"Keiya!"
Kapten tim baseball itu menghentikan langkah dan menoleh ke asal suara. Pemuda itu tersenyum begitu melihat Ry melambaikan tangan ke arahnya.
"Keiya, tungguin!" Ry berlari kecil sambil melambai ke arah teman-temannya. "Duluan!" ucapnya tanpa suara.
Rin melengos melihatnya. "Huh!"
Mina menoleh. "Kenapa?" tanyanya dengan alis berkerut.
"Sebel deh." Rin memantulkan bola basketnya di tanah. "Ry kayak playgirl gitu."
Alis Mina berkerut. "Playgirl gimana?" tanyanya.
"Itu ...." Rin memonyongkan mulutnya. "Maksud aku gini lho, Mina. Ry itu kan udah punya pacar, tapi kok masih nempel aja sama Keiya?"
Mina tertawa kecil. "Rin iri ya?"
"Iri apaan?" Rin makin sewot.
"Nggak boleh ngata-ngatain Ry kayak gitu. Lagian kan Ry bukan playgirl, Ry nggak pacaran sama Keiya kan?"
Rin mengembuskan napas kasar. "Nggak bilang pacaran, cuman nempel!" ketusnya.
"Rin berantem lagi ya sama Sie?" tebak Mina asal. Bukan asal sih sebenarnya, sikap Rin sudah bisa ditebak. Kalau terlihat uring-uringan seperti sekarang, itu tandanya Rin sedang ada masalah. Bertengkar dengan Ry tidak mungkin karena mereka pergi ke sekolah bersama. Jadi hanya satu yang tersisa yaitu bertengkar dengan Sie.
Rin menghentikan langkah, menatap Mina dengan tatapan kurang senang. Mina juga menghentikan langkah dan balas menatap Rin. Namun melihat tatapan itu Mina jadi salah tingkah dan kikuk sendiri.
"Oops!" Mina menutup mulutnya menggunakan tangan kanan. Dia sudah hafal gelagat itu. Dugaannya tadi berarti benar.
"Mina!"
"Y-ya?" sahut Mina gugup.
"Shoun tuh!" belalak Rin kesal kemudian meninggalkan gadis feminin itu begitu melihat Shoun berlari ke arah mereka.
***
"Rin mau ikut nggak?" tanya Mina saat mereka menikmati jam makan siang di taman. Duduk-duduk di bangku taman di bawah pohon memang sejuk, apalagi dicuaca sepanas ini.
Rin melirik Mina sekilas kemudian kembali memutar-mutar bola orange-nya.
"Habis pulang sekolah nanti kami mau ke Mobieus."
Rin menatap temannya yang lembut itu. "Ngapain ke sana?" tanyanya.
"Main game trus makan es krim," sahut Ry sambil mengunyah bento-nya. "Apalagi?"
"Ry!" tegur Keiya." Kalo makan jangan ngomong, nggak sopan."
Ry tak menjawab, hanya mengeluarkan cengiran sebagai respon. Mulutnya penuh dengan makan siang yang masih dikunyah.
Rin melengos. "Ry emang jorok!"
Ry cuma menatap adiknya sekilas, kemudian kembali fokus pada makan siangnya.
"Rin mau ikut atau nggak?" tanya Mina lagi.
Rin mengembuskan napasnya. Sebelum dia menjawab Keiya sudah lebih dulu bersuara.
"Siapa tau Sie ada di sana," ucap Keiya.
Rin langsung menatap kapten tim baseball itu begitu mendengar Keiya menyebut nama Sie.
"Siapa yang peduli sama Sie!" desis gadis tomboy itu sambil meninju bola basketnya.
Ry hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya. Rin dan Sie memang sering sekali berantem, tapi menurut Ry kali ini yang paling parah.
"Jadi Rin nggak ikut?" tanya Shoun hati-hati.
"Malas," jawab Rin uring-uringan. "Lebih baik aku main basket atau ke toko buku bareng Vi."
"Ya udah." Ry menepuk pundak Rin. "Bilangin sama mama kalo aku pulang telat ya."
Rin mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya dia ingin ikut pergi, tetapi dia tidak ingin bertemu Sie. Rin yakin kalau Sie memang berada di Mobieus seperti perkiraan Keiya. Tempat itu selalu dipenuhi oleh anak-anak sekolah, dan kebanyakan dari mereka selalu membolos. Apalagi sekarang Ruu bekerja di tempat itu, sudah pasti Sie berada di sana. Ruu dan Sie kan bersahabat.
Rin menghela napas. Tangannya kembali memainkan bola basket seperti tadi. Kekesalannya sedikit berkurang kalau dia sudah bersama bola orange.
***
Sekali lagi Ry mengembuskan napas melalui mulut. Kesal, pikir gadis imut itu. Dia ke sini kan mau menemui Ruu bukan mau menonton Ruu yang sibuk bolak-balik kesana-kemari. Ry meniup-niup poni ratanya bosan. Nanti kalau bertemu dengan kak Sento, Ry akan meminta libur satu hari untuk Ruu. Harus boleh. Kalau tidak awas saja kak Sento!
Ry melirik untuk ke sekian kali ke arah Ruu yang masih sibuk dengan pekerjaannya, membuat mata Ry sakit melihat cowoknya itu mondar-mandir melayani pengunjung yang entah kenapa lebih ramai dari hari-hari biasanya.
Ry melotot melihat seorang gadis yang mencolek lengan Ruu. Apa-apaan itu?! Ry mengepalkan tangannya, apalagi dilihatnya Ruu diam saja bahkan pemuda itu sekarang terlihat sedang bicara dengan gadis yang mencoleknya. Dengan kekesalan yang memuncak Ry mendekati dua orang yang asyik bicara itu.
"Ruu!" seru Ry judes. "Aku ke sini mau makan es krim ya, bukan mau nonton dorama live!"
Ry cemberut. Sementara gadis yang tadi berbicara dengan Ruu menatap Ry dengan tatapan kurang bersahabat.
"Semua yang datang ke sini juga mau makan es krim." Gadis itu mendelik tak suka. Makin merapatkan tubuhnya ke tubuh Ruu.
Ry kembali memelototkan mata melihatnya. Ditatapnya Ruu sengit. Ruu hanya tersenyum manis. Diusapnya rambut Ry dengan sayang. Dari tadi Ruu tahu kalo Ry selalu mengawasinya. Gadisnya itu pasti bosan, tapi bagaimanapun dia harus profesional kan. Pekerjaan nomor satu. Lagipula, bukan hanya dia saja yang kebagian banyak pekerjaan, semua karyawan Mobieus juga. Maklum, Mobieus sedang ramai-ramainya.
Ruu mengambil tangan Ry, menggenggamnya hangat. "Maaf," ucap pemuda itu.
Ry mengerucutkan bibirnya. "Ruu nyebelin!" Gadis itu mengentakkan kaki kesal.
Ruu mengacak rambut Ry gemas. "Aku kan kerja."
"Ck!"
"Jelek!" Ruu masih tersenyum. Senyum yang membuat hampir seluruh pengunjung Mobieus yang bergenre perempuan terpesona. "Senyumnya mana?" tanya Ruu.
"Nggak ada!" jawab Ry ketus. Ruu memang sangat menyebalkan dan tidak peka. Bagaimana dia bisa menuruti keinginan Ruu untuk tersenyum sementara dirinya sedang kesal seperti sekarang. Ry makin menggembungkan pipinya.
Ruu mencubit pipi Ry gemas. Gadis yang tadi berbicara dengan Ruu mengernyit melihat interaksi dua orang di depannya. Siapa cewek ini, sok dekat banget sama Ruu, mending cantik! cibirnya dalam hati. Pendek gitu! Gadis itu juga cemberut.
"Ruu!" serunya.
Ruu menatap gadis itu, kemudian tersenyum.
"Oh iya lupa." Ruu menepuk dahi pelan. "Ry ...," Ruu menatap gadisnya. "Kenalin ini Kana, dan Kana, kenalin ini Ry, pacarku."
Perkataan terakhir Ruu membuat Kana berjengit kaget. Dia tidak salah dengar kan? Pacar Ruu? Yang benar saja! Gadis kerdil di depannya ini pacar Ruu? Astaga, ke mana mata Ruu! Sumpah demi apa pun, menurutnya Ruu sangat tidak cocok dengan gadis yang bernama Ry ini.
"Ry, Kana itu temanku."
Suara Ruu membuat Kana kembali menatap gadis yang masih cemberut itu. Manja, makinya dalam hati. Kana heran, bagaimana mungkin Ruu bisa berpacaran dengan gadis manja ini. Seingatnya Ruu sangat tidak menyukai sosok gadis seperti itu. Itu berdasarkan apa yang dilihatnya selama ini. Dia dan Ruu cukup lama berteman, dan selama itu Kana menyimpan perasaannya seorang diri tanpa ada yang tahu termasuk si pemilik hatinya, yaitu Ruu.
"Ruu, aku mau es krim." Ry menarik-narik lengan kaus Ruu.
Ruu terkekeh. Ry selalu tidak terhubung kalau sedang dalam mode cemburu on.
"Okey." Ruu menarik tangan Ry menjauhi meja Kana menuju meja yang tadi ditempati Ry bersama Mina, Shoun dan... Ruu melirik Keiya yang lagi asyik di arena game. "Aku traktir."
"Beneran?" tanya Ry sambil duduk.
Ruu mengangguk. Sebelumnya dia sudah mengangguk pada Kana, mengisyaratkan gadis itu untuk menunggu sebentar. Dia harus meredakan kecemburuan gadisnya dulu agar bisa lebih bebas bekerja.
"Ada apa?" Mina menatap Ry dan Ruu bingung bergantian. Bagaimanapun, gadis lembut itu melihat apa yang baru saja terjadi. Mina khawatir kalau Ry kenapa-kenapa.
"Ruu traktir kita." Ry tersenyum madu.
Ruu mengangguk lagi. "Hanya kalian," ucapnya lemah. Bukannya Ruu tidak ingin mentraktir yang lain juga, tetapi dia tidak terlalu dekat dengan Shoun, kekasih Mina. Apalagi dengan bocah yang sedang berteriak kesenangan di arena game sana.
"Beneran Ruu?" tanya Mina semangat.
Sekali lagi Ruu mengangguk. "Tapi jangan bilang-bilang yang lain ya?" pintanya.
Ry dan Mina mengangguk cepat. Mata mereka berbinar membayangkan sebentar lagi mereka akan memakan es krim kesukaan mereka lagi.
Ruu menggelengkan kepala pelan dengan reaksi kedua gadis itu. Ternyata setiap gadis itu sama kalau mendengar es krim gratis. Dia mengira reaksi Mina akan berbeda, tetap kalem seperti biasanya. Namun dia salah, Mina juga sama seperti Ry.
"Kalian tunggu sebentar ya, aku ambilin es krimnya dulu?"
Ry mengangguk cepat. "Jangan lama ya, Ruu?" pintanya. "Kan tadi kata Ruu cuman sebentar."
Ruu mengangguk. Mengacak pucuk kepala Ry gemas sebelum meninggalkan meja kedua gadis itu. Ruu bukan hanya mengambil es krim untuk Ry dan Mina, dia juga mengambilkan pesanan Kana.
Ry yang melihat Ruu mengantar es krim ke meja gadis yang baginya menyebalkan itu mendelik tajam. Dia kembali kesal, padahal tadi dia sudah senang. Melihat Ruu masih melayani gadis itu, kekesalan Ry kembali. Bahkan sekarang lebih besar dari tadi.
"Cewek itu siapanya Ruu?" tanya Mina yang juga melihat interaksi Ruu dan Kana.
Ruu tidak hanya sekedar mengantar es krim pesanan Kana, tetapi pemuda itu juga terlihat berbicara akrab dengan gasis itu. Mina bertanya karena dia benar-benar penasaran dan ingin tahu. Tanpa sadar kalau pertanyaannya semakin membuat Ry cemburu.
"Teman Ruu!" sahut Ry dengan wajah menekuk. Pipinya yang gembil menggembung lagi.
"Pantas kayak akrab banget gitu." Mina mengangguk paham sambil memalingkan wajah menatap Ry. Mina mengerjap, sahabatnya cemberut lagi. Gadis itu mengembuskan napas. Ry sepertinya cemburu dengan gadis yang sepertinya menyukai Ruu itu. "Ry nggak usah cemburu dong, kan katanya percaya sama Ruu."
"Iya!" sahut Ry masih judes. "Aku percaya sama Ruu tapi nggak sama cewek jadi-jadian model begitu!" Mulut Ry meruncing menunjuk Kana.
Mina terkikik geli. Dilihatnya Ruu sudah tidak berada di meja gadis temannya itu lagi. Ruu kembali ke meja counter untuk mengambil es krim pesanan mereka.
"Ini buat Ry!"
Ruu meletakkan segelas es krim sundae cokelat dengan toping cokelat glaze dan buah ceri di atasnya.
"Dan ini buat Mina!"
Segelas es krim krim berwarna biru tersedia di depan Mina.
"Terima kasih, Ruu," ucap Mina menerima es krimnya.
Ruu mengangguk. Mengalihkan tatapan pada Ry yang masih belum menyentuh es krim cokelatnya. Ruu menghela napas. Ada apa lagi? tanyanya dalam hati.
"Ry kenapa?" tanya Ruu sambil duduk di samping Ry. "Nggak suka ya es krimnya? Mau aku ganti?"
Ry menggeleng. "Nggak perlu!" jawabnya judes.
Ruu mengembuskan napas pelan. Fix, dia bersalah lagi. Meskipun dia tidak tahu apa kesalahannya tetapi dia yakin akan hal itu.
"Terus? Ry mau tambahan lain?"
Ry menggeleng lagi.
Ruu yang tidak mengerti menatap Mina, meminta penjelasan dari temannya itu. Namun Mina hanya mengangkat bahu, pertanda dia juga tidak tahu apa-apa.
"Aku salah lagi ya?" tanya Ruu hati-hati. Sungguh dia tidak ingin Ry marah. Dia tidak ingin Ry memintanya untuk putus lagi.
Ry menatap Ruu kesal. "Ruu kenapa nganter es krim ke sana?" Ry menunjuk meja Kana dengan memonyongkan mulutnya. "Aku kan nggak suka!"
Ruu mengembuskan napas lagi. Ry masih cemburu dan dia harus menjelaskan semuanya hati-hati agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ruu hanya berharap Ry mau mengerti.