Aya duduk dengan perasaan gugup. Saat ini ia sedang duduk di depan seorang staf atau guru yang bekerja di bagian kesiswaan. Aya pun tidak tahu apa jabatan perempuan dengan gaya rambut seperti di sasak bagian depannya itu. Penampilannya cetar sekali dengan warna rambut yang pirang. Matanya terlihat seperti mata kucing dengan alis yang tipis dan halus seperti alis yang trend di masa silam. Perempuan itu masih memeriksa berkas yang dibawa oleh Aya, lalu kemudian mencocokkannya dengan data yang ada di komputer. “Nama kamu Cahaya Fathiyah?” “Iya, Buk.” Perempuan itu mengangguk-angukkan kepala. “Baik. Jadi kamu masuk ke sini melalui beasiswa Sanjaya Peduli?” Aya mengangguk lagi. Perempuan itu menatap Aya sebentar. Tatapan aneh yang lagi-lagi membuat Aya merasa sangat tidak nyaman. “Oke.