Pernadi menghela napas panjang, ia mengedarkan tatapannya pada setiap ruangan itu. "Kakak, sudah putus dengannya." katanya seraya membelai pipi pucat Rindu. "Jangan bohong, kakak pasti mau mempermainkan Rindu, kan?" Pernadi tersenyum kecil melihat bibir Rindu yang mencebik, gadis itu menaruh curiga padanya. "Nggak, Rin." "Kapan kalian putus?" Tanya Rindu penasaran. Pernadi mencoba mengingatnya. "Mungkin sudah jalan dua tahun," ujarnya. "Rindu nggak percaya." ujarnya dengan nada tak percaya bercampur curiga. "Sumpah Rin, aku bicara di rumah Tuhan loh." Balasnya dengan nada sedih, mencoba menyakinkan Rindu. "Kenapa kalian putus?" Pernadi terkekeh, ia menarik tangan Rindu menuju Altar. "Kita tidak perlu membahas tentang Cintya, Rin. Saat ini yang kakak inginkan adalah jawaban dari