4. Nyaris Mati.

1643 Kata
Peluh kembali bercucuran di kening Alvin. Sudah sedari tadi ia mencoba untuk memberikan pertolongan kepada Rosa. Tapi, Sayang, segala tindakan yang ia lakukan tidak sedikit pun membuahkan hasil. Semakin lama Rosa terlihat semakin lemas. "Nek, ini kenapa Rosa badannya berubah biru begini," tanya Alvin khawatir. Tangannya terus saja menggoyang-goyangkan tubuh Rosa yang terlihat semakin kaku. Wajah Alvin tampak semakin pucat pasi. Bukan takut dengan makhluk yang barusan diceritakan oleh nenek dan Novan. Sungguh, Alvin bukanlah tipe pria yang penakut apalagi soal hal-hal mistis. Dari kecil, ia memang selalu diajarkan untuk tidak takut dengan makhluk halus. Namun, ketakutan kali ini lebih kepada kondisi Rosa. Alvin takut bila terjadi sesuatu pada wanita muda itu, tentu saja dirinya lah yang akan dimintai pertanggung jawaban. Mengingat ia yang membantu proses persalinan Rosa sedari tadi. Bila terjadi kegagalan seperti ini, bisa saja tuduhan malpraktik dilayangkan kepadanya. "Mamak Rosa!" Nenek tua itu kembali berseru. "Coba kau tengok kolong ranjang Rosa. Ada ada di bawah sana," perintahnya seraya menunjuk objek yang di maksud. Dengan perlahan dan hati-hati, Ibunda Rosa serta suaminya melangkah menuju tempat tidur. Pelan-pelan memeriksa apa sebenarnya yang ada di bawah ranjang anak mereka. Tempat tidur Rosa sendiri seperti ranjang-ranjang orang zaman dulu. Memakai kelambu dan memiliki kolong yang lumayan besar di bawahnya. Tidak seperti ranjang modern yang umumnya menggunakan kasur pegas. Alvin dan Novan turut penasaran. Mereka berdua memutuskan untuk mengikuti orang tua Rosa dari belakang. Novan bahkan berinisiatif mengarahkan senter dari ponsel miliknya untuk dijadikan penerangan. Mengingat kolong ranjang tersebut terlihat begitu gelap. Saat Novan mengarahkan senter dengan perlahan ke arah bawah ranjang, mereka semua dibuat terkejut dengan pemandangan yang terlihat. Ada sebuah "Kepala Manusia" lengkap dengan mata yang memerah serta lidah dalam posisi menjulur penuh dengan darah segar. Sudah dipastikan itu pasti darah dari tubuh Rosa. Tapi, Alvin jelas saja keheranan, dari mana makhluk itu bisa menghisapnya darah dari tubuh rosa. Padahal tubuh wanita itu sendiri terbaring di atas ranjang dan bahkan tertutup kain tipis. Bila ada sesuatu yang mengganggu atau mendekat, Alvin tentu saja bisa melihatnya. "Cepat ambil sapu ijuk, cepat!" teriak ibu Rosa menyuruh suaminya untuk bergegas mengambil apa yang ia minta. "Sapu ijuk untuk apa, Bu? Masa keadaan darurat gini malah mau nyapu?" heran Novan dengan polosnya. Kehadiran pria itu benar-benar tidak membantu sama sekali saat ini. Belum lagi pertanyaan-pertanyaan absurd yang sering ia lontarkan membuat Alvin ingin sekali memplester mulut sahabatnya tersebut. Sama halnya Alvin, Ibunda Rosa mengabaikan begitu saja pertanyaan konyol yang Novan lontarkan. Ia tetap saja fokus menghalau makhluk jadi-jadian itu agar tidak lari dari pandangan. Masih dalam suasana mencekam, Nenek tua tadi terlihat menatap sekeliling. Lantas tak berapa lama kembali bersuara memberikan perintah. "Kepung makhluk ini, cepat tutup pintu luar biar dia nggak bisa lari. Kita tangkap dia hidup-hidup!" Semua orang tampak bersiaga. Benar saja, makhluk yang ditunggu, tiba-tiba keluar dari bawah kolong dan terbang rendah di sekitaran kepala mereka. Novam yang ketakutan dengan apa yang barusan dilihatnya, langsung terduduk kaku. Sementara Alvin tampak ikut membantu ibu Rosa menghalau makhluk bernama "Kuyang" yang terlihat hendak melarikan diri dari sergapan. Alvin dengan seluruh tenaga yang ia miliki, mulai mengayunkan tangannya. Ia berusaha untuk menggapai kepala yang sedari tadi lalu lalang terbang ke sana kemari. Entah dari mana keberanian itu bisa muncul, padahal makhluk tersebut jelas-jelas sangat menyeramkan. Bayangkan saja, sebuah kepala lengkap dengan usus terburai terbang ke sana kemari tak tentu arahnya. Belum lagi ceceran darah dari mulut makhluk itu berhasil mengotori sebagian lantai kamar. Dengan gesit orang-orang di dalam kamar terus mencoba untuk menangkap makhluk tersebut. Sayangnya, saat ayah Rosa hendak menyergap dan memasukkan ke dalam karung yang sudah disediakan, makhluk itu berhasil meloloskan dirinya melewati pentilasi di atas jendela. Aneh sungguh aneh, bisa-bisanya kepala sebesar itu dengan mudah keluar. Ia bisa melewati pentilasi yang jelas sekali ukurannya sangat kecil. Tidak sebanding dengan besaran kepala makhluk tersebut. Novan yang masih syok dengan kejadian ini tiba-tiba langsung berteriak memanggil nama Alvin. Entah apalagi yang sedang terjadi hingga pria itu terlihat seperti orang ketakutan. "Vin, cepat lihat ini! Rosa kejang-kejang," teriak Novan. Ia benar-benar tampak panik sekarang. Alvin langsung saja menghampiri Rosa. Memeriksa kembali tubuh wanita itu yang semakin lama semakin membiru. Wajahnya bahkan begitu pucat. Alvin dan Novan tentu saja bingung. Tindakan apalagi yang harus mereka lakukan demi menyelamatkan nyawa Rosa. Kalau dilihat-lihat, mungkin saja Rosa kekurangan banyak darah akibat dihisap makhluk jadi-jadian tadi. Di pikiran Alvin saat ini hanyalah satu, membawa Rosa sesegera mungkin untuk pergi ke rumah sakit yang ada di kota. Namun, belum lagi usulan untuk membawa Rosa ke rumah sakit terlontar dari mulut Alvin, tiba-tiba saja nenek tua yang sedari tadi ada di kamar Rosa kembali memberikan perintah. "Coba buka selimut Rosa, periksa kaki atau perutnya apa ada yang aneh?" Alvin langsung mengikuti apa yang di perintahkan si nenek. Matanya menyusuri tiap lekuk tubuh Rosa mencari apakah ada sesuatu yang terlihat janggal pada tubuh pasiennya. Benar saja saat menyingkap kain di kaki Rosa, Alvin bisa melihat dengan jelas bekas gigitan besar dilingkar pahanya yang mulai membiru. "Ini, Nek. Kaki Rosa kayanya habis digigit," sahut Alvin sambil menunjuk bagian yang terlihat biru. Tak berselang lama nenek tua tadi mendekat dan langsung memegang kaki Rosa perlahan. Memeriksa sendiri bekas luka yang menganga di sana. "Mamak Rosa, cepat ambilkan daun sirih, gambir dan kapur di belakang untuk menginang." Di posisi berdirinya, Alvin tampak menarik wajah dengan dalam. Menginang? Ia sempat bingung dengan istilah yang satu ini. Apa maksud si nenek dengan menginang. Sementara itu, Ibunda Rosa terlihat berlari kebelakang mengambil apa yang di perintahkan. Setelah mendapati barang yang diminta, Nenek tua tersebut langsung menguyah daun sirih dan kapur yang sudah disiapkan. Terlihat daun sirih di mulut nenek lama kelamaan berubah berwarna merah seperti darah. Setelah cukup lama mengunyah, nenek mengeluarkan apa yang ada di mulutnya. Sejurus kemudian menaruhnya dengan seksama di paha Rosa yang terkena gigitan sambil membaca doa-doa. Entah doa apa, Alvin dan Novan pun tak begitu jelas mendengarnya. "Vin ... " bisik Novan. "Itu si nenek, ngasih daun di kunyah-kunyah dalam mulut terus di lepehin lalu ditempel di lukanya Rosa. Emang nggak bikin infeksi? Itu kan jorok, bekas liur. Pasti banyak kumannya," protes Novan. Melihat Novan yang mau berbicara lagi, cepat-cepat ku arahkan salah satu tanganku untuk membungkam mulutnya. Kenapa pria satu ini senang sekali protes dan banyak tanya. "Nggak usah banyak omong. Ini tempat orang. Kita nggak tau apa-apa. Mending kamu jaga mulutmu, Van!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Alvin bisa melihat wajah Novan berubah cemberut. Pasti ia kesal karena Alvin baru saja memarahinya. Mau bagaimana lagi. Terlalu kepo dan banyak omong memang tidak baik, kan? Kembali pada Rosa yang kakinya membiru. Perlahan tapi pasti, apa yang nenek tua itu tempelkan di kakinya berhasil membuat kulit yang membiru kembali menjadi normal seperti semula. Ini si nenek punya ilmu sihir apa gimana? Bisa banget cuma tempelin daun, tiba-tiba lukanya langsung sembuh. Setelah keadaan mulai aman terkendali. Alvin menyarankan ibu Rosa untuk besok membawa sang anak untuk pergi ke rumah sakit terdekat agar bisa memastikan keadaannya. Jujur, seumur hidup mengabdikan diri sebagai tenaga medis, baru kali ini Alvin merasa cemas dan gugup kalau-kalau terjadi sesuatu pada pasien yang ia tangani. "Tenang saja, Rosa udah nggak apa-apa sekarang. hampir saja dia jadi tumbal ilmu hitam si Kuyang," ucap si nenek dengan santai. Bukannya lega, kalimat yang baru saja diucapkan si Nenek membuat Alvin dan Novam semakin bingung. Jadi, Rosa sekarat begini karena ulah makhluk jadi-jadian tadi? "Tumbal apa yang nenek maksud ?" tanya Alvin memastikan. Nenek tua itu mengangguk. "Iya, ini kan bulan purnama. Di desa ini kalau orang yang punya ilmu hitam pasti lagi sibuk cari mangsanya saat bulan purnama. Nenek yakin si Kuyang tad pasti sudah mengintai Rosa dari lama." Memangnya kuyang itu pasti menyerang orang melahirkan, Nek?" Giliran Novan yang bertanya. "Nggak cuma orang melahirkan, orang hamil pun biasanya mereka ikuti untuk di hisap darahnya. Parahnya ada yang sampai anak di dalam kandungan mereka meninggal. Bukan itu saja kalau kita tidak cepat-cepat menguburkan ari-ari setelah melahirkan, jangankan salahkan bila ari-ari itu tiba-tiba menghilang mereka curi. Makhluk ini memang suka dengan apa saja yang berbau darah. Orang yang sedang menstruasi pun mereka incar." Bukannya makin paham dengan penjelasan si Nenek, Alvin dan Novan malah semakin bingung dan penasaran makhluk apa sebenarnya Kuyang tersebut. Apakah mereka sebangsa Jin seperti makhluk-makhluk ghaib pada umumnya atau hanya seorang manusia yang sedang menganut ilmu hitam. Belum sempat lagi pertanyaan itu terjawab, si Nenek tua yang sedari tadi membantu proses persalinan izin untuk pamit pulang. Belakangan baru diketahui kalau nenek tersebut bernama nenek Iring. "Loh, Nenek nggak tidur di sini aja? Kam ini sudah malam nek," tanya Alvin dengan sopan. Nek Iring menggelengkan kepalanya. "Nggak, nenek harus pulang. Nanti peliharaan nenek cari. Lagian nenek dipanggil kesini kan buat jaga-jaga aja kalau kejadian yang ditakutkan terjadi. Dan benar dugaan orang tua Rosa kalau makhluk itu pasti bakal datang ke sini." Dari pembicaraan si nenek dapat disimpulkan kalau nenek Iring ternyata bukan orang tua ibu atau bapak Rosa seperti yang Alvin kira. Nek Iring nyatanya adalah seorang dukun kampung yang biasa bertugas menangani hal-hal ghaib. Tak lama setelah Nek Iring pergi, giliran Alvin dan Novan yang memutuskan untuk pulang ke rumah. Dengan di temani ayah Rosa, mereka pun berjalan kaki menyusuri jalan menuju rumah bang Raffi. Tidak usah ditanya bagaimana suasana desa saat mereka melangkah pulang. Sudah pasti sepi, sesepi kuburan. Setibanya di depan rumah, suasana tetap hening seperti biasanya. Bapak Rosa pamit undur diri setelah memastikan kami sampai di depan pagar rumah. Baru saja Alvin dan Novan hendak melangkahkan kaki menuju pintu. Sepintas ekor mata keduanya menangkap sesuatu ya g aneh. Ya, sesuatu yang kemudian membuat bulu kuduk keduanya seketika itu juga langsung merinding. Apakah setelah ini mereka berdua akan bertemu hal-hal di luar nalar kembali? . . (bersambung) . . ===Catatan Kaki=== Kuyang sendiri adalah Makhluk jadi-jadian yang begitu terkenal di kalangan masyarakat Kalimantan Timur. Banyak orang-orang pedalaman yang sampai detik ini menganut ilmu hitam dengan menjadi seorang Kuyang untuk mendapatkan keabadian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN