Bab8

685 Kata
Daniel menarik tangan jihyo untuk mengikutinya masuk kedalam mall. "Lepas Daniel!" Pinta jihyo pada Daniel yang sebenarnya percuma saja, toh Daniel tidak akan semudah itu melepaskan anaknya. Jihyo akhirnya bisa menghempaskan tangan Daniel dengan kasar. "Sebenarnya apa yang kamu mau lagi dari aku? Chenle? Maaf saja, aku gak akan pernah punya niatan kasih anak ku ke kamu tuh." Ujar jihyo sarkasme. "Kamu masih suka keras kepala ya, aku ingatkan sebaiknya kamu belajar untuk tidak selalu mementingkan dirimu sendiri. Lihat! Karena kamu anak ku jadi kedinginan." Balas Daniel sebari melirik chenle yang gemetaran menahan dingin. Jihyo melihat anaknya yang terlihat kedinginan. Ada benarnya kalimat Daniel, dirinya tidak boleh egois dalam mengambil keputusan. Diluar sedang hujan lebat dan seharusnya ia tidak membawa anaknya ke pusaran air diluar. "Mama, aku lapar." Ujar chenle sebari memegangi perutnya. Sedangkan jihyo bingung mau beli makan dimana, secara sudah pasti sangat mahal kalau membeli makanan disini. Uang gajinya saja belum turun bulan ini. "Sabar ya sayang, mama gak bawa dompet. Mama telpon papa dulu.." jelas jihyo memberi pengertian. sedangkan chenle seperti biasanya selalu memberontak jika hal yang dia inginkan tidak bisa tercapai, mirip seperti pria yang saat ini tengah bersama nya, papa kandung chenle, Daniel. "Makan sama papah aja mau?" Tanya Daniel. "Papa?" Tanya chenle balik pada Daniel. Daniel mengangguk,  "Panggil om, sekarang papa ya? Mau papa gendong gak? Kalau mau digendong papa Daniel, nanti papa beliin makanan dan mainan yang banyak.." bujuk Daniel. Sedangkan mata chenle berbinar ketika Daniel menyebut kan kalimat mainan dan makanan yang banyak. Chenle mengangguk antusias sebari merentangkan tangan nya ke arah Daniel minta digendong. Daniel tersenyum senang, berbeda dengan jihyo yang sedang kesal sekaligus bingung dengan apa yang harusnya ia lakukan saat ini. Anaknya sedang lapar, tidak mungkin ia melarang Daniel untuk membelikan makanan. Jihyo tidak munafik. Akhirnya jihyo membiarkan chenle ikut dalam gendongan papa kandungnya, Daniel. Sedangkan jihyo berjalan dibelakang mengikuti mereka. *** "Makan yang banyak sayang, setelah itu kamu boleh beli mainan sepuas nya." Ujar Daniel pada anaknya yang tengah lahap memakan ayam. "Enak pah!" Sahut chenle yang membuat mata jihyo seketika melotot. "Jangan panggil orang papa sembarangan sayang..." ujar jihyo mengingatkan. Berbeda dengan Daniel yang menjawab, "Iya, anak papa harus makan yang banyak ya."  Jujur jihyo merasa takut kalau sewaktu-waktu dirinya akan jatuh lagi pada pesona pria bernama Kang Daniel. Ia tidak mau kejadian lalu terulang kembali. Ia harus cepat menjauh dari kehidupan laki-laki ini, jika menunggu Daniel yang menjauh jihyo rasa akan lama sebab sekarang Daniel mengetahui bahwa chenle adalah bagian dari darah dagingnya. Dari kejauhan, Sana bisa melihat seorang pria yang ia kenali pasti adalah calon suaminya. 'Kenapa Daniel bisa disitu dengan seorang wanita dan anak kecil?' Pikiran Sana jadi kemana-mana. Tapi Sana berfikir bahwa dirinya masih memiliki martabat, ia bukan wanita yang suka mencari keributan di hadapan umum seperti wanita tak berpendidikan, apalagi belum mengetahui fakta sebenarnya. "Kalian pulang duluan saja." Ujar Sana pada teman-teman nya. Biarlah, karena ia harus bertemu dan meminta penjelasan pada Daniel sekarang juga. Sana beranjak menghampiri salah satu tempat makan yang ia kenali salah satu pelanggan nya adalah calon suaminya.  "Daniel." Panggil Sana ketika dirinya sudah berada didekat pria yang ia cintai. Daniel menoleh, begitu juga jihyo. Berbeda dengan chenle yang masih sibuk mengunyah pizza dimulutnya.  Ekspresi Daniel terlihat sedikit kaget tapi setelah itu berubah datar lagi. "Sedang apa kamu disini?" Tanya Daniel. "Seperti yang kamu lihat, aku baru saja selesai belanja dengan teman-teman." Jawab Sana sebari mengangkat beberapa kantong belanjaan ditangan nya, Daniel pun mengangguk tanpa menjawab ucapan Sana. "Mereka..?" Tanya Sana sebari menaikan satu alisnya, masih dalam nada yang ramah melirik jihyo dan chenle. Daniel melirik sekilas pada chenle yang masih sibuk memasukan makanan pada mulutnya. Lalu beralih pada jihyo yang saat ini tengah membuang muka padanya. Alih-alih menjawab, Daniel malah mengalihkan. "Mau aku antar pulang sekalian?" Tanya Daniel pada Sana. Sana sempat bingung, lalu mengangguk juga pada akhirnya, setelahnya menatap sekilas anak kecil yang tadi sempat digendong manja oleh Daniel. 'Mukanya gak asing.' Pikir Sana.  Sebelum pergi Daniel berbisik sesuatu pada anaknya, "papah pulang duluan ya, nanti papa samper chenle dirumah dan bawakan mainan yang banyak."  Setelah itu menatap jihyo sebentar. Sebelum pergi Daniel meninggalkan lebih dulu tujuh lembar uang seratus ribuan yang diberikan nya pada jihyo. Tak lupa menyampaikan pesan untuk wanita beranak satu itu, "Pulanglah naik taksi, ini sungguh demi anakku." Up cepat? Vote dan komentarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN