"Terima saja nasibmu, Profesor" Kekeh Stefany. Brian hanya menepuk pundak Adrius, lalu mengikuti langkah Stefany. Adrius menghela nafas kasar, aku tersenyum dengan penuh kemenangan, dengan kedua tangan terlipat didepan d**a, aku menatap Adrius dengan tatapan menantang. “Profesor, kita sudah berteman, mengapa kau sangat kaku kepada temanmu?” Keluhku. “Bukankah kau berjanji, saat dikelas kau harus tetap menghormatiku, aku Profesor dan kau mahasiswiku” Ucap Adrius dingin. “Ini di lapangan, bukan di kelas” Aku terkekeh. “Terserah kau saja” Balasnya malas. Setelah menemukan tempat yang agak luas, kami memulai latihan. Adrius memegang tanganku, aku membiarkannya saja, tidak ada penolakan sedikitpun dariku “Jenny apakah kau tadi tidak memperhatikan saat Brian mengajar?” Tanya Adrius Geram.