Andre mengacak rambutnya frustasi. Pemuda itu memijit pangkal hidung. Dia harus konsentrasi pada buku-buku di depannya bukan pada sosok gadis menyebalkan itu. Hari Senin nanti ujian semester ganjil dimulai. Sementara belum ada satu materi pelajaran pun yang menempel di otak cerdasnya. Hanya ada bayangan Vian yang menari di sana. "s**t!" Andre mengumpat pelan. Jengkel pada dirinya yang semakin hari bukannya lupa pada gadis itu, malah semakin ingat. Semakin jarang Vian mengganggunya di sekolah, semakin sering gadis itu berkeliaran di pikirannya. Please, gue mau belajar! Berulangkali kata-kata itu diucapkannya dalam hati. Andre berjengit kaget ketika ponselnya berbunyi, tanda kalau ada pesan yang masuk. Dengan malas pemuda itu bangkit dari singgasana ternyamannya di kamar alias tempat tid