“Aku sangat berharap ada keajaiban di sini,” gumam Hugo bergerak lambat dan hendak menghadap ke arah Zea dan dr. Viona. Axton pun ikut bergerak lambat. Dia mengayun pelan ujung jemari kanannya seraya menyuruh mereka untuk mundur perlahan. “Jangan membuat gerakan tiba-tiba. Kita mundur perlahan,” gumam Axton. “Sepertinya dia tidak mengetahui keberadaan kita. Lebih baik kita berbalik arah saja. Arah sana sepertinya bukan jalan terbaik,” gumam Zea dengan degup jantung sudah tidak beraturan. “Sial sekali. Kenapa dia bisa berada di tempat tinggi seperti itu?” Hugo justru menanyakan hal yang tidak sepatutnya. Mereka berkeringat dingin melihat seekor ular bertubuh besar sedang melingkar di ranting pohon, tepat di atas mereka, di sebelah sana. Tidak jauh dari posisi mereka. Tampak ekor ular t