Tiga Belas

1928 Kata

Angkasa POV             Tangan berototku menelusuri rerumputan hijau yang tumbuh rapi di makam istri tercintaku. Semalaman aku tak bisa tidur hingga nyaris melewatkan subuh. Untung saja, masih sempat menunaikan salat sebelum akhirnya aku tertidur sejenak hingga ketinggalan apel pagi. Teguran dari senior tak kuhiraukan sebab pikiran terlalu kacau sejak semalam. Tentu saja setelah menemukan surat istriku di balik foto pernikahan kami. Hal itu juga yang membuatku kabur sejenak dari kantor dan menemui Putri di pukul 10 pagi, kala mentari masih bersembunyi di balik mendung.             Sesampainya di peristirahatannya yang tenang, seperti biasa kutuangkan air mineral kesukaan Putri di dekat pusara. Lalu kucium pusara dari cor-coran semen dan dilapisi keramik warna hitam itu. Layaknya mencium

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN