Jayler Haidan Hartono

534 Kata
Jayler Haidan Hartono punya kebiasaan memakai mobil sesuai warna baju yang ia pakai.  Atau jika perlu cepat, ia akan memilih warna hitam dan diantar supir. Detik ini Jayler masih punya waktu untuk menelusuri garasi berlapis beton di rumahnya. Memilah mana kendaraan yang akan cocok dengan setelan biru dongker dari doubleface monogram coat Louis Vuitton miliknya. Berpakaian rapi, sopan, serta wangi, sudah menjadi peraturan tak tertulis saat makan malam keluarga Hartono. "Jadi yang mana, Tuan?" Damar Bhanu, supirnya yang berusia 55 tahun bertanya dengan sopan. "Saya pake Ferrari, Pak Bhanu," kata Jayler. "Benar tidak perlu saya antar, Tuan?" "Mami pasti maksa saya nginep di mansion. Bapak hari ini pulang aja, saya nyetir sendiri." "Baik." Pak Bhanu menyiapkan mobil yang diinginkan Tuannya lalu membungkukan badan ketika Jayler mengambil alih kursi kemudi. Sebelum memilih mobil, Jayler sedang bertukar pesan cukup intim dengan Oretha Irin. Seorang model berdarah Indonesia-Yunani yang memiliki rambut berwarna pirang dari lahir. Jayler dan Irin kenal sejak SMA dan bisa dibilang bahwa mendapatkan kontak seorang model bukan hal yang sulit bagi Jayler apalagi dengan status teman lama. Jayler pernah beberapa kali dikabarkan dekat—menjalin hubungan spesial—dengan model bahkan aktris di negara ini sampai masuk infotainment. Tidak semua beritanya salah. Para model memang favortinya. Kaki-kaki mereka yang panjang sangat pintar melingkar di tubuhnya. Jayler menyeringai memikirkannya. Dengan tampang dan nama belakangnya, Jayler menikmati serta memanfaatkan benefit yang ia dapat dengan sangat baik. Berganti wanita semudah memesan mobil baru setiap bulan. Salah satu alasan Mami menjadi jengkel; Jayler selalu berhubungan dengan perempuan tapi tidak ada tanda-tanda serius. Amarose Tan Hartono bukan orang yang muluk-muluk, dia tidak akan memaksa putranya menikah. Tapi setidaknya, ada satu perempuan yang Jayler akui sebagai pacar. Benar-benar pasangan. Bukan hanya teman di ranjang sesaat dan jika sudah bosan ditiduri langsung mencari lagi. Jika Mami sudah membandingkan kelakuan jelek Jayler dengan kesetiaan Papi—Tuan Rahagi Cakrawangsa Hartono—Jayler akan mengatakan dengan bangga, "Jayler mirip kok kaya Papi. Pinter nyari uang dan tahu wanita cantik. Papi nikahin Mami yang cantik, Jayler kencan sama cewek-cewek cantik. Sama, kan?" Soal melipat ganda rupiah, memang benar. Meski kuliah di Stanford hanya numpang gelar, namun Jayler tidak main-main ketika meneruskan bisnis keluarga. Menambah panjang rantai kejayaan. Hotel Haidan adalah contoh sukses dari tangan Jayler. Investasi yang terbaru adalah Amarose Residence, sebuah gedung apartemen milik Jayler di daerah Jakarta Selatan. Dibangun atas nama Maminya sebagai hadiah ulang tahun. Semua pendapatan dari gedung 20 lantai itu mengalir ke kantung Mami. Jangan ditanya, Jayler memang sayang kebangetan kepada wanita yang sudah melahirkannya. Lelaki itu juga menghormati ayahnya. Kurangnya hanya satu; Jayler playboy. Ponsel Jayler berdering ketika ia sudah membawa mobilnya melewati jalanan Ibukota yang padat. Lampu merah membuatnya bisa membalas pesan. Karena meski Jayler tampan, ia tetap ingin panjang umur. Mengotak-atik ponsel saat berkendara itu bukan hal yang bijak. Oretha Irin: Kamu menghadiahi aku lingerie. Nakal. Jayler H. Hartono: Cocok untuk kamu Jayler H. Hartono: Aku memikirkan kamu, Rin Oretha Irin: Oh ya? Memikirkan apa? Jayler H. Hartono: Membayangkan kamu memakai lingerie. Pasti cantik Oretha Irin: Jadi kamu suka lingerie ini? Jayler H. Hartono: Aku suka kamu, Rin Jayler H. Hartono: Telanjang, di bawah aku. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN