Prolog
KAMU dimana?
Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan nya saat aku mengangkat telponnya kali ini. Bukan halo, hai atau apa kabar seperti biasanya.
Aku mengernyitkan dahiku heran. Bagaimana tidak, ini adalah telepon pertama kami setelah 4 bulan tidak berkomunikasi lagi layaknya pertemanan pada umumnya. Dan kalimat pertamanya adalah menanyakan keberadaan ku bukan kabarku.
"Vio, kamu dimana?" Tanya nya lagi.
Ada rasa yang lain saat mendengar suara nya kali ini. Ini bukan suara yang biasa digunakan untukku. Bukan suara riang seperti biasanya, ada rasa takut dan panik didalam suaranya kali ini.
Sebelum berangkat lebih jauh menyusuri cerita ini, ada baiknya aku memperkenalkan diri. Perkenalkan namaku adalah Violetta Oriviera. Aku biasa dipanggil dengan panggilan Vio.
"Vio." Panggilnya lagi membuyarkan fikiran ku.
"Kampus." Jawab ku singkat.
"Kampus mana? Jangan bercanda, kamu udah wisuda Vio." Tanyanya memastikan.
Benar aku sudah menyelesaikan S2 ku, saat ini aku adalah seorang dosen di sebuah universitas swasta di kota yang sudah menjadi tempat tinggal ku selama hampir 7 tahun lamanya.
"Aku lagi ngajar An." Jawabku singkat dengan rasa malas didalamnya.
"Dimana?"
"Apanya yang dimana. Kamu nelpon aku setelah 4 bulan, dan sekarang cuman buat nanya aku dimana?" Geramku padanya.
"Kamu ngajar dimana Vio?" Tanyanya geram tapi masih mempertahankan kesabarannya.
"Di Universitas Bina Husada." Jawabku lagi.
Tidak ada gunanya bertele-tele dengan orang ini, karna pada akhirnya hanya aku lah yang kesal.
"Aku sampai disana 30 menit lagi. Kamu tinggalin tugas kalau ada jam ngajar lagi." Ucapnya tegas kemudian memutuskan sambungan telpon kami.
"Andra!" Teriakku padanya, sontak hal itu membuat mahasiswa yang sedang masuk pada kelas ku menoleh terkejut padaku.
Ya dia Andra, Andra Putra Aydin. Dia adalah pria yang sudah 6 tahun ini menyita seluruh hidup ku. Dia adalah laki-laki pertama yang ku cintai, kalian bisa menyebutnya cinta pertama. Aku pernah menjalin kasih dengannya. Tapi hubungan kami tidak berjalan lancar, hubungan itu berakhir setelah 1 trisemester bersama.
Mungkin kutukan itu benar, selamanya cinta pertama tidak akan pernah berhasil.
Setelah memaki Andra dalam hati, aku menoleh pada mahasiswa ku yang juga sedang manatap ku dengan banyak tanda tanya. Bagaimana tidak, ini adalah pertama kalinya bagi ku berteriak saat jam ngajar ku. Huuh, hancurlah imej dosen lemah lembut yang sudah kubina selama beberapa bulan aku mengajar ini.
Aku berdehem pelan, kemudian berbicara pada mahasiswa ku, dan ya pada akhirnya aku meninggalkan tugas seperti mau Andra. Entahlah, dari dulu aku akan dengan mudah melakukan hal yang dimintanya, kemudian aku akan merasa menjadi orang paling bodoh setelah aku mengerjakan segala hal yang diminta nya.
Setengah jam berlalu, aku menunggu dia di meja milikku diruangan dosen. Aku menantinya dengan banyak tanda tanya. Selain ini adalah telpon pertamanya setelah 4 bulan, ini adalah pertemuan pertama kami setelah 2 tahun yang lalu. Ku akui pertemanan kami memang sebegini anehnya.
Ponselku berdering singkat, ada pesan masuk dari Andra. Dia mengatakan jika dia sudah berada ditempat yang ku minta, di cafe yang berada tidak jauh dari i kampus tempat ku mengajar. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil hp, dompet dan kunci mobil yang sudah ku siapkan dan pergi ke tempat dimana Andra berada.
••••••
Aku melihat seisi cafe untuk mencari keberadaan Andra. Aku melihat dia menatap kosong kearah latte yang dipesannya. Semakin banyak tanda tanya yang muncul di kepala ku.
Aku berjalan kearahnya mengurangi jarak diantara kami. Jantungku berdetak kencang sama seperti 6 tahun yang lalu, saat aku melihatnya dan jatuh cinta pada nya untuk pertama kalinya. Jarak diantara semakin tipis saat aku berjalan kearahnya dan ini langkah terakhir ku untuk berada didepannya.
"And-"
Belum sempat aku menyebut nama nya dengan lengkap, dia menoleh pada ku dan langsung memelukku.
Ada perasaan yang aneh saat dia memeluk ku, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan didalam diriku. Ya, rasa ku padanya masih sama dengan rasa ku 6 tahun lalu padanya. Bagaimana dengannya? Aku tidak perduli, karna bagi ku rasanya padaku adalah urusannya sendiri.
"Aku takut Vi, aku takut." Itu kalimat pertamanya setelah dia memelukku beberapa menit yang lalu.
"Takut apa? Kamu kenapa?" Tanya ku bertubi-tubi.
Andra diam untuk beberapa saat. Begitupun aku, aku tidak tau ingin berbicara apa padanya. Dan juga aku memilih untuk diam karna ingin memberinya waktu untuk merangkai kata-kata tentang apa yang menjadi ketakutannya.
Andra menarik nafas dalam-dalam. Andra kembali berbicara tanpa melepaskan pelukannya padaku.
"Dia hamil Vi." Ucap Andra takut.
"Aku tidak perduli dengan perasaan mu padaku, karna itu adalah urusanmu.” ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••