rekaman yang memperlihatkan obrolan Risma dengan seorang laki – laki yang diketahui bernama Yusuf, rekan satu kerjaan dengan Risma. “ Rekaman hanya dua puluh detik seperti ini lo langsung percaya? Adit, adit.” Fajar menggelengkan kepalanya. Terlihat jelas wajah kekecewaan pada sahabatnya yang terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. “ Memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan rekamanya?” tanya Adit tidak terima dianggap bodoh sahabatnya itu. “ Seharusnya, lo cari tahu dulu kebenaran rekaman itu, baru lo bisa ngambil kesimpulan tentang kebenarannya,” jelas Fajar. “ Memangnya siapa yang memberikan rekaman itu sama lo?” tanyanya. “ Mamah gua, mamah gua mendapatkan rekaman ini dari orang kepercayaanya yang ditugaskan untuk mencari tahu ketulusan cinta Risma sama gua. Mamah tidak mau kalau gua hanya di jadikan alat saja, walau pun mamah sudah merestui hubungan gua dengan Risma, tapi mamah belum yakin kalau Risma itu benar – benar tulus mencintai gua,” jelas Adit. Fajar kembali menggeleng kepala, “ Lo lupa? Kalau nyokap tiri lo itu tidak setuju lo menikah dengan Risma, bahkan dengan perempuan lain. Karena nyokap tiri lo menginginkan lo menikah dengan Miranti keponakannya. Lo tahu alasannya kenapa?” Kali ini Adit yang menggeleng kepala. “ Karena incarannya adalah harta lo, kekayaan lo. Kalau sampai lo menikah dengan keponakannya, maka posisi nyokap tiri lo aman. Bagaimana pun, nyokap tiri lo ingin mendapatkan bagian dari harta warisan peninggalan bokap lo. Karena lo sendiri kan tahu, kalau pernikahannya dengan bokap lo, tidak memiliki keturunan. Sehingga, nyokap lo tidak ada hak untuk mendapatkan warisan dari harta kekayaan keluarga Nalendra, paham.” Mendengar penjelasan dari Fajar, Raditya pun terdiam. Apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu memang ada benarnya. Selama ini Marghareta selalu menekan dan memaksa agar Adit mau menikah denga Miranti. Padahal, Adit sama sekali tidak pernah mencintai Miranti, dan cinta Adit hanya pada Risma saja. “ Terima kasih atas nasehat dan infonya, sob. Gua pamit dulu, ada yang harus gua kerjakan segera,” ucap Raditya sambil berdiri, dan tanpa menunggu lagi, dia pun langsung keluar dari ruang praktek Fajar menuju mobilnya. Tujuannya kali ini adalah rumah yang pernah ditinggali Bersama Risma, dengan harapan, Risma masih ada disana. Raditya langsung tancap gas. Pikirannya saat ini terus melayang mencari jawaban dari semua pertanyaan dalam dirinya. Kenapa Risma tidak menemuinya setelah tahu kalau dirinya sedang hamil. Apakah Risma tidak mau menungtut tanggung jawab dari Adit? Padahal Marghareta mamah tirinya pernah mengatakan, kalau Risma hamil pasti akan mendatanginya untuk meminta tanggung jawab. Dalam lamunan Raditya teringat kata – kata terakhir dari Risma “ Kamu pikir semua bisa dinilai dengan uang! Dengar baik – baik bapak Raditya Nalendra, uangmu tidak akan bisa membeli kebahagiaan, ingat kata – kataku itu. Dan satu lagi, kalau sampai aku hamil, tak akan pernah aku datang sama kamu untuk mempertemukan darah danging kamu, catat itu baik – baik,” Seketika sekujur tubuh Raditya seperti kehilangan tenaga. Adit pun segera menepikan mobilnya, lalu menarik nafas dalam – dalam untuk mencoba menenangkan kembali pikirannya, dan setelah dirasa sudah siap, Adit pun kembali menjalankan mobilnya menuju rumah yang sudah diberikan pada Risma dua tahun lalu. Raditya atau biasa dipanggil Adit menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia begitu penasaran dengan keadaan Risma mantan istrinya itu. Apakah Risma benar – benar hamil dan masih tinggal di rumah itu? apa mungkin hanya sekali melakukan hubungan intim bisa langsung hamil? Dan kenapa kalau benar hamil Risma tidak datang padanya? Sekalian Adit mau memastikan ucapan Marghareta kalau Risma tidak kan pernah meninggalkan rumah mewah itu, dan semua harta yang ada didalamnya. Karena memang itu incaran Risma. Sesampainya di rumah yang pernah dijadikan malam pertama Bersama Risma, Adit pun memarkirkan kedaraanya dihalaman, karena ternyata pagar rumah terbuka, bahkan rumput – rumput banyak tumbuh disekitar taman, sehingga membuat rumah mewah itu tampak seperti rumah hantu yang tidak terurus. Entas sudah berapa lama rumah itu ditinggalkan oleh penghuninya? Perlahan Adit keluar dari dalam mobilnya dan mendekati pintu rumah yang tampak tertutup rapat. Tak ada tanda – tanda kehidupuna didalamnya, karena listri tidak menyala. Mungkin pemiliknya lupa membeli token listrik, sehingga aliran listrik pun mati. “ Kenapa rumah ini terasa begitu sunyi? Seperti tidak ada penghuni didalamnya, dan sama sekali tidak terawatt,” bisiknya dalam hati. Segera Adit berjalan mendekati pintu rumah, lalu mencoba membukanya. Namun ternyata pintu terkunci. Adit pun segera mengambil kunci cadangan yang memang dia bawa dan disimpan dilaci mobilnya. Adit kembali menuju pintu dan membuka kuncinya dengan kunci cadangan miliknya, namun sebelum itu, Adit pun membeli token listrik dulu denag menggunakan mbanking miliknya, agar listrik bisa kembali menyala. Setelah listrik menyala, Adit pun melangkah memasuki rumahnya dan berjalan mencari keberadaan Risma, namun ternyata sama sekali tidak ditemukan. Bahkan semua kursi sengaja ditutupi kain putih untuk menjaganya agar terhindar dari debu. Raditya bingung, sejak kapan Risma pergi meninggalkan rumah, dan kemana dia pergi. Hati dan pikiran Adit bertanya – tanya, Adit pun terus menelusuri seluruh ruangan yang ada didalam rumah, termasuk kamar pribadinya yang pernah menjadi saksi penyatuan tubuh mereka dimalam pertama, juga sebagai saksi Ketika dirinya menjatuhkan talak pada Risma. Raditya duduk diatas tempat tidur, matanya menatap speri yang sudah terlihat kusam karena mungkin sudah lama tidak dicuci, tapi masih terlihat walau samar bercak merah yang menandakan kalau segel keperawanan Risma malam itu dilepas oleh dirinya. Entah kenapa, hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa Ketika megingat malam itu. apalagi saat ini, Adit sudah mengetahui kalau Risma pergi dalam keadaan hamil. “ Kamu kemana, Risma. Kenapa kamu malah pergi meninggalkan rumah yang sengaja aku berikan buat kamu,” bahtinnya sambil terus memandangi sekitar kamar dan menatap kearah dimana Risma menangis saat dirinya melemparkan tuduhan padanya. Berkali – kali Risma menepi tuduhannya itu, tapi Adit sama sekali tidak perduli Kini dirinya sadar, apa yang dikatakan oleh Fajar itu mungkin benar adanya, kalau rekaman itu hanya rekayasa ibu tirinya yang memang tidak pernah setuju kalau sampai Adit menikahi perempuan lain. “ Mah, kenapa mamah tega melakukan ini padaku. Kalau sampai terbukti bahwa mamah yang sengaja merekayasa Video itu, maka aku tidak akan pernah kembali lagi kerumah, dan aku akan hentikan semua fasilitas yang selama ini mamah dapat dari kantor aku,” ancam Adit dengan geram. Bahkan kedua tangannya terkepal. Adit berdiri, hendak melangkah keluar, tetapi ujungan matanya menangkap sesuatu diatas nakas. Sesuatu yang sangat dia kenal, seuah kotak perhiasan yang dulu pernah dijadikan mahar bagi Risma. Adit pun mendekat untuk memastikannya, tapi Ketika sudah dekat, ternyata bukan hanya perhiasan saja yang ditinggalkan, tetapi ATM yang diberikan Adit pada Risma pun ditinggalkan diatas sehelai kertas yang sepertnya Risma menulis surat buat Adit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN