77. Menyembunyikan Kelahiran

2157 Kata

Malam semakin larut, namun Ibu Patmi masih saja terjaga dalam posisi berbaring di atas ranjang. Matanya tampak kosong menatap langit-langit kamar. Sementara tangan kanannya senantiasa mengelus perutnya yang sudah membesar dengan penuh rasa sayang. Bohong jika wanita itu tidak merasa terganggu dengan apa tengah terjadi. Jabang bayi yang sudah lama mereka nantikan selama sepuluh tahun lebih terancam akan dijadikan tumbal oleh Pak Cokro, jika berjenis kelamin perempuan. Coba katakan, ibu mana yang tidak akan sedih? “Kita serahkan saja semua pada yang di atas ya, Bu.” Untuk beberapa saat, ibu Patmi menoleh ke arah suaminya yang sudah tampak terlelap di sebelahnya. Setiap mengingat apa yang pak Diman katakan setelah rombongan Alvin pamit pulang rasanya. wanita itu ingin sekali memukul suamin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN