Bab 3 Bohong hanya untukmu.

1047 Kata
Edvan hanya tersenyum sekilas saat membaca pesan yang dikirim oleh Aldo padanya. Dimana saat itu juga ia mendapatkan ide agar bisa lepas dari gadis yang bernama Riska itu. Sembari menatap tajam kearah depannya. Dimana disana ada Viona yang tengah duduk dan membalas tatapan matanya. "Emb... itu cewek yang gue bonceng adalah gebetan gue Do! jadi bilang ke Riska ya kalau gue sudah punya gebetan." Ucap Edvan pada akhir pesannya. Lalu mematikan ponselnya dan hanya fokus dengan mie ayam yang baru datang di hadapannya. "Lu kenapa sih Van dari tadi senyam-senyum mulu? nggak kesambet kan?" tanya Viona yang sedikit penasaran dengan tingkah lelaki di depannya. "Nggak apa Vi! lagi pengen senyum aja. Yaudah yuk makan!" ucap Edvan lagi yang lalu mengaduk mie ayamnya disana. Terlihat Viona juga tengah mengaduk-aduk mie yang ada di mangkuk depannya. Edvan sangat hafal kesukaan gadis itu. Dari kecil Viona tidak menyukai saus tomat atau saus sambal jadi. Gadis itu memilih untuk menikmati mie ayamnya hanya dengan sambal cabai giling ditambah dengan kecap manis yang tersedia di meja depan keduanya. Edvan masih menatap gadis di depannya yang sudah dua kali suapan menikmati mie ayam dari mangkuknya. Sedangkan ia hanya menatap gadis itu saja disana. "Ada apa sih Van? makan dong! katanya lapar tadi?" tanya Viona yang sedikit mengeraskan suaranya. "Akh... iya, iya... awas aja ya kalau sampai ini mie ayam nggak enak!" dengus Edvan dengan suara lirih saat itu yang berharap tidak ada yang mendengarkannya. Lelaki itu pun lalu menyuapnya kedalam mulut. Dan kedua matanya langsung terbuka melebar ketika ia merasakan mie itu bercampur didalam mulutnya saat dikunyah. "Enak Vi!" ucap Edvan pada gadis di depannya yang lalu menyuap kembali hingga beberapa kali suapan disana. Hingga Edvan menyuap dan merasakan pangsit basahnya. Lelaki itu langsung mengangkat satu tangannya dan memesan satu mangkuk pangsit basah disana. Viona yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala saja saat itu "Heleh! katanya sama kenyataan nggak sama!" ucap Viona pada lelaki itu. Namun hanya dibalas dengan lirikan matanya saja. Lalu satu tangan Edvan terulur memberikan beberapa pangsit basah kedalam mangkuk gadis itu. Hingga semua makanan yang keduanya makan sudah habis. Nampak keduanya sedikit berbincang-bincang disana. Lalu Edvan beranjak dari duduknya. Lelaki itu lalu berdiri dari tempatnya untuk membayar makanan yang keduanya makan barusan. Cukup murah menurutnya. Karena uang lima puluh ribuan yang ia berikan masih kembalian dua pupuh ribu. Evan lalu kembali lagi menuju kearah Viona. punggungnya sedikit membungkuk dan wajahnya mendekat kearah gadis itu. "Bener kata lo Vi, murah abis... aku ampe kekenyangan begini hanya bayar tiga puluh tibu aja. Itu pun udah plus es teh loh... mantap emang warung yang lu rekomendasiin." Ucap Edvan dengan senangnya. Lalu keduanya pun berjalan bersama menuju kearah motor Edvan. "Apa aku bilang! hemz... lu sih, maunya yang Cafe mulu." Ucap dengus Viona disana. Namun gadis itu juga tidak menyalahkan Edvan, karena memang kebanyakan teman lelaki itu serta sahabatnya banyak yang nongkrong di tempat-tempat gaul seperti itu. "Gila! lebih murah dari uang makan motor aku tahu nggak Vi!" ucap Edvan yang masih merasa senang. Bahkan saat keduanya sudah naik keatas motor saat itu. Terlihat kedua tangan Edvan tengah menepuk tanki bahan bakar motor di depannya beberapa kali. "Makanan buat motor? bensin maksud lu Van?" tanya Viona disana. "Iya lah... apa lagi sih! udah ah ayo jalan lagi!" ucap lelaki itu yang lalu menyalakan mesin motornya kembali. Akhirnya kedunya sampai rumah Viona lumayan sore saat itu. "Gue nggak turun deh Vi... capek gue, besok aja ya gue maen kesini lagi." Ucap Edvan yang langsung menancap gas motornya dan pergi kembali menuju ke rumahnya. Viona pun hanya bisa membiarkan lelaki itu pergi dan ia lalu masuk kedalam rumahnya. Sampai di rumah, gadis itu tidak melakukan apa yang biasa seorang gadis lakukan. Mungkin istirahat atau menonton drama kesukaan. Namun Viona malah menyiapkan perlengkapan untuk membuat nasi bungkus yang esok akan ia bawa dan titipkan ke kantin sekolah. Barulah setelah usai semuanya ia mengerjakan tugas dari sekolah dan juga belajar. Hingga waktu menjelang malam. Saat itu Viona sudah akan beristirahat. Namun... ponselnya berdering. Tanda ada panggilan masuk disana. Rupanya itu adalah Edvan yang tengah menghubunginya. Viona pun tidak ada alasan untuk menolak panggilan tersebut. "Halo, ada apa sih Van malam-malam begini?" tanya Viona yang merasa ia sudah tidak ada keperluan lagi dengan lelaki itu. "Buka pintunya Vi... gue di luar ini!" ucap Edvan disana yang membuat Viona sedikit terkejut. "Ngapain sih lu Van malam-malam begini juga?! akh... kalau pinjam buku... besok gue bawain ke sekolah!" ucap Viona disana. "Udah deh nggak usah bawel lu! gue bilang buka pintunya ya buka Vi!" ucap Edvan dengan dengusan kesalnya. Akhirnya Viona pun mau tidak mau turun dari atas ranjangnya kembali dan membukakan pintu rumah untuk Edvan disana. "Duh... lama bener sih buka pintu aja?" gerutu Edvan saat Viona sudah berdiri di depanya. "Ada apa?" tanya Viona dengan nada sedikit sewot. "Nih... makan! gue bawa kesini karena di rumah gue nggak ada yang makan. Tuh kakak gue yang bawain! dari rumah pacarnya!" ucap Edvan bohong saat itu. Dan rupanya kedua mata Viona saat itu langsung berbinar senang ketika melihat di kedua tangan Edvan tengah membawa bungkusan makanan. "Hua... Van... napa lu nggak bilang dari tadi sih kalau ini makanan! astaga! tahu aja kalau aku makan juga terakhir kali tadi sama kamu." Ucap Viona dengan jujurnya. Dimana hari itu semua jualan yang ia titipkan habis tidak tersisa. Yang biasanya kalau masih sisa, ia makan sendiri. Dan di rumah itu pun hanya Viona sendirian. Jadi menurut Viona sayang kalau sore-sore masak. Tanggung Viona pikir. "Tunggu Van... gue ambil sendok dulu." Ucap Viona yang lalu segera bergegas ke dapur untuk mengambil sendok disana. Memang sengaja Edvan bohong jika itu adalah makanan yang dibawa kakaknya. Karena sebenarnya ia sendiri yang beli di warung nasi padang langgananya. "Kamu nggak ikutan makan Van? wah... kayaknya enak nih dari baunya." Ucap Viona yang lalu membuka bungkusan nasi itu dan melihat isinya disana. "Nggak Vi... gue udah kenyang liat lu yang jingkrak-jingkrak seneng gara-gara nasi bungkus aja!" gerutu canda Edvan saat itu. Namun terlihat Viona tertegun sesaat sembari menatap nasi yang baru di bukanya. "Kenapa lu Vi? ada apa di nasinya?" tanya Edvan yang ikutan menengok ke nasi bungkus yang baru Viona buka itu. "Ini nasi padang ya? wah... rupanya keluarga pacar kakak kamu bisnisnya jualan nasi padang ya Van?" ucap gadis itu yang mampu membuat Edvan garuk-garuk kepala.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN