"Kenapa? Marah ya dibilang nggak laku?" Mata Ardilla melotot untuk membalas tatapan David. Tapi David diam saja, tidak menjawab pertanyaan Dilla. David mengalihkan tatapannya ke depan.
"Kenapa sih, malas sekali buat bicara, Mister?" Ardilla yang merasa bosan dengan suasana yang terasa sepi protes akan diamnya David.
"Saya tidak suka banyak bicara," jawab David tanpa mengalihkan pandangannya.
"Pantas saja nggak laku, mana ada perempuan, yang suka pria seperti patung. Meski ganteng, kalau mirip patung, siapa yang mau!" cerocos Ardilla membuat David kembali menatap mata Dilla.
"Apa? Ingin marah disebut seperti patung?" Ardilla mengangkat dagunya, seakan menantang David. Mata David menatap intens bibir Ardilla.
Membuat wajah Ardilla memerah.
"Diih mupeng ... malu-maluin!" Ardilla menggedikan bahu mencemooh David, lalu membuang mukanya. David menaikan sudut bibirnya.
'Sekarang kamu boleh bicara begitu, Ardilla. Tapi begitu kamu aku cium, pasti kamu akan ketagihan, kita lihat saja nanti.' Batin David.
Ardilla jadi merasa jengah sendiri karena David tidak juga mengalihkan pandangan dari wajahnya.
"Apa siih, lihat sana, itu banyak perempuan cantik tuh!" Ardilla mendorong bahu David sambil menunjuk ke luar jendela.
David tersenyum.
"Lebih cantik kamu," kata David tiba-tiba. Mata Ardilla melotot marah.
"Iish ... gue nggak perlu pujian dari, Lo!" sergahnya kesal.
"Artinya kamu tidak normal, kalau tidak suka dipuji."
Ardilla ampak semakin kesal, karena ucapan David yang menudingnya tidak normal.
Plaakk
Dipukulnya lengan David dengan kesal.
"Lo, yang nggak normal, Mister!Bukan gue!" pekik Ardilla tertahan.
"Kalau kamu merasa normal, ya sudah. Diam saja, tidak usah marah," kata David datar.
Ardilla makin gemas, dan kesal.
"Hiiihhh ... rasanya ingin gue cubit-cubit deh, Lo, Mister!" Ardilla menggenggam ke dua telapak tangannya dengan kesal.
"Kamu kalau tidak mengoceh, mulutmu gatal ya?" tanya David tanpa ekspresi. Ardilla menoleh ke arah David.
"Bukan urusan, Mister!" Ardilla berseru dengan perasaan kesal luar biasa. David benar-benar membuatnya ingin meninju wajah pria yang dudul di sampingnya ini.
"Sudah aku katakan, apapun yang menyangkut dirimu, itu nantiny akan menjadi urusanku, Ardilla."
"Gue nggak ngerti ya maksud Mister itu apa."
"Nanti juga kamu akan mengerti," jawab David acuh tak acuh.
"Aduh ... stress gue kalau lama-lama ngobrol sama, Lo, Mister," gerutu Ardilla.
"Tidak terbalik ya, harusnya saya yang stress, kuping saya sakit mendengar ocehan kamu."
"Ya sudah, kalau begitu turunkan saja gue di sini, gampangkan?"
"Begini saja deh, apa yang bisa membuat mulut kamu diam?"
"Cemilan ... belikan gue snack, pasti gue akan diam seribu bahasa, karena mulut gue sibuk mengunyah," jawab Ardilla.
"Pak, kalau ada mini market, mampir ya." David memberitahu supirnya. Supirnya menganggukan kepala.
Mobil memasuki halaman mini market.
"Ayo ke luar," kata David.
Mereka ke luar dari mobil, lalu memasuki mini market.
David mengambil troli, lalu mendorongnya.
"Pilih yang kamu mau,"katanya.
Ardilla mengambil dua bungkus besar keripik kentang kesukaannya, dan satu botol kecil air mineral.
"Sudah," katanya.
"Saya juga mau belanja," kata David sambil mendorong troli yang sudah berisi belanjaan Ardilla.
Wajah Ardilla langsung cemberut, saat David membawanya mengelilingi seluruh mini market untuk membeli keperluannya.
"Iih tahu begini, gue kembali duluan ke mobil," gerutunya.
"Nih makan snackmu, biar mulutmu diam." David menyerahkan satu bungkus snack yang dibeli Ardilla tadi.
'Iih, malas makan sambil jalan," tolak Ardilla.
"Kalau begitu diamlah, biar konsentrasiku tidak buyar."
"Diih belanja saja pakai konsentrasi segala," cibir Ardilla.
David menarik nafas panjang.
"Diamlah, jangan protes."
Akhirnya Ardilla menutup mulutnya juga, meski wajahnya masam. Setelah membayar semua belanjaan, mereka kembali ke mobil.
Begitu duduk di jok mobil, Ardilla langsung membuka, dan mengunyah snacknya.
"Mau?" tawarnya pada David.
David menatap mata Ardilla, lalu menggeleng.
"Terimakasih."
Sementara Ardilla asik dengan snacknya, David kembali sibuk dengan laptopnya. Meski bunyi kriuk, dari snack yang dikunyah Ardilla sedikit mengganggu konsentrasinya, tapi lebih baik menurutnya, dari pada harus mendengar ocehan Ardilla.
BERSAMBUNG