PINDAH LOKASI MAKAN MALAM

1096 Kata
“Apa kamu sudah bilang sama Rusdi?” tanya Amah pada menantunya penasaran. “Belum Amah, aku sengaja ingin cerita saat semuanya nanti di sini nunggu Diah dan Apa’ juga,” Gita makan bakso kuah yang Amah buat. “Tapi kamu sudah lapor kan kamu sudah tiba di sini?” sekarang giliran Ambu yang bertanya. “Wah aku malah lupa pegang ponsel Ambu, sebentar aku bilang A’a dulu kalau aku sudah tiba di sini,” kata Gita. ‘Aku di rumah Amah sama Ambu. A’a nanti ke sini saja,’ Gita pun langsung mengirim pesan bahwa telah sampai di rumah Amah. Walau sudah resmi menjadi istri, Gita tak berani asal telepon. Jadi hanya mengirim pesan saja. “Kok di rumah Amah?” Rusdi langsung telepon Gita ketika membaca pesan dari istrinya. Rusdi tahu alasan Gita tak langsung menghubunginya takut ada tamu atau dia sedang sibuk dengan berkas. “Ambu lagi di rumah Amah, jadi aku ke rumah Amah. A’a nanti ke rumah Amah saja, enggak jadi ke rumah Ambu,” kata Gita menerangkan mengapa dia berada di rumah amah. “Ya nanti lihat saja, kali saja kalian terus ke rumah Ambu,” jawab Rusdi. “Kata Ambu enggak. Makan malam kali ini di rumah Amah saja,” balas Gita. Ambu barusan sudah meminta bibik di rumah membawa makanan yang sudah dia siapkan ke rumah kakak iparnya ini. “Oke,” jawab Rusdi. ≈≈≈≈≈≈≈≈ ‘Diah. Kamu langsung ke rumah Amah enggak jadi ke rumah Ambu. Kita makan malam di rumah Amah,’ sehabis mengirim pesan pada Rusdi tadi Gita mengirim pesan pada Diah. ‘Oke Teteh aku meluncur ke sana sekarang. A’a masih sibuk ngurusin berkas. Aku sudah pamit sama dia barusan,’ balas Diah. ‘Oke aku tunggu, tapi mendingan kamu jagain A’a deh, takutnya dia sendirian ada tamu,’ saran Gita pada Diah adik iparnya. Tamu yang dimaksud Gita tentu bukan tamu yayasan. Kalau tamu yayasan kan bisa ditangani Gilbert. ‘Iya juga ya, A’a enggak boleh sendirian,’ tulis Diah menyetujui pendapat kakak iparnya. ‘Bilang saja aku dan Ambu nyuruh dia pulang sekarang juga. Ada hal penting,’ perintah Gita secara tak langsung. Barusan dia bicara dengan Rusdi malah enggak kepikiran menyuruh suaminya segera pulang. ‘Baik Teh aku langsung bilang ke A’a,’ jawab Diah. Diah langsung ke ruangan Rusdi dan mengatakan bahwa kakaknya diminta pulang sekarang juga ada hal penting. “Kenapa Teteh enggak bilang ke A’a langsung. Baru saja kami telepon,” Rusdi bingung sendiri akan pesan Gita yang baru saja dia dengar. “Mungkin wacananya barusan saja. Jadi tadi belum sempat ngomong ke A’a. Pas aku lagi ngobrol sama Teteh baru ada pikiran itu, ya sudah dia bilang sekalian. Hal seperti itu enggak usah di pikir, yang penting sekarang juga pulang,” jawab Diah cepat. Dia penasaran tetehnya mau cerita apa. “Mungkin itu yang bikin tempat makan malam kita di pindah enggak jadi di rumah Ambu, tapi di rumah Amah,” kata Diah lagi. Tak menunda waktu, maka mereka pun segera meluncur menuju rumah orang tua mereka dengan kendaraan mereka masing-masing. Apa’ tiba lebih dulu dari Diah dan Rusdi. Amah menyediakan teh sore karena memang belum sampai magrib. “A’a, Apa’, aku mau bilang. Tadi di rumah ada kejadian aneh,” lalu Gita menceritakan sejak awal serangan itu terjadi sampai dia kabur ke rumah Amah sesudah masak. “Kenapa kamu enggak telepon A’a begitu kejadian itu terjadi?” protes Rusdi. “Aku blank A’. Cuma ingat aku harus buang bau itu. Aku semprotin semuanya yang berbau harum. Baik pewangi ruangan mau pun pembasmi serangga, sampai vanili cair, juga karbol supaya rumah enggak bau,” kata Gita menjawab protes suaminya. Dia memang blank. Hanya bisa berpikir untuk menghalau bau yang ada. Hanya itu saja yang tersirat di benaknya tadi. “Masak sampai segitunya?” kata Diah tak percaya ada kejadian bau kotoran di rumah kakak iparnya. “Kamu belum tahu kan soal cepol rambut?” pancing Rusdi mendengar keheranan Diah tentang serangan bau di rumahnya hari ini. “Cepol apaan?” Diah tentu tak tahu karena dia dan Gita bukan penghobby rumpi. Mereka jarang ceritaan. Dan kemarin pekerjaan di yayasan sedang padat jadi mereka tak sempat bertukar cerita. “Kemarin pagi itu saat mau shalat subuh Gita melihat ada cepol rambut di kamar mandi dalam kamar tidur kami.” “Kami hanya tinggal berdua tentu enggak ada orang yang bawa ke dalam kamar mandi kan kalau misalnya ada orang masuk ke rumah kami lalu menaruh di kamar mandi yang di belakang atau di tengah. Okelah.” “Ini kamar mandi yang ada di dalam kamar. Enggak ada satu orang pun masuk selain kami berdua. Ternyata ada cepol rambut di sana.” “Gita mencoba menarik satu dan rambutnya itu panjang lebih panjang dari rambut Gita, bisa sekitar lima atau 6 kali panjang rambut Gita. Dan rambut itu lurus bukan ikal seperti rambutnya Gita. Kalau pun ikal, rambut tebal sebanyak satu kepal tangan A’a dari mana? Rambutnya Gita dan rambut aku enggak rontok.” “Rambut itu lalu A’a buang di tempat sampah luar. Karena takut Aku mau pun Gita juga sesudahnya enggak pegang lagi, selain waktu Gita narik. itu saja pertama dan terakhir.” “Jadi kalau hari ini ada serangan bau kotoran manusia padahal Gita enggak beli sayuran atau ikan busuk, itu pasti ada bom lagi.” “Makanya aneh saja Gita enggak telepon aku saat kejadian.” “Tadi aku pasang fan ( kipas angin ) yang di ruang depan aku pindahin ke belakang. Juga fan kamar yang memang enggak pernah di pakai karena kamar kami ber-AC.” “Dua fan aku pasang buat hilangin bau itu dan jendela dapur juga jendela tengah aku buka, tetap saja bau busuk itu tidak pergi. Aku semprotkan pembasmi serangga dan juga pengharum ruangan tetap saja bau itu menusuk tak bisa hilang.” “Untung aku berhasil masak, aku pakai masker yang aku semprot minyak wangi sehingga agak lumayan baunya terhalang oleh masker. Walau tersiksa. Semua aku lakukan sampai masakan selesai. Habis masak aku langsung mandi dan lari ke sini, karena aku sama sekali enggak bisa makan dengan bau busuk di dalam rumah seperti itu.” jelas Gita pada semua. “Kita berarti harus lapor pada aki Juned,” kata Apa’. “Jangan dulu lah Pa’ biar aku lihat dulu bagaimana kondisi di rumah. Takutnya pas kita pulang rumah sudah kondusif,” jawab Rusdi. “Nanti kalau masih ada bau atau lebih parah lagi aku kan lapor aki. Aku juga punya nomornya aki,” kata Rusdi lagi “Baiklah nanti sehabis shalat magrib jamaah kita wirid, buat hilangin godaan yang mengganggu kalian,” kata Apa’.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN