Hati Alea bagai di sayat seribu pedang, jantungnya bagai di remas hingga berdarah darah, ya Alea menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Reyhan suaminya sedang bercinta dengan adik madunya, Reyhan yang sangat menikmati setiap penyatuannya dengan sang istri hingga mengabaikan pesan yang sudah Alea kirim tiga jam lalu. Gemuruh, hati Alea bergemuruh karena sakitnya. Alea berlari keluar dari gerbang itu dan menyalakan mesin motornya lalu seketika meninggalkan rumah Devina.
Alea langsung pulang, dan meraung-raung di kamarnya sendiri. Kali ini tekadnya sudah bulat, setelah menimbang cukup lama , finis. Dia akan melepaskan Reyhan jika memang Reyhan sudah menemukan kebahagiannya. Lalu bagaimana dengan hatinya? Sakit, terluka sudah pasti akan menemaninya, tapi biarlah ia akan mencoba meng-ikhlaskan suaminya berbahagia, jika memang kebahagiaan suaminya ada pada wanita itu.
Alea masuk kekamar mandi setelah satu jam menangisi dirinya sendiri, kini Alea berada di bathtub, ia mengguyur tubuhnya di bawah shower yang mengalirkan air di atas kepalanya, menangis dalam diamnya, memantapkan hatinya untuk melepas reyhan, laki-laki yang begitu ia cintai.
Entah sudah berapa lama Alea di kamar mandi. Reyhan pulang dan langsung menuju kamar mereka untuk menemui istrinya di kamar, namun sang istri tidak nampak berada di sana, Reyhan mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, dan dia yakin Alea sedang mandi. Reyhan menunggu istrinya di atas ranjang tempat tidur mereka. Satu jam menunggu namun Alea tidak kunjung keluar dari kamar mandi, hingga Reyhan memutuskan mengetuk pintu itu, "Alea sayang, kenapa lama sekali di dalam?" Suara Reyhan sambil mengetuk pintu kamar mandi itu, namun tak ada sahutan dari orang yang di dalamnya. Lalu Reyhan mencoba menurunkan gagang pintu itu, "tidak terkunci," batin Reyhan. "Sayang," pangil Reyhan lagi, namun tak juga mendapat jawaban. Reyhan menggeser kaca pembatas bilik mandi itu, alangkah terkejutnya ketika melihat istri meringkuk di bawah air shower dengan pakaian yang masih lengkap, hanya jilbabnya saja yang sudah tertanggal dari tubuhnya. "Astaga Lea," panik Reyhan dan langsung mengangkat tubuh istrinya dari bathtub setelah sebelumnya mematikan air yang mengalir dari shower. Reyhan menganggat tubuh lemah itu, lalu membuka seluruh pakaian istrinya yang sudah basah, entah sudah berapa jam istrinya meringkuk di bawah air dingin itu, hingga ujung-ujung jarinya sudah terlihat memutih dan bibir merahnya sudah sedikit membiru, Reyhan lalu mengangkat tubuh polos itu ketempat tidur dan membungkusnya dengan beberapa handuk. Reyhan mengecek tensi Alea sangat lemah, Reyhan membalur minyak kayu putih di tubuh sang istri.menggosok gosok telapak tanganya. Lalu reyhan menanggalkan seluruh pakaiannya tanpa terkecuali dan ikut masuk di bawah selimut yang membungkus istrinya, ia akan menggunakan metode skin to skin untuk memberi tubuh Alea kehangatan, Reyhan terus saja mengusap wajah pucat istrinya, "apa yang kamu lakukan?" Lirih Reyhan sambil mencium punggung istrinya yang terbuka dari bawah selimut dengan perasan takut dan cemas. Sampai akhirnya Reyhan ikut tertidur dengan memeluk Alea dengan tubuh yang sama-sama tanpa busana.
Alea membuka matanya hari sudah kembali pagi, ia melihat suaminya tidur di sampingnya, di atas ceruk lehernya.
Alea menggeser tubuhnya dari tubuh Reyhan, ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, " astaga," kaget Alea menyadari tubuhnya tanpa busana di bawah selimut dengan Reyhan yang juga tanpa busana di bawah sana.
Alea menganggat tangan Reyhan yang memeluk pinggang nya, namun karena pergerakan itu pula Reyhan terjaga, " sayang, kamu udah bangun?" Suara Reyhan serak, Alea tak menjawab, ia mulai menurunkan kakinya di lantai kamar itu namun belum sempat kakinya menyentuh lantai itu, Reyhan sudah menarik tubuhnya dari belakang dan tubuh Alea pun kembali jatuh di ranjang itu. "Sebentar dulu sayang, semalem kamu pingsan di kamar mandi, tekanan darah kamu melemah, tubuh kamu kedinginan jadi aku melakukan skin to skin agar tubuhmu hangat," ucap Reyhan sambil terus mengecup ceruk leher Alea. Entah kenapa Alea sudah tak merasakan kehangatan itu lagi, meski tubuhnya sedang di kurung oleh tubuh besar Reyhan. "Ooh" hanya itu reaksi Alea. " Aku mau kekamar mandi," ucap Alea tanpa melihat kearah suaminya. Reyhan melepaskan pelukannya setelah mengecup punggung dan pinggang Alea.
Alea berjalan menuju kamar mandi, sebelumnya Alea mengambil pakaian nya di lemari dan membawanya ke kamar mandi, Reyhan melihat langkah isterinya, hingga masuk ke kamar mandi, Reyhan duduk bersandar di kepala ranjang, masih dengan tubuh tanpa busana. Ia berpikir keras, "apa yang terjadi dengan Alea? Kenapa sikapnya jadi dingin seperti ini?" Lirih Reyhan dalam hati, sebelum akhirnya bangkit dan mengenakkan bokser dan keluar dari kamar itu menuju arah dapur untuk mengambil air minum. lalu kembali ke kamarnya lagi, di sana Alea sudah keluar dari kamar mandi, dan sudah mendirikan shalat subuh nya.
Reyhan bergegas masuk kekamar mandi dan mensucikan diri, ia juga harus mendirikan shalatnya. Begitu Reyhan keluar dari kamar mandi Alea sudah tidak ada di kamar itu, namun tercium aroma masakan lewat pintu kamar yang tidak tertutup itu, Reyhan yakin istrinya sedang membuat sarapan untuk mereka, Reyhan pun mulai mendirikan shalat subuh yang sudah hampir terlambat.
Seusai Reyhan shalat dan berganti pakaian, Reyhan turun menemui istrinya, ia melihat wanitanya sedang fokus ke masakannya, Reyhan langsung memeluk tubuh belakang wanitanya, mengecup Surai yang lembut dan harum milik istrinya. "Sayang , masak apa?" Tanya Reyhan lirih, sambil menempelkan pipinya di pipi Alea. " Sudahlah mas, minum dulu kopi mu dan makanlah sarapan mu, aku harus buru-buru ketempat kerja, karena aku ada janji dengan stoker dan om Andi pagi ini," potong Alea.
Reyhan menatap Alea yang melepas pelukannya, tidak biasanya Alea melepaskan pelukan darinya, biasanya Alea akan bergelanjut manja di pelukannya, Reyhan bermonolog dalam hati, sambil terus menatap tubuh istrinya yang menjauh dan mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Reyhan tidak tinggal diam, Reyhan menyusul langkah istrinya dan ikut masuk kekamar mereka, Reyhan menutup dan mengunci pintu itu, Alea menoleh ke arah suaminya, namun kembali mengalihkan pandangannya ke arah cermin di depannya, menyibukkan dirinya dengan menata jilbab sambil mencari peniti untuk jilbab persegi panjang yang akan ia kenakkan.
Reyhan duduk di meja rias istrinya. Menatap dalam ke wajah teduh istrinya, sedang Alea bersikap seolah Reyhan tak ada di sana.
"Kamu kenapa sayang? Kenapa kamu terus mendiami ku seperti ini? Oke aku minta maaf atas kejadian di hotel kemarin, aku pergi begitu saja meninggalkanmu , aku minta maaf," ucap Reyhan kini sambil memeluk tubuh Alea dari belakang, Alea masih tak menjawab. "Sayang aku minta maaf," ucap Reyhan lagi kini sambil berjongkok di samping duduk Alea setelah memutar kursi yang diduduki alea, sehingga kini mereka berhadapan, dengan Alea yang duduk di kursi sementara Reyhan berjongkok dengan kedua lututnya sebagai tumpuan. " Kenapa," tanya Alea singkat, kini ia juga menatap netra suaminya, ia ingin melihat bagaimana suaminya akan kembali membodohi nya.
"Aku tau aku salah tapi waktu itu sangat mendesak sayang, Dev ,,, maksud aku Dokter Dev' mengatakan jika istrinya sedang berada di hotel yang sama dengan kita dan penyakit asmanya kumat, jadi aku buru-buru mencarinya takut jika dia benar-benar kehabisan oksigennya," ucap Reyhan sangat lancar, bahkan tak terdengar nada gugup ataupun gemetar di nada suaranya, namun Alea sudah memalingkan mukanya kearah lain dengan mendongakkan wajahnya untuk menahan air matanya yang hampir tumpah.
"Lalu kenapa tadi pas aku kirim pesan, mas cuma baca, dan tak membalas nya? Apa mas sangat sibuk, sampai tidak sempat membalas pesan istri mas," tanya Alea lagi.
"Tadi aku sedang di UGD ada pasen luka parah, jadi saking paniknya aku gak sempat bales sayang, aku rasa kamu mengerti kondisi itu," ucap reyhan tergugu, terdengar sangat pandai ketika memulai kebohongan demi kebohongannya, dan lagi lagi Alea menahan rasa nyeri di hatinya, kerena benar saja, suaminya sukses membodohi nya selama ini. " Sampai empat jam di UGD dan tak bisa sama sekali membalas pesanku?" Suara Alea sedikit bergetar, padahal ia tau jika suaminya benar-benar sudah sukses membodohi nya.
"Ya sayang," ucap Reyhan sambil menyembunyikan wajahnya di pangkuan istrinya.
"Baiklah, sekarang aku tidak akan lagi menganggu pekerjaanmu, ataupun curiga atau bahkan cemburu terhadapmu, anggap saja aku percaya semua ucapan mu mas, anggap saja aku ini terlalu bodoh hingga dengan mudahnya mas membodohi ku seperti ini," lirih Alea namun hanya dalam hati tanpa berani mengucapkannya.
"Sudahlah mas aku tidak apa-apa, aku hanya sedang banyak pikiran , jadi mungkin berimbas ke mood aku," ucap Alea berusaha setenang mungkin.
"Lalu kenapa kamu terus menghindari ku dari kemarin," ~ Reyhan
"Kapan?" ~ Alea
"Dari kemarin, di rumah ibu?" ~ Reyhan
"Itu cuma perasaanmu saja mas,"~ Alea
"Iya kah?"~ Reyhan
"Ya, jika aku menghindari mu, aku tidak mungkin ada di sini dan memasak untukmu, mas itu bawaannya baper ' bawa perasaan' melulu," kekeh Alea masih berusaha tenang, namun tekadnya semakin bulat untuk melepas Reyhan dari hidupnya, setelah kebohongan yang baru saja Reyhan lakukan nyatanya cukup meyakinkan hatinya jika Reyhan benar-benar sudah bukan Reyhan yang dia kenal dulu.
Akhirnya keduanya melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Reyhan berangkat ke rumah sakit tempat dia bekerja dan Alea pun berangkat ke tempat kerjanya, namun sebelumnya Alea sudah membuat janji dengan seseorang dan sekarang Alea sedang menunggu orang itu di sebuah restoran tidak jauh dari tempat kerja Alea.
"Hey," sapa orang itu ramah. Dimas, ya orang yang membuat janji dengan Alea itu adalah Dimas, pemuda dari masa lalunya, Dimas juga yang memberi tahu Alea tentang pernikahan sirih suaminya.
"Udah lama nunggunya? Ucap Dimas ramah, seramah ketika hubungannya dengan Alea masih berstatus sepasang kekasih. " Ah gak, baru sepuluh menit," jawab Alea sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
"Oh ya, kenalin dia Dewi, wanita yang aku ceritakan sama kamu tempo hari," sambung Dimas.
Alea sudah menjulurkan tangannya dan tentu saja langsung di sambut baik oleh Dewi.
"Alea," ucapnya memperkenalkan diri, sambil memberikan senyum terbaiknya.
"Dewi," bales wanita yang Dimas bawa bersamanya.
"Dia yang akan membantu kamu untuk urusan hukum, dan tenang saja dia sangat pandai dalam hal ini dan yang terpenting dia tidak akan meminta bayaran mahal, ya kan sayang?" Kekeh Dimas kearah wanita yang bernama Dewi yang datang bersamanya.
Setelah menceritakan apa saja yang dia alami dan hadapi Dewi sudah bisa menarik kesimpulan dari kasus Alea.
"Jadi apa keputusan terakhirmu mbak?" Tanya Dewi dengan nada prihatin.
"Ya aku harus melepaskannya dan memberi kebahagiaan yang mungkin tidak bisa aku berikan selama kami hidup bersama," lirih Alea sarat akan sesal dan rapuh di jiwanya.
"Jadi mbak tetap ingin menggugat cerai suami mbak? Apa sudah tidak bisa di bicarakan secara baik-baik, mungkin saja ada solusi lain dari pihak suami mbak!" Saran Dewi. Bagaimanapun perceraian memang tidak di larang oleh agama namun alangkah baiknya jika kita membicarakannya secara terbuka.
"Tidak, keputusanku sudah bulat, aku akan melepaskan mas Reyhan untuk berbahagia," ucap Alea mantap. Meski tetap saja terasa berat saat bibirnya mengucap kata-kata itu.