Menikah dengan upacara pedang pora?
Ghea tidak pernah bermimpi mengalami hal itu dalam hidupnya. Bahkan memikirkannya dalam lamunan pun tidak. Ghea sendiri sudah cukup puas dengan pencapaiannya satu tahun belakangan ini. Mendirikan sebuah kedai es krim dengan sapi jenis friesian holstein sebagai icon utama.
Ya. Sebenarnya, bukan tanpa alasan dirinya menyukai semua hal yang berhubungan dengan sapi--ya, setidaknya, tidak hanya menyukai sapi saja, melainkan dengan semua benda yang punya dua warna dasar, hitam dan putih.
Sebab itu mengingatkannya pada satu orang, cinta pertamannya ketika menginjak kelas dua SMP--sosok cowok yang bahkan masih melekat di kepalanya sampai saat ini; Zebra.
Lalu, apa hubungannya dengan upacara pedang pora?
Karena baru-baru ini, Ghea dipertemukan lagi dengan Zebra, dengan wujud pria itu yang berubah drastis. Kaku, dingin, misterius, dan minim ekspresi. Apalagi ketika Zebra sedang memakai seragam khas angkatan udara. Dia--berkali-kali lipat terlihat tampan dan juga... berbahaya.
Yang sayangnya, ketika Ghea bersinggungan dengan sepasang iris cokelat madu yang selalu menyorot tajam itu, hatinya masih berdesir... seperti dulu, ketika melihat Zebra untuk pertama kali.
Lantas, apa Zebra juga merasakan hal yang sama?
Atau, bagaimana caranya agar Ghea
merasa layak untuk bersanding dengannya?